Sampah elektronik. Foto: Getty Images/Thomas Imo
Sampah elektronik. Foto: Getty Images/Thomas Imo

Bahaya Sampah Elektronik Kian Mengintai, Begini 6 Cara Bijak Mengelolanya

Annisa ayu artanti • 27 September 2025 15:00
Jakarta: Teknologi memudahkan hidup kita. Mulai dari ponsel pintar, AC, laptop, hingga peralatan dapur. Namun, di balik kemudahan itu, ada persoalan yang jarang disadari, meningkatnya sampah elektronik (e-waste) yang semakin mengkhawatirkan.
 
Menurut laporan Global E-Waste Monitor 2020 yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah sampah elektronik dunia pada 2019 mencapai 53 juta ton, tapi hanya 17,4 persen yang berhasil didaur ulang dengan benar.
 
Di Indonesia, pada 2021 tercatat sekitar 2 juta ton e-waste dihasilkan. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai bagian dari tren global yang mendesak untuk segera diatasi.
 
Baca juga: Begini Upaya Perusahaan Kurangi Limbah Perangkat Elektronik

Ancaman nyata dari sampah elektronik

E-waste bukan hanya masalah tumpukan barang bekas, tapi juga membawa dampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

1. Merusak organ tubuh

Sampah elektronik mengandung zat beracun seperti merkuri, timbal, litium, hingga barium. Paparan zat ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak, jantung, hati, ginjal, hingga sistem saraf dan reproduksi. Bahkan, bisa memicu penyakit serius dan kelainan sejak lahir.

2. Jejak beracun di alam

Pembuangan e-waste yang asal dibakar bisa melepaskan partikel berbahaya ke udara, tanah, dan air. Akibatnya, tanah jadi tidak subur, air tanah tercemar, hingga merusak ekosistem perairan.

“Limbah elektronik merupakan tantangan lingkungan yang terus berkembang seiring pesatnya kemajuan teknologi. Jika tidak ditangani dengan bijak, e-waste dapat membahayakan kehidupan kita. Sebagai bagian dari ekosistem yang peduli terhadap keberlanjutan, kami mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil peran aktif dalam pengelolaan limbah elektronik yang bertanggung jawab," kata Country Director SCG Indonesia, Warit Jintanawan dalam keterangan tertulis, Sabtu, 27 September 2025.

6 solusi praktis mengelola sampah elektronik

Agar tidak menambah masalah, ada langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan setiap orang dalam mengelola barang elektronik bekas.

1. Rethink sebelum membeli

Pilih produk elektronik yang awet, bergaransi, dan mudah diperbaiki supaya tidak cepat menjadi sampah.

2. Reuse untuk fungsi lain

Manfaatkan kembali elektronik lama, misalnya ponsel jadi remote smart home atau laptop lama dipakai untuk browsing ringan.

3. Refurbish agar berguna lagi

Perbaiki perangkat dengan mengganti komponen seperti baterai atau RAM agar bisa digunakan lebih lama.

4. Cek sebelum disimpan

Daripada menumpuk barang, cek apakah perangkat masih bisa dijual, dipakai kembali, atau dikelola lewat jalur yang tepat.

5. Setor ke lembaga pengelola sampah

Serahkan perangkat rusak ke badan atau komunitas yang memang mengelola e-waste. Dengan begitu, bahan berbahaya tidak merusak lingkungan.

6. Ikuti program tukar tambah (trade-in)

Banyak toko kini menawarkan program trade-in dengan potongan harga atau voucher. Contohnya, program tukar tambah dari Mitra10 yang bekerja sama dengan Rekosistem sebagai mitra daur ulang resmi.
 
“Pengelolaan elektronik bekas tidak sekadar membuang perangkat yang sudah tidak terpakai, namun bagaimana membangun sistem sirkular yang memungkinkan elektronik bekas tersebut dapat didayagunakan kembali sehingga tidak perlu ditimbun atau bahkan sampai mencemari lingkungan," tutur Category Lead Electronic & Waste Management Rekosistem, Yohannes David Arieanto.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan