Rapor positif ini dipaparkan pihak JAPFA dalam acara Public Expose (Paparan Publik) di Pullman Jakarta Central Park, Rabu, 3 April 2024. Penjualan bersih menjadi salah satu yang mendapat catatan positif pada tahun lalu yang dipaparkan dalam acara tersebut.
Dalam pemaparannya, JAPFA mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp51,18 triliun pada 2023. Angka tersebut naik 4,5 persen secara year-on-year.
Pada angka neraca, total aset juga mengalami kenaikan. Sebelumnya, total aset mencapai Rp32,69 triliun pada 2022. Kemudian, naik menjadi Rp34,11 triliun selang setahun. Sementara itu, belanja modal (capex) perseroan dilaporkan mendekati nilai belanja modal pada 2022, yakni Rp1,98 triliun.
"Di tengah tantangan yang terjadi pada 2023, yakni kelangkaan bahan baku dan fluktuasi harga live bird, JAPFA tetap fokus dalam menjalankan strategi bisnisnya. Upaya efisiensi di berbagai bidang, penggunaan bahan baku alternatif hingga pengoptimalan utilisasi kapasitas produk berhasil menekan biaya produksi dan menjaga efektivitas kinerja perusahaan," ujar Direktur JAPFA Leo Handoko Laksono.
"Di samping itu, dalam rangka mendukung program pemerintah untuk menjaga keseimbangan populasi ayam pedaging dalam negeri, JAPFA telah mengekspor ke beberapa negara, termasuk ekspor perdana ayam hidup ke Singapura," lanjutnya.
Baca: Awali 2024, Japfa Kembali Ekspor ke Singapura |
Catatan positif juga ditunjukkan dalam enjualan di divisi perunggasan. Divisi ini masih menjadi penyumbang terbesar penjualan dengan persentase mencapai 90 persen jika ditinjau dari kontribusi penjualan kotor per segmen usaha.
Kemudian, segmen akan ternak juga menyumbangkan penjualan sebesar 41 persen disusul dengan segmen peternakan komersial sebesar 31 persen. Bahkan, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan ekspor pakan unggas empat kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
"Segmen Usaha Pengolahan Hasil Peternakan dan Produk Konsumen juga berhasil mencatat pertumbuhan kinerja penjualan bersih yang cukup baik, yaitu sebesar 3,7 persen menjadi Rp7,9 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp7,6 triliun dengan laba mencapai Rp417,2 miliar," kata Leo.
"Segmen budidaya perairan juga dinilai masih memiliki potensi yang sangat besar. Begitu pula dengan sektor hilir yang senantiasa menawarkan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Ke depannya, kami terus berupaya memperkuat sektor hilir," tuturnya.
Perkuat sektor hilir
Berbagai upaya dilakukan JAPFA untuk memperkuat segmen hilir. Salah satunya, melakukan ekspansi dan pengembangan pasar, khususnya pada daerah-daerah yang masih memiliki potensi pasar yang besar.Kedua, memperluas distribusi penjualan produk dengan melakukan penetrasi ke pasar tradisional. Hal ini sejalan dengan sinergi yang dilakukan dengan menggabungkan distribusi produk-produk olahan.
Baca: Pacu Bisnis, Japfa Comfeed Perkuat Segmen Usaha Hilir |
Terakhir, JAPFA melakukan berbagai program promosi untuk menjaga loyalitas pelanggan dan konsumen. Langkah ini membuahkan hasil yang cukup baik, di mana perusahaan dapat mempertahankan pangsa pasar di tengah persaingan yang kian tajam dan pasar yang cenderung mengalami stagnasi.
Bukan hanya segmen hilir, aspek keberlanjutan juga menjadi perhatian besar dari JAPFA. Mereka terus memperkuat aspek tersebut yang dibuktikan dari pemanfaatan Sustainability-Linked Loan (SLL) dari PT Bank Negara Indonesia Tbk, Persero (BNI) senilai Rp1,425 triliun.
Selama tiga tahun terakhir, JAPFA menjalankan komitmennya untuk membangun delapan dari sembilan fasilitas daur ulang air limbah. Selain itu, JAPFA juga sedang menyempurnakan JAPFA Sustainability Reporting System (JSRS) dengan menambahkan cakupan data yang relevan sehingga secara signifikan meningkatkan kelengkapan dan akurasi data.
Permintaan penjualan saat Ramadan meningkat
Sementara itu, peningkatan penjualan juga dialami JAPFA selama Ramadan 2024. Menurut Head of Division Poultry Feed JAPFA Budiarto Soebijanto, pihaknya mengalami kenaikan permintaan."Kami tidak bisa mengukur pasti akibat dari Ramadan. Yang jelas kombinasi antara keseimbangan supply demand itu menyebabkan harga live bird itu meningkat dibanding awal tahun yang lalu. Di samping juga pasti ada permintaan yang bertambah karena menjelang Ramadan ini. Kami lihat bahwa dengan keseimbangan suplai dan demand mudah-mudahan di kuartal berikutnya dan seterusnya lebih baik," kata Budiarto.

(Foto: Dok. JAPFA)
Dan juga ada satu faktor, yaitu bahan baku, terutama jagung sudah mereda. Yang tadinya melonjak sampai 8.000 lebih, sampai 9.000. Sekarang sudah sekitar 5.500 menuju kepada normal.
"Ini mengurangi tekanan terhadap biaya produksi pakan maupun harga pakan yang menyebabkan tekanan kepada biaya produksi live bird," tutur Budiarto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id