Peneliti Kehutanan Universitas Sumatra Utara (USU) Onrizal mengatakan, sejauh ini pengembangan dan operasi PLTA Batang Toru belum ada gejala kerusakan ekosistem alam, terutama hutan yang bersifat campur tangan manusia.
Terbukti, belum ada bukti faktual bahwa PLTA Batang Toru membuat orang utan Tapanuli yang punah, karena lahan yang dibutuhkan hanya sedikit. Selain itu, konservasi juga masih terjaga.
"Kalau kita lihat PLTA ini hanya memakan lahan sekitar 122 hektare (ha) dibandingkan dengan luas hutan primer di sana yang ratusan ribu hektare," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 9 Maret 2023.
Pangkas 1,6 juta karbon
Sementara itu, Executive Vice President Konstruksi Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi PLN Weddy Bernadi Sudirman menyebut PLTA Batang Toru punya kemampuan menurunkan 1,6 juta ton karbon atau setara dengan 12,3 juta pohon atau 230 ribu hektare hutan primer.
Lagi pula, lanjutnya, PLTA Batang Toru tidak dibangun di kantong-kantong habitat orang utan. Jembatan arboreal berbentuk 'V' sudah dibangun di atas jalan akses PLTA Batang Toru dan sudah dimanfaatkan oleh orang utan untuk melintas.
Tim Pengembang juga selalu melakukan monitoring bersama, melaksanakan kebijakan zero tolerance terhadap perburuan kepada seluruh pekerja, hasilnya zero accident satwa di areal proyek.
Baca juga: Mau Kurangi Emisi Karbon hingga 29%, Segini Duit yang Dibutuhkan Pemerintah |
Jadi pembangkit energi terbarukan
Indonesia memiliki peran untuk melindungi bumi dari sektor energi dengan menggalakkan penggunaan energi terbarukan atau renewable energy.
Peran tersebut dapat dilakukan dengan membangun PLTA yang memanfaatkan aliran sungai (run-of-river). Salah satunya adalah PLTA Batang Toru.
Penggunaan energi terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan seperti PLTA memiliki peran menurunkan kadar emisi karbon sekaligus meningkatkan kualitas kelestarian lingkungan guna memitigasi dampak perubahan iklim.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News