Ilustrasi/Medcom.id
Ilustrasi/Medcom.id

Berkaca Sejarah, BUMN Makin Kinclong Usai Jadi Perusahaan Terbuka

Medcom • 12 Juli 2023 23:01
Jakarta: Sejarah membuktikan, banyak badan usaha milik negara (BUMN) yang lebih sukses usai menjadi perusahaan terbuka. Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mencatat kinerja BUMN jauh meroket setelah menjadi perusahaan terbuka. 
 
Pernyataan Reza tak lepas dari kondisi saat ini. Beberapa BUMN atau anak BUMN berencana masuk bursa saham, seperti Pertamina Hulu Energi.
 
"Kisah membaiknya kinerja bisa kita lihat di sejumlah BUMN yang melakukan IPO (penawaran saham perdana). Sebut saja BUMN perbankan. Sejarah mencatat value mereka saat ini jauh meroket bila dibandingkan dengan (kinerja mereka) sebelum atau saat mereka melakukan IPO," kata Reza, melalui keterangan tertulis, Rabu, 12 Juli 2023.

Dia mencontohkan kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk yang dulu sangat identik dengan bank masyarakat perdesaan. Saat ini, BRI justru menjadi bank terbesar di Indonesia dengan total aset Rp1.631,18 triliun per 31 Mei 2023.
 
PT Bank Mandiri juga begitu. Per 31 Mei 2023 memiliki total aset Rp1.519,98 triliun. Padahal, sebelum IPO pada 2003, Bank Mandiri yang merupakan merger empat bank, yakni Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank Dagang Negara, dan Bank Pembangunan Indonesia tercatat masih memiliki utang hingga Rp68 triliun. Bank BNI pun meroket usai IPO.
 
Di luar perbankan, Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang baru IPO Februari 2023 juga tak kalah moncer. Terkait hal itu, sebelumnya Reza pernah menyoroti keberhasilan PGE yang membalikkan kondisi modal kerja (working capital) menjadi surplus. 
 
"Padahal, sebelum IPO, (PGE) masih minus USD424.475," ujar dia. 
 
Menurut Reza, upaya PGE dalam mendorong working capital menjadi positif layak diapresiasi. Hal tersebut merupakan sinyal awal bahwa kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi sehat dan dikelola dengan cukup bijaksana (prudent).
 
"Tinggal tantangannya bagaimana PGE bisa menjaga agar working capital pada triwulan-triwulan selanjutnya," kata dia. 
 
BUMN dan anak BUMN pun Tak kalah menggembirakan. Laporan keuangan Aneka Tambang, Bukit Asam, Jasa Marga, Dayamitra Telekomunikasi, dan Telkom kompak menunjukkan kinerja sangat positif.
 
Antam yang IPO pada 1997, misalnya, memiliki kinerja keuangan meningkat secara signifikan. Terdapat peningkatan laba kotor dan laba bersih pada 2022, yakni masing-masing mencapai 82% dan Rp74 miliar.
 

Mengapa meroket?

Mengapa banyak BUMN sukses setelah menjadi perusahaan terbuka? Reza menyebut bahwa IPO adalah salah satu opsi pendanaan bagi perusahaan.
 
"Artinya, keuntungan pertama dan paling mendasar dari IPO, ya didapatkannya pendanaan tersebut," ujarnya. 
 
Dengan suntikan pendanaan baru, menurut Reza, perusahaan lebih memiliki peluang untuk mengembangkan potensi bisnis ke depan. Dengan pendanaan yang lebih memadai, segala rencana ekspansi bisnis yang ada dalam peta jalan dapat segera dieksekusi dan tidak kehilangan momentum.
 
"Ketika perusahaan sebelumnya ingin ini-itu terkait aksi korporasi, terkait laju ekspansi, maka dengan pendanaan yang tersedia, (rencana) itu dapat segera dilakukan sesuai harapan," tutur Reza.
 
Baca: Tak hanya Fokus Bisnis Migas, Pertamina Juga Bantu Atasi Stunting
 
Selain itu, lanjut Reza, IPO juga menjadikan BUMN sangat transparan. Segala gerak-gerik manajemen, rencana bisnis yang disusun, strategi yang disiapkan, hingga penempatan dan penunjukan para pengurus perusahaan, sepenuhnya dapat diawasi publik.
 
"Bahkan bukan pemegang saham pun, misalnya baru mau beli (sahamnya), bisa melihat direktur utamanya siapa, komisarisnya siapa, kenapa mereka dipilih, background-nya apa, atau kemampuannya apa saja, sehingga dia layak menempati posisi itu," kata Reza.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan