Ilustrasi transisi energi. Foto: Koaksi Indonesia.
Ilustrasi transisi energi. Foto: Koaksi Indonesia.

Transisi Energi Bisa Bikin Ekonomi RI Tumbuh 7%, Ini Penjelasannya..

Antara • 08 Februari 2024 11:47
Jakarta: Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan penggunaan rendah karbon dan transisi energi yang berkelanjutan bisa berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi.
 
"Itu kunci, mau (pertumbuhan ekonomi) target tujuh persen tapi kita lupa bahwa tujuh persen itu hanya bisa dicapai kalau kita melakukan penggunaan karbon dan kuncinya adalah transisi energi menuju energi bersih," kata Fabby dalam Pojok Energi bertajuk Sinyal Ujung Transisi Energi yang digelar secara daring di Jakarta, dikutip Kamis, 8 Februari 2024.
 
Fabby turut menanggapi apa yang menjadi bagian dari visi misi tiga Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres-Cawapres) 2024 yang menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai lima hingga tujuh persen.

"Kan semua paslon itu ngomong mau pertumbuhan ekonomi tujuh persen, ada studi Bappenas di 2019 yang menunjukkan Indonesia hanya bisa tumbuh di atas enam persen, kalau kita mengintegrasikan penggunaan rendah karbon," ucap Fabby,
 
Dia menerangkan rendah karbon mengacu pada pembangunan dan operasionalisasi bangunan dengan tingkat emisi karbon yang rendah atau bahkan nol. Ini dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan energi fosil dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dalam infrastruktur bangunan.
 
Selain itu, upaya tersebut juga berhubungan dengan penurunan emisi gas rumah kaca secara keseluruhan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
 
Hal ini dianggap penting karena emisi gas rumah kaca dan polusi udara dapat berkontribusi pada berbagai masalah, termasuk stunting (masalah gizi pada anak) dan kerusakan lingkungan seperti deforestasi.
 
Oleh karena itu, untuk memperbaiki kondisi tersebut, penting untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
 
"Kita harus menurunkan intensitas emisi untuk setiap pertumbuhan EBT (energi baru terbarukan); menurunkan emisi gas rumah kaca, energi fosil, polusi udara karena itu menjadi penyebab stunting; meningkatkan bauran energi terbarukan; hutan harus kita pelihara," jelas Fabby.
 
Baca juga: Wujudkan 23% Bauran Energi di 2025? PLTS Jawabannya!
 

Perlu komitmen politik yang tegas


Namun, ia menyayangkan kurangnya pemahaman yang utuh dari calon presiden dan wakil presiden terkait dengan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan.
 
"Kalau kita baca visi misi saya kira semua Paslon itu bicara soal transisi energi hanya dengan pemahaman dan usulan solusi. Tapi saya belum melihat bahwa mereka semua Paslon itu punya pemahaman yang utuh terhadap apa yang diperlukan Indonesia untuk mewujudkan transisi energi yang berkeadilan," ujar Fabby.
 
Fabby juga menekankan perlunya komitmen politik untuk mencapai target zero emission pada 2060 di sektor energi dan 2050 di sektor kelistrikan. Ia juga menyoroti pentingnya akselerasi energi terbarukan hingga 40-45 persen pada 2030 serta penurunan penggunaan energi fosil, terutama PLTU, sebelum 2045.
 
Transisi energi bukan hanya tentang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga tentang menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
 
"Karena kembali periode 2024 sampai 2029 itu adalah periode kritikal untuk kita meletakkan fondasi bagi akselerasi transisi energi. Jadi, kalau ini enggak dilakukan dengan baik, transisi energi Indonesia akan kedodoran," kata Fabby.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan