Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan inovasi tersebut juga memberikan manfaat ganda bagi korporasi dan kesejahteraan masyarakat.
Contohnya program cofiring yang dilakukan di Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang yang menjadikan biomassa dari limbah serbuk gergaji atau sawdust sebagai campuran energi primer di PLTU Bengkayang, Kalimantan Barat
Biomassa sawdust menjadi salah satu pilihan untuk dijadikan energi primer untuk menggantikan peran batu bara. Cofiring Biomass juga merupakan salah satu green booster dalam program akselerasi peningkatan bauran energi terbarukan Tanah Air.
"Penggunaan biomassa pada PLTU Bengkayang akan menurunkan emisi yang berasal dari sektor kelistrikan, hal ini merupakan dukungan PLN IP sebagai Subholding PLN kepada Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emision pada 2060," kata Edwin dalam keterangan tertulis, Minggu, 4 Agustus 2024.
Baca juga: PLN IP Sulap Sampah Jadi Energi Primer PLTU |
Edwin mengungkapkan, uji bakar cofiring biomassa sawdust pada PLTU Bengkayang menggunakan 250 ton atau 10 persen dari total pemakaian batubara PLTU Bengkayang per harinya.
"Uji bakar cofiring biomassa sawdust pada PLTU Bengkayang telah kami laksanakan dengan presentase 10 persen dari total pemakaian batu bara, ini merupakan salah satu komitmen PLN dalam mendukung konversi energi baru terbarukan," ujar dia.
Target produksi listrik dari biomassa
Sementara itu, Manajer PLN IP UBP Singkawang Slamet Muji Raharjo mengatakan target produksi listrik yang bersumber dari biomassa pada PLTU Bengkayang sebesar 5.000 MW, artinya sekitar empat persen dari total keseluruhan produksi listrik yang dihasilkan PLTU tersebut dalam waktu satu tahun."Setelah uji bakar cofiring sawdust ini kedepannya tentu kami akan lakukan secara berkelanjutan menggunakan biomassa sawdust dan alternatif lainnya," ujar Slamet.
Dalam prosesnya, pemanfaatan biomassa sawdust sebagai energi primer PLTU Bengkayang ini melibatkan masyarakat, salah satunya melalui kelompok Sawmill. Ketua Sawmill Muhsinin mengaku mendapat manfaat dengan adanya program cofiring sawdust, yaitu meningkatkan produktivitas Sawmill.
Sebelumnya limbah sawdust memenuhi area kerja sehingga area kerja menjadi terbatas dan kotor, namun kini dengan adanya program cofiring di PLTU Bengkayang dirasa dapat memberikan nilai ekonomi sehingga penghasilan dapat meningkat serta dapat menyerap tenaga kerja baru.
"Pekerja yang dilibatkan dalam ekosistem biomassa sebelumnya merupakan pengangguran, sehingga dengan adanya program ini sangat membantu memberikan penghasilan per orang Rp100 ribu per truk dengan asumsi satu hari satu truk maka satu bulan mendapat penghasilan Rp3 juta yang mana ini lebih besar dari UMK di Mempawah sebesar Rp2,7 juta. Penghasilan tesebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk sekolah anak," jelas Muhsinin.
Muhsinin melanjutkan, selain berdampak pada kesejahteraan masyarakat, program pemanfaatan sawdust untuk cofiring juga berdampak pada perbaikan lingkungan.
"Biomassa yang berasal dari sawdust ini memberikan beragam manfaat, baik dari sisi kesejahteraan masyarakat hingga kelestarian lingkungan," imbuh Muhsinin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News