Program ini digagas untuk memperkuat peran riset dalam pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy), terutama di lingkungan perguruan tinggi keagamaan. Dengan dukungan pendanaan hingga miliaran rupiah per proyek, MoRA The AIR Funds diharapkan mampu melahirkan riset-riset aplikatif yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“SDM menjadi kata kunci agar Indonesia dapat bersaing di kancah global. Riset adalah arus utama untuk menjamin tumbuhnya SDM yang berkualitas dan berdaya saing,” ujar Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron.
Visi Indonesia Emas 2045 menargetkan peningkatan pendapatan per kapita setara negara maju, penurunan kemiskinan menuju nol persen, dan penguatan daya saing SDM. Namun, data menunjukkan rasio penduduk bergelar Magister atau Doktor di Indonesia baru mencapai 0,49%, tertinggal jauh dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
Kesenjangan inilah yang ingin dijembatani melalui penguatan riset nasional. MoRA The AIR Funds hadir untuk mempercepat peningkatan kualitas penelitian di bidang sains, sosial-humaniora, ekonomi, lingkungan, serta kebijakan pendidikan dan keagamaan.
Dengan hasil riset yang terarah dan berorientasi solusi, program ini diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang dapat dihilirisasi menjadi produk, kebijakan publik, maupun teknologi yang mendorong produktivitas ekonomi nasional.
“Riset yang kuat bukan hanya memperkaya keilmuan, tapi juga mempercepat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Ini langkah strategis memperkuat fondasi ekonomi berbasis inovasi,” kata Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA) Kemenag, Ruchman Basori.
Selama periode 2024–2026, LPDP mengalokasikan dana Rp50 miliar per tahun untuk mendukung riset di bawah Kementerian Agama. Pada tahun pertama, sebanyak 201 periset dari 21 perguruan tinggi telah terlibat dalam 47 tema penelitian strategis.
Riset yang didanai mencakup pengembangan teknologi ramah lingkungan, digitalisasi pendidikan, ekonomi halal, hingga tata kelola sosial berbasis nilai keagamaan. Pendanaan ini juga mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi, dunia usaha, industri, dan lembaga riset internasional.
Program ini menerapkan pendekatan multi-helix, menghubungkan akademisi, industri, dan pemerintah untuk menghasilkan riset yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
“Ke depan, kami ingin mengubah pola pikir periset dari riset individual ke riset kolaboratif dan lintas disiplin, agar hasilnya benar-benar berdampak bagi masyarakat dan ekonomi nasional,” jelas Ruchman.
Menuju SDM Unggul dan Daya Saing Global
Kemenag juga menyiapkan langkah strategis untuk memperkuat kapasitas dosen dan peneliti. Melalui program workshop dan internship di lembaga riset dunia seperti Alexander von Humboldt Foundation (Jerman), INRAE (Prancis), dan CSIRO (Australia), para dosen akan dibekali pengalaman riset global dan metode pedagogi modern.Langkah ini diharapkan melahirkan generasi akademisi yang mampu menghasilkan riset berkualitas internasional serta mendorong lahirnya inovasi ekonomi berbasis keilmuan dan nilai keagamaan.
Pemerintah menilai, tanpa riset yang kuat, bonus demografi Indonesia berpotensi menjadi beban ekonomi. Namun, dengan riset yang terarah dan kolaboratif, SDM produktif dapat menjadi penggerak inovasi, industri baru, dan kemandirian ekonomi nasional.
Program MoRA The AIR Funds menjadi salah satu tonggak penting dalam menyiapkan infrastruktur keilmuan menuju Indonesia Emas 2045 sebuah masa depan di mana riset bukan lagi sekadar kegiatan akademik, tetapi fondasi utama pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id