Jakarta: PT PLN (Persero) berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Program cofiring ini mendukung pemerintah untuk menekan emisi karbon di Tanah Air untuk mencapai target Net Zero Emission di 2060 dan menghadirkan layanan listrik yang lebih bersih.
Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah menyatakan, penggunaan 75 persen biomassa dalam uji coba High Co-Firing (HCR) pada Oktober 2022 ini merupakan langkah lanjutan, setelah sebelumnya pada Juni 2022 lalu PLTU Tembilahan telah berhasil menerapkan 100 persen biomassa.
"Saat ini PLTU Bolok sudah berhasil melakukan cofiring hingga 75 persen biomassa. Kami akan terus uji dan evaluasi agar bisa mencapai 100 persen," ucapnya dalam keterangan resmi, yang dikutip Senin, 24 Oktober 2022.
PLTU Tembilahan menjadi PLTU pertama di Indonesia yang telah menerapkan 100 persen biomassa dalam HCR. HCR biomassa ini sekaligus menjadi jawaban masa depan energi bersih di Tanah Air.
Ruly menjelaskan, pengujian co-firing biomassa di PLTU Bolok dilaksanakan secara bertahap sesuai prosedur yang direncanakan. Uji coba ini telah dilaksanakan secara bertahap dengan penggunaan biomassa secara progresif mulai dari nol persen, 25 persen, 50 persen, hingga 75 persen, dan akan terus dilakukan hingga bisa mencapai 100 persen biomassa.
Ruly menjelaskan, seluruh rangkaian pengujian co-firing biomassa sesuai dengan Peraturan Presiden 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. "Dengan inovasi yang kami lakukan, harapannya dapat mendukung pencapaian EBT 23 persen di 2025," ucapnya.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTT Fintje Lumembang berharap penggunaan biomassa sebagai bahan bakar pada PLTU Bolok dapat menekan emisi dan penghematan biaya pokok penyediaan listrik. "Program ini digadang untuk mendukung target bauran energi baru terbarukan nasional," pungkasnya.
Program cofiring ini mendukung pemerintah untuk menekan emisi karbon di Tanah Air untuk mencapai target Net Zero Emission di 2060 dan menghadirkan layanan listrik yang lebih bersih.
Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah menyatakan, penggunaan 75 persen biomassa dalam uji coba High Co-Firing (HCR) pada Oktober 2022 ini merupakan langkah lanjutan, setelah sebelumnya pada Juni 2022 lalu PLTU Tembilahan telah berhasil menerapkan 100 persen biomassa.
"Saat ini PLTU Bolok sudah berhasil melakukan cofiring hingga 75 persen biomassa. Kami akan terus uji dan evaluasi agar bisa mencapai 100 persen," ucapnya dalam keterangan resmi, yang dikutip Senin, 24 Oktober 2022.
PLTU Tembilahan menjadi PLTU pertama di Indonesia yang telah menerapkan 100 persen biomassa dalam HCR. HCR biomassa ini sekaligus menjadi jawaban masa depan energi bersih di Tanah Air.
Baca juga: Wamen BUMN: Perdagangan Karbon Masih Bersifat Sukarela! |
Ruly menjelaskan, pengujian co-firing biomassa di PLTU Bolok dilaksanakan secara bertahap sesuai prosedur yang direncanakan. Uji coba ini telah dilaksanakan secara bertahap dengan penggunaan biomassa secara progresif mulai dari nol persen, 25 persen, 50 persen, hingga 75 persen, dan akan terus dilakukan hingga bisa mencapai 100 persen biomassa.
Ruly menjelaskan, seluruh rangkaian pengujian co-firing biomassa sesuai dengan Peraturan Presiden 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. "Dengan inovasi yang kami lakukan, harapannya dapat mendukung pencapaian EBT 23 persen di 2025," ucapnya.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTT Fintje Lumembang berharap penggunaan biomassa sebagai bahan bakar pada PLTU Bolok dapat menekan emisi dan penghematan biaya pokok penyediaan listrik. "Program ini digadang untuk mendukung target bauran energi baru terbarukan nasional," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News