"Mereka (UMKM) akan banyak diuntungkan karena harga gas melalui jaringan pipa tentu lebih murah,” kata Abadi, dilansir dari Antara, Selasa, 27 Februari 2024.
Pekan lalu, PGN sebagai Subholding Gas Pertamina melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT MRT Jakarta. Kerja sama terkait rencana perluasan pemanfaatan jaringan gas kota di sepanjang jalur Kawasan Berorientasi Transit atau Transit Oriented Development (TOD) MRT Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.
Kerja sama dilakukan sesuai mandat yang dimiliki PT MRT Jakarta, yakni selain membangun jalur transportasi, juga mengoperasikan dan memelihara, serta membangun bisnis. Termasuk di dalamnya adalah kawasan orientasi transit di sekitar stasiun, yakni Lebak Bulus, Fatmawati, Dukuh Atas, sampai Kota Tua.
Baca:Subholding Gas Pertamina-Blue Bird Optimalkan Penggunaan BBG |
Menurut Abadi jaringan gas (jargas) memang lebih murah dibandingkan elpiji yang sebagian besar diperoleh melalui impor. Karena itu ekspansi yang terus dilakukan PGN, termasuk kerja sama dengan MRT, akan mampu mengurangi beban subsidi yang setiap tahun terus membengkak.
"Bagaimana pun, subsidi di elpiji sudah cukup besar karena konsumsinya terus naik. Apalagi LPG 3 kilogram selama ini dijual di bawah harga keekonomian,” kata dia.
Menuju energi bersih 2060
Terkait komitmen Pertamina menuju nol emisi karbon (NZE) pada 2060, dia menyatakan, meskipun merupakan energi fosil, namun emisi gas sangat kecil. Jauh lebih kecil dari batu bara dan minyak bumi."Betul, ke arah sana. Kalau terkait dengan energi bersih, ini adalah salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan batu bara," kata Abadi.
Untuk itu, dia sepakat dengan ekspansi yang terus dilakukan PGN. Termasuk memperluas jargas ke seluruh rumah tangga di Indonesia.
Namun demikian, tambah dia, sebagai upaya transisi energi, Pertamina juga harus melanjutkan implementasi energi baru dan terbarukan. Misalnya, memperluas pemasangan solar panel di berbagai SPBU.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News