“Kalau dilihat sangat ironis ya harga cabai mahal, bahan makanan mahal, tapi kita buang-buang di sini. Oleh karena itu harus ada perubahan perilaku,” katanya, dikutip dari Antara, Jumat, 8 Juli 2022.
baca juga: Kemendagi Dorong Pengelolaan Sampah Berkonsep Kearifan Lokal |
Berdasarkan data The Economist Intelligence, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Catatan tersebut didukung hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan sejumlah lembaga mengenai hasil studi komprehensif terkait Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia pada 2021.
Menurut kajian Bappenas, sampah makanan yang terbuang di Indonesia sejak 2000 hingga 2019 mencapai 23 juta-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram (kg) per kapita per tahun.
"Besarnya intensitas makanan yang terbuang menjadi sampah tentu berdampak terhadap beberapa sektor seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan. Akibat sampah makanan ini, negara setidaknya mengalami kerugian ekonomi yang mencapai Rp213 triliun-Rp551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5 persen Produk Domestik Bruto Indonesia," ungkap Menparekraf.
Melalui FGD tersebut, diharapkan menciptakan solusi dan langkah menangani sampah makanan (food loss and waste) di industri pariwisata dalam upaya mewujudkan pariwisata berkelanjutan.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif disebut berkomitmen turut aktif dalam mengatasi isu perubahan iklim, salah satunya dengan menyelenggarakan FGD Pengelolaan Food Waste di industri pariwisata berlandaskan arahan Presiden Joko Widodo di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Roma, Italia.
Melalui G20, Indonesia berniat menjadi contoh dalam mengatasi perubahan iklim dan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan dengan tindakan nyata.
"Hari ini kita memulai suatu langkah baru secara betul-betul all out, kita totalitas untuk menangani pariwisata yang berkelanjutan," ucap Sandiaga.
Dia juga mengharapkan seluruh pemangku kepentingan di industri pariwisata yang terdiri dari pelaku usaha pariwisata hotel, restoran, dan kafe, lalu pemerintah, akademisi, media, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk berperan menangani sampah makanan di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News