Ilustrasi Maybank. Foto: Maybank Indonesia
Ilustrasi Maybank. Foto: Maybank Indonesia

Laba Maybank Indonesia Melonjak 53,9% di 2025, Efisiensi dan Digitalisasi Jadi Kunci

Annisa ayu artanti • 04 November 2025 20:15
Jakarta: PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) mencatatkan Laba Sebelum Pajak (PBT) sebesar Rp1,30 triliun atau naik 53,9 persen pada periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2025. Sementara Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Nonpengendali (PATAMI) melonjak 77,3 persen menjadi Rp989 miliar.
 
Pertumbuhan signifikan ini ditopang oleh pendapatan operasional yang menguat, beban overhead yang terkendali, serta penurunan biaya provisi secara signifikan.

Pendapatan bunga dan nonbunga terus tumbuh

Pendapatan bunga Maybank Indonesia naik 3,2 persen, didorong oleh peningkatan imbal hasil terhadap loan average balance dan portofolio surat berharga, serta penerapan pricing yang disiplin. 
 
Meskipun beban bunga masih tinggi karena meningkatnya komposisi dana mahal, Pendapatan Bunga Bersih (NII) tetap tumbuh 0,8 persen menjadi Rp5,37 triliun. Sementara Marjin Bunga Bersih (NIM) sedikit tertekan 16 bps menjadi 4,3 persen.

Di sisi lain, pendapatan nonbunga (NOII) meningkat 10,7 persen menjadi Rp1,58 triliun, berkat lonjakan pendapatan Global Markets (GM) sebesar 618,3 persen menjadi Rp300 miliar dari aktivitas perdagangan valas dan efek.  Secara keseluruhan, gross operating income meningkat 2,9 persen menjadi Rp6,95 triliun.

Kredit ritel dan UKM jadi penopang pertumbuhan

Maybank Indonesia terus memperkuat portofolio kredit di segmen utama seperti UKM, korporasi lokal, dan ritel, yang mendorong pertumbuhan kredit Community Financial Services (CFS) sebesar 7,8 persen menjadi Rp86,05 triliun.
 
Kredit CFS Nonritel tumbuh 10,1 persen menjadi Rp38,43 triliun, didukung oleh kenaikan kredit komersial sebesar 18,5 persen dan SME+ sebesar 6,4 persen.
 
Kredit CFS Ritel meningkat 6,1 persen menjadi Rp47,62 triliun, terutama dari pembiayaan otomotif (+9,6 persen), kartu kredit dan KTA (+2,4 persen), serta KPR (+2,1 persen).
 
Sementara itu, kredit Global Banking (GB) untuk korporasi lokal skala besar tumbuh 7,7 persen menjadi Rp11,88 triliun. Meski ada penurunan 29,8 persen pada pinjaman korporasi berimbal hasil rendah, langkah rebalancing ini membantu meningkatkan efisiensi portofolio. Total kredit secara keseluruhan turun tipis 1,6 persen menjadi Rp120,42 triliun, namun tetap ditopang kinerja kuat di segmen CFS.
 
Baca juga: Maybank Indonesia Perkuat Ekosistem Keuangan Syariah Lewat Forum Pasar Uang dan Valas

Dorong pembiayaan berkelanjutan dan ekonomi hijau

Maybank Indonesia juga terus memperluas pembiayaan berkelanjutan, yang naik 7 persen menjadi Rp3,96 triliun. Peningkatan terutama berasal dari pembiayaan pengelolaan sumber daya alam hayati (+56,1 persen) dan transportasi ramah lingkungan (+72 persen). Kini, pembiayaan berkelanjutan mencakup 20,1 persen dari total kredit bank.
 
Total aset Maybank Indonesia turut meningkat 4,6 persen, didorong oleh lonjakan 28,8 persen pada portofolio surat berharga. Sementara simpanan nasabah tumbuh 13,2 persen, dengan giro naik 19,3 persen dan tabungan 0,9 persen, sejalan dengan strategi memperkuat pendanaan efisien. Rasio CASA tercatat di 52,3 persen.

Digitalisasi dan efisiensi dorong performa operasional

Platform perbankan digital Maybank juga menunjukkan pertumbuhan positif. Transaksi M2U (ritel) naik 23,4 persen menjadi lebih dari 22 juta transaksi, sedangkan M2E (korporasi) meningkat 12,5 persen menjadi 3,7 juta transaksi.
 
Efisiensi tetap menjadi fokus utama. Beban overhead hanya naik 3 persen secara tahunan, sementara rasio cost-to-income (CIR) membaik ke 70,4 persen dari 71,4 persen. BOPO juga turun menjadi 89,1 persen, mencerminkan manajemen biaya yang disiplin.
 
Selain itu, Laba Operasional Sebelum Provisi (PPOP) tumbuh 2,8 persen menjadi Rp2,05 triliun, dan provisi menurun 32,1 persen, seiring pencadangan yang kuat di tahun sebelumnya.

Aset dan modal tetap kuat

Kualitas aset Maybank Indonesia membaik dengan NPL gross turun ke 2,4 persen dan NPL net menjadi 1,5 persen, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Likuiditas juga solid, dengan LDR 77,5 persen, LCR 163,6 persen, dan NSFR 118,7 persen, jauh di atas ketentuan minimum.
 
Sementara rasio permodalan tetap kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 27,1 persen dan Common Equity Tier 1 (CET1) sebesar 25,9 persen.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan