Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Safri Burhanuddin, mengatakan metode tersebut bisa diterapkan oleh para petani garam.
"Pada dasarnya (kedua metode) memproduksi garam tidak bersentuhan dengan lumpur (pada bagian dasarnya)," kata Safri, Senin, 29 Maret 2021.
Baca: Warga Tangerang Bisa Buat Laporan Melalui Aplikasi
Dia menyebut Australia sudah menproduksi garam dengan metode meja garam. Di negara tersebut dalam membuat garam untuk pertama kalinya tidak dipanen melainkan menjadi alas untuk membuat garam.
"Garam yang diproduksi awal tidak dipanen hingga terbentuk garam setebal 10 sentimeter, dibiarkan menjadi meja garam," jelasnya.
Safri menjelaskan produksi garam selanjutnya dilakukan di atas meja garam tersebut, maka panen garam pun di atas meja garam. "Panen garamnya pun menggunakan traktor, bukan papan keruk seperti yang dilakukan di dalam negeri," ungkapnya.
Menurut dia metode ini membutuhkan lahan yang cukup luas. Dalam produksi garam menggunakan meja garam dibutuhkan 1 hektare lebih untuk setiap petak garam. Selain itu proses panen yang dilakukan membutuhkan waktu yang lebih lama, hingga 1 satu kali panen dalam satu tahun.
"Di kita, belum sempat membentuk meja garam sudah dipanen, sehingga kadar NaCl belum tinggi dan kandungan airnya pun masih tinggi, karena petani garam membutuhkan pendapatan segera," bebernya.
Namun walau masa panen yang lebih lama, Safri mengatakan bahwa prospek metode meja garam sangat menjanjikan untuk jangka panjang.
Sementara Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI), Muhammad Jakfar Sodikin, mengatakan meja garam merupakan metode produksi garam sistem portugis. Produksi diawali dengan membuat alas garam dahulu sebelum produksi berikutnya.
"Di madura pernah diterapkan membuat meja garam satu bulan dahulu lalu di atasnya membuat garam untuk dipanen, namun sekarang menggunakan plastik HDPE sebagai alasnya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News