Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Muhammad Taufiq mengatakan, banyak aplikasi dibuat oleh instansi pemerintah mencapai lebih dari 27 ribu aplikasi. Tantangan ini menggambarkan permasalahan masih kuatnya cara berpikir yang belum terintegrasi antar instansi atau sektor.
“Jangan sampai hanya mekanismenya saja yang berubah, tapi cara kerjanya masih manual, pola berpikirnya masih dengan cara yang lama, maka dari itu SDM memiliki peran yang penting dalam transformasi digital di lingkungan birokrasi,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 8 Agustus 2024.
Menurutnya, dalam sebuah proses perubahan selalu ada potensi resistensi atau penolakan. Untuk itu keberhasilan transformasi digital sangat membutuhkan dukungan manajemen perubahan yang baik. Ia menyebut, birokrasi yang terlalu rumit dan berbelit-belit perlu ditinjau kembali agar agile dan adaptif.
Baca juga: LAN Kebut Transformasi Supaya ASN Melek Digital |
Selain itu, talenta-talenta digital yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital perlu dipersiapkan dengan seksama. Dari segi kebijakan, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 82/2023 tentang Percepatan Transformasi Digital dan Keterpaduan Layanan Digital Nasional.
“Kepemimpinan menjadi kunci untuk keberhasilan pelaksanaan kebijakan Pemerintah tersebut. Diperlukan pemimpin yang memiliki wawasan digital, yang mampu menjadi sentral dalam membangun kolaborasi, peralihan teknologi, serta kesiapan SDM ASN,” ungkapnya.
Keberhasilan transformasi digital ini, lanjut Taufiq, diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah birokrasi seperti mengubah mindset yang semula ego sektoral menjadi customer centric, merubah perspektif birokrasi yang dinilai masih dominan pada kewenangan masing-masing.
“Meningkatkan skill digital SDM aparatur untuk memiliki kemampuan dan keahlian digital (digital intelligence) untuk melayani masyarakat, dan terakhir model kepemimpinan yang mampu me-manage transformasi digital ini,” ujar dia.
Senada, Ketua Majelis Wali amanat Universitas Padjadjaran Arief Yahya mengatakan, saat ini era pusaran digital (digital vortex) menyebabkan berbagai sektor terdistorsi oleh teknologi. Beberapa sektor yang terdisrupsi teknologi layanan digital, pendidikan, telekomunikasi, media entertainment, pariwisata.
Untuk mendukung keberhasilan transformasi digital ada tiga nilai yang perlu ditingkatkan yaitu cost value dimana pelayanan semakin murah dan gratis, experience value memberikan pengalaman digital yang mudah untuk diakses publik dan terakhir platform value yang mengintegrasikan seluruh layanan dalam satu platform.
“Oleh karenanya, sebelum melakukan transformasi digital, kita perlu mentransformasi mindset para pelayan publik untuk beralih menjadi becoming digital,” tegas Arief Yahya.
Menyikapi hal itu, Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi dan Informasi Nasional Ilham Akbar Habibie menyampaikan, layanan teknologi digital seperti Artificial Intelligence (AI) teknologi geospasial (geospatial technologies), virtual reality, augmented reality bisa dimanfaatkan untuk aplikasi pemerintah.
“Ini memungkinkan lembaga publik merancang layanan virtual yang dapat menghubungkan ke sumber digital dan terakhir kolaborasi dan integrasi seluruh layanan pemerintah tanpa adanya ego sektoral dan silo mentality,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News