Jakarta: Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala besar menjadi pilihan banyak negara di dunia. Terutama untuk memenuhi target penurunan emisi yang sesuai dengan Persetujuan Paris.
Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang Indonesia perlu melakukan pengadaan PLTS skala besar. Dengan target jelas, proses transparan, dan ditunjang kebijakan yang mendukung kelayakan finansial proyek.
"Pelelangan PLTS skala besar di Indonesia sangat terpaku pada ketentuan tata cara pelelangan barang dan jasa yang berlaku juga untuk PLN, yaitu tender umum, tender terbatas, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung dengan berbagai ketentuan tambahan misalnya syarat TKDN (tingkat komponen dalam negeri)," kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa, seperti dilansir Antara, Kamis, 19 Agustus 2021.
Dia menjelaskan metode pelelangan itu kurang cocok untuk mendapatkan harga yang sangat kompetitif untuk pengembangan PLTS skala besar. Menurutnya, proses pengadaan juga sangat ditentukan oleh proses lelang PLN yang tidak terjadwal rutin dan ukuran proyek yang relatif masih kecil di bawah 100 megawatt per unit.
"Perlu dipikirkan perubahan cara lelang untuk PLTS sehingga mendapatkan harga yang kompetitif, kualitas yang prima, dan proyek yang bankable," ujar Fabby.
Sejak 2013, pengadaan PLTS skala besar di Indonesia dilakukan dengan sistem pelelangan. Cara itu belum cukup efektif menurunkan harga beli listrik dari PLTS.
IESR menerbitkan studi terbaru berjudul “Hitting Record-Low Solar Electricity Prices in Indonesia”. Studi itu menemukan bahwa salah satu penyebab kurang efektifnya sistem lelang PLTS skala besar di Indonesia adalah belum adanya perencanaan di sistem ketenagalistrikan untuk memanfaatkan energi surya skala besar dalam orde gigawatt.
Baca: Revisi Aturan PLTS Atap Harus Ciptakan Keadilan
Hal itu mempengaruhi volume dan jumlah proyek PLTS yang hendak dilelangkan. Selain itu, praktik pengadaan belum cukup transparan sehingga menyulitkan calon penawar untuk ikut serta dalam proses pelelangan.
Selama ini, lelang tenaga surya di Indonesia masih untuk kapasitas yang berukuran kecil, tersebar, jarang, dan biasanya dilakukan dalam lelang putus atau individual. Sehingga, memberikan sinyal buruk bagi investor atau lembaga keuangan untuk menyediakan modal yang dibutuhkan untuk proyek tersebut.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan