Industri Suplemen. Foto: Freepik.
Industri Suplemen. Foto: Freepik.

Pandemi Ubah Tren, Industri Suplemen Harus Berinovasi

Arif Wicaksono • 26 Oktober 2023 21:27
Jakarta: Pandemi telah mengubah tatanan kehidupan. Masyarakat mulai sadar mengonsumsi suplemen untuk menaikkan daya tahan tubuh. Konsumsi suplemen bahkan ini sempat membuat kelangkaan vitamin C pada awal pandemi covid-19. Namun, situasinya berubah ketika pandemi usai sehingga membuat pelaku industri berinovasi.
 
Asosiasi pun mencari terobosan yang dapat dilakukan dengan cepat untuk menjawab tantangan zaman. Kajian peraturan terkait suplemen kesehatan yang lebih kondusif kepada industri agar produk-produk inovatif dapat masuk ke pasar dengan baik dan cepat dan bermanfaat untuk masyarakat.
 
baca juga: Forum Bisnis Farmasi dan Alkes Indonesia-Jepang Dulang Peluang Kerja Sama

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) Decky Yao mengatakan inovasi dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan dari waktu ke waktu dengan berbagai dinamika perkembangan industri suplemen kesehatan yang mewarnai baik di dalam negeri, regional ASEAN, maupun internasional.
 
"Dalam mendukung kemajuan dan membangun industri suplemen kesehatan nasional kami mengadakan edukasi dan dukungan dari pemerintah terkait regulasi dalam upaya strategi membangun industri suplemen kesehatan nasional," ungkap Decky dalam keterangan resmi, Kamis, 26 Oktober 2023.

Dia menambahkan, saat pandemi covid 19 peran suplemen bagi penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Peran ini yang dilakukan dengan maraknya edukasi mengenai manfaat vitamin C dan D yang akan membuat tubuh menjadi lebih sehat.
 
"Pada saat pandemi saja peran suplemen sangat penting bagi kesehatan tubuh, saat ini sama walaupun kesadaran masyarakat menurun (karena pandemi usai) namun kebiasaan itu akan kebawa terus untuk meningkatkan imun tubuh," tegas dia.
 
Dewan Pembina APSKI Patrick Kalona menuturkan setelah era pandemi konsumen akan lebih kritis lagi dalam mengonsumsi suplemen. Mereka akan mencari produk sesuai dengan fungsinya terutama untuk mendukung kegiatan sehari hari atau kegiatan lainnya. Hal ini berkaitan dengan tekanan yang tinggi dari pekerja perkotaan.
 
"Konsumen lari ke function terutama yang berkaitan dengan  performance yang mendukung aktivitas, maka kita lihat permintaan produk suplemen mengarah ke kecantikan atau kegiatan yang mendukung penampilan," tegas dia.
 
Dia mengatakan cara pemilihan produk suplemen tergantung dari cara brand merepresentasikan merek mereka kepada konsumen. Negara asal pembuat brand tak memengaruhi seleran konsumen sehingga tak ada dominasi dari suatu brand di Indonesia.

Asupan gizi

Ahli Gizi University Medical Center Groningen Manfred Eggersdorfer mengatakan asupan vitamin orang Indonesia masih di bawah negara maju seperti New Zealand atau Tiongkok.
 
Sebagai gambaran, konsumsi vitamin di Tiongkok sebesar 200 mg per hari, sedangkan orang indonesia masih 75 mg dan 90 mg per hari. Oleh karena itu peran industri suplemen sebagai alternatif kesehatan menjadi penting untuk menciptakan generasi masa depan berkualitas.
 
"Ini (suplemen) akan meningkatkan daya tahan tubuh ketika daya tahan kena, maka tubuh akan melemah maka menurut riset idealnya konsumsi 200 mg per hari, dan saya kira imunitas akan menjadi isu karena bisa saja pandemi akan datang lagi ya," tegas dia.
 
APSKI didirikan pada 1998, terdiri dari 78 perusahaan yang bergerak di bidang industri suplemen kesehatan, baik sebagai manufaktur, distributor maupun komponen pendukung terkait seperti kemasan dan bahan baku.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan