Board of Advisors Prasasti, Burhanuddin Abdullah, menilai ekonomi kreatif Indonesia memiliki keunggulan struktural yang sulit ditiru negara lain. Kekayaan budaya yang orisinal dan keragaman kreativitas menjadi modal utama yang membedakan Indonesia di tengah persaingan global.
| Baca juga: Ekraf Tanah Air Semakin Menjanjikan, BPS: Sektor Ini Menyerap 27,4 Juta Pekerja |
“Di saat banyak negara mengandalkan skala dan teknologi, ekonomi kreatif Indonesia justru menawarkan nilai tambah melalui identitas, narasi, dan inovasi berbasis lokal. Diferensiasi inilah yang membuka peluang besar bagi ekonomi nasional untuk tumbuh lebih kuat,” ujar
Burhanuddin.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kinerja ekonomi kreatif terus mencatatkan tren positif. Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ini tumbuh 5,69 persen, dengan nilai ekspor mencapai USD 12,89 miliar dan melampaui target 2025.
Hingga November 2025, sektor ekonomi kreatif juga tercatat menyerap sekitar 27,4 juta tenaga kerja, mencerminkan daya tahan sekaligus potensi ekspansinya di tengah ketidakpastian global.
Potensi daerah
Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menegaskan penguatan ekonomi kreatif harus dimulai dari daerah. Menurutnya, kekayaan ekonomi kreatif Indonesia tidak hanya terkonsentrasi di kota besar, melainkan tumbuh dari berbagai wilayah dengan karakter budaya yang berbeda.“Tambang baru Indonesia adalah ekonomi kreatif di daerah. Potensi ini ditopang oleh kekayaan budaya nusantara, dominasi generasi muda digital native, serta percepatan transformasi digital. Inilah yang menjadikan ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan yang berangkat dari daerah,” kata Teuku Riefky.
Ia menjelaskan, melalui kerangka Asta Ekraf, pemerintah mendorong penguatan talenta ekonomi kreatif lewat program pelatihan lintas subsektor. Upaya ini dibarengi dengan perluasan akses pasar dan pendanaan agar pelaku ekonomi kreatif dapat naik kelas, baik di tingkat nasional maupun global.
Executive Director Prasasti, Nila Marita, menambahkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif membutuhkan ruang dialog kebijakan yang inklusif dan berorientasi solusi. Menurutnya, forum Prasasti Insights menjadi langkah awal untuk merumuskan arah kebijakan ekonomi kreatif yang lebih terstruktur ke depan.
“Kami mengapresiasi konsistensi Kementerian Ekonomi Kreatif dalam menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif harus berangkat dari daerah. Keragaman lokal, talenta daerah, dan ekosistem kreatif menjadi fondasi utama kekuatan ekonomi kreatif nasional,” ujar Nila.
Ia menilai, kolaborasi lintas pemangku kepentingan menjadi kunci agar potensi ekonomi kreatif dapat memberikan dampak ekonomi sekaligus memperkuat posisi Indonesia di panggung global.
Perkembangan Teknologi Digital
Dari sisi subsektor, Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda, menilai pertumbuhan ekonomi kreatif berjalan seiring dengan perkembangan teknologi digital dan perubahan struktur demografi. Saat ini, kontribusi terbesar masih berasal dari subsektor kuliner, fesyen, dan kriya.“Capaian pertumbuhan 5,69 persen menunjukkan kinerja ekonomi kreatif berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Ini menjadi pijakan penting untuk mengembangkan subsektor lain yang bernilai tambah tinggi,” ujarnya.
Nailul menilai subsektor film dan musik memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terutama dengan menguatnya peran platform digital dan layanan over-the-top (OTT) sebagai saluran distribusi dan monetisasi. Penguatan subsektor ini dinilai penting untuk menciptakan struktur ekonomi kreatif yang lebih seimbang dan berdaya saing.
Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Ekonomi Kreatif menegaskan telah menyiapkan berbagai langkah strategis, termasuk sinkronisasi kebijakan lintas kementerian, agar ekonomi kreatif berkembang sebagai bagian integral dari ekosistem ekonomi nasional, khususnya dalam mendorong pertumbuhan berbasis daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News