Mentan Syahrul Yasin Limpo saat membuka Rembug Tani Nasional yang digelar SPKS. Foto Istimewa.
Mentan Syahrul Yasin Limpo saat membuka Rembug Tani Nasional yang digelar SPKS. Foto Istimewa.

Biar Sukses, Hilirisasi Sawit Perlu Libatkan Koperasi dan Petani

Husen Miftahudin • 31 Agustus 2023 17:35
Jakarta: Program biodiesel sawit yang digencarkan oleh pemerintah masih belum dirasakan manfaatnya secara langsung oleh petani swadaya. Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2019 lalu menyatakan, kebijakan mandatori biodiesel didesain salah satunya untuk meningkatkan pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan petani sawit.
 
Guna memperoleh rekomendasi mandatory biodiesel yang berdampak langsung terhadap petani, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mengadakan Rembug Tani Nasional Kelapa Sawit Indonesia. Acara yang diadakan di Aryaduta Hotel, Jakarta, tersebut mengusung tema 'Pemanfaatan TBS Petani Sawit Swadaya melalui Kemitraan dalam Mendukung Program Biodiesel sebagai Sumber Energi Transisi Berkelanjutan di Indonesia'.
 
Rembug Tani Nasional tersebut dibuka secara langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Dalam sambutannya, ia mengatakan kelapa sawit adalah komoditi andalan Indonesia yang memiliki prospek hari ini, besok, dan ke depan yang semakin terbuka dan makin baik, sehingga menjadi komoditi yang diminati dunia.

Menurut Syahrul, sawit bisa menjadi penopang andalan Indonesia dalam segi ekonomi yang berdaya cukup. Indonesia hingga saat ini masih bertahan sebagai negara terbesar penghasil Sawit di seluruh dunia.
 
"Oleh karena itu karna ini (sawit) menjadi salah satu kekuatan bangsa ini, community ini menjadi andalan kita, dan kita terbesar didunia," ungkap Mentan saat membuka Rembug Tani Nasional yang digelar SPKS, Kamis, 31 Agustus 2023.
 

Dorong kesuksesan program biodiesel


Dijelaskan Mentan, Rembug Tani Nasional ini sangat penting dan strategis untuk ke depan agar menciptakan upaya maksimal memberikan energi lebih bagi petani sawit agar dapat berkontribusi lebih besar bagi pendapatan petani, devisa negara, serta mewujudkan program biodiesel.
 
Oleh karena itu, dirinya berharap petani sawit berupaya melakukan akselerasi program peremajaan sawit hingga hilirisasi melalui perbaikan tata kelola sawit secara berkelanjutan. Hal itu untuk menjaga dan meningkatkan produksi.
 
"Kita sudah masuk biodiesel 40, dan sudah diakui oleh dunia. Bahkan kalau kita masih mau bisa ditingkatkan menjadi biodiesel 100. Tentunya dengan tahapan-tahapan," papar Syahrul.
 
"Saya kira hasil dari Rembug Tani Nasional ini akan merekomendasikan apa-apa yang akan dilakukan pemerintah sehingga keberpihakan terhadap petani menjadi sangat penting dari negara," tambah dia.
 
Baca juga: Kemitraan Dorong Geliat Ekonomi di Daerah Sawit
 

Hilirisasi sawit


Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal SPKS Mansuetus Alsy Hanu mengatakan, kegiatan Rembug Tani Nasional ini untuk membahas kemitraan antara koperasi petani sawit dengan pabrik kelapa sawit yang selama ini mensuplai untuk industri biodiesel. Hingga saat ini, dari sisi hulu petani belum mendapat kejelasan terkait suplai kelapa sawit.
 
"Di sisi hulu ini kami (petani kelapa sawit) belum jelas mau suplai kemana untuk ikut andil dalam program biodiesel. Oleh karena itu, dalam dialog ini, kami akan membicarakan dan mengupas tuntas terkait kemitraan di sektor hulu antara koperasi petani dengan industri," ungkap Mansuetus.
 
Dirinya menjelaskan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidatonya sudah jelas mengatakan hilirisasi biodiesel itu harus melibatkan para petani sawit. Oleh karena itu, SPKS ingin menghubungkan para petani ke dalam industri kelapa sawit dalam konteks hilirisasi kelapa sawit.
 
"Saat ini kan yang menikmati pengusaha sawit. Kita ingin hilirisasi sawit itu harus bertumpu pada koperasi dan kekuatan petani. Hilirisasi harus melibatkan koperasi dan petani," tutup dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan