Berdasarkan survei nasional yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022, menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen dan indeks inklusi keuangan 85 persen.
“Gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan menunjukan sudah banyak masyarakat Indonesia yang dapat mengakses dan menggunakan layanan produk sektor jasa keuangan, namun belum benar-benar memahami manfaat ataupun risiko dari layanan produk tersebut, sehingga sangat rentan dimanfaatkan untuk hal jahat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab”, kata Plt Kepala Group Komunikasi Publik OJK, Sekar Putih Djarot, dalam keterangan tertulis, Rabu, 21 Juni 2023.
Dalam upaya meningkatkan tingkat literasi keuangan masyarakat, khususnya di golongan milenial, OJK menyelenggarakan kegiatan EduFin on Location di Kota Medan, Sumatra Utara.
Kegiatan tersebut diselenggarakan di Universitas Prima Indonesia yang dihadiri 1.000 mahasiswa sebagai peserta. EduFin on Location juga diselenggarakan secara virtual melalui saluran Youtube Otoritas Jasa Keuangan agar upaya peningkatan literasi keuangan dapat diterima secara lebih luas, tidak terbatas di lingkungan Kota Medan.
"Sinergi dan kolaborasi OJK, industri jasa keuangan, serta universitas dilakukan untuk meningkatkan literasi dan edukasi keuangan kepada mahasiswa sesuai dengan sasaran prioritas literasi dan inklusi keuangan OJK pada tahun 2023,” ujar Sekar.
Sekar berharap EduFin on Location dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap tugas dan fungsi, serta memahami apa saja jenis-jenis produk investasi yang selaras dengan profil risiko serta kebutuhan. Sehingga, mahasiswa dapat memahami dengan baik manfaat dan risiko dari pilihan investasinya yang bersifat konvensional maupun syariah.
“Ini juga untuk membangun kewaspadaan dari mahasiswa terhadap bahaya penipuan berkedok investasi dan juga pinjol ilegal,” ucap Sekar.
Baca Juga: Takut Diretas, Mayoritas Orang Indonesia Lebih Suka Bank Konvensional Daripada Bank Digital |
Sekar juga mengapresiasi para narasumber yang memberi pemaparan dan diskusi dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Sumatra Utara. Dia berharap diskusi ini dapat memberikan pemahaman kepada para peserta mengenai layanan dan produk di sektor jasa keuangan.
"Kami berharap sinergi OJK dan Unpri terus berlanjut di kemudian hari,” ucap dia.
Kepala Kantor OJK Kantor Regional 5 Sumatra Bagian Utara (KR5 Sumbagut), Bambang Mukti Riyadi, mengatakan acara EduFin on Location menjadi sangat penting karena kemajuan digital seperti pisau bermata dua. Artinya, dapat mendatangkan keuntungan sekaligus kerugian.
Mahasiswa dirasa telah memiliki intelektualitas yang tinggi. Sehingga diharapkan dapat menjadi generasi muda yang memanfaatkan kemajuan digital dengan baik. “Ibarat pisau, kita bisa memanfaatkan sisi yang tajam untuk kepentingan kita. Saya berharap mahasiswa Unpri bisa menjadi channel atau agen literasi untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Sumatera Utara. Nanti juga akan ada galeri investasi di kampus ini,” kata Bambang.
Menurut dia, mahasiswa yang mengetahui teknologi harus juga memahami aspek industri keuangan, sehingga bisa memanfaatkannya secara optimal. "Optimal ya jangan maksimal, karena kalau maksimal kita akan gampang sekali terjebak dengan iming-iming yang tidak masuk akal,” ujar dia.
Saat ini, kata Bambang, masih ada berita-berita orang yang percaya hal ajaib, seperti penggandaan uang dan investasi ilegal dengan memberi imbal hasil yang tidak normal. Padahal, itu semua bohong.
“Untuk itu saya harapkan kaum intelektual bisa menjadi partner bagi OJK untuk bersama-sama meningkatkan literasi masyarakat Sumatera Utara. Tidak ada benteng yang lebih bagus untuk menanggulangi investasi ilegal maupun Pinjol ilegal selain dengan meningkatkan literasi,” ujat Bambang.
Di samping itu, Bambang mengungkapkan penindakan hukum di dunia digital, seperti penutupan investasi ilegal maupun pinjol ilegal hanya sebuah tindakan yang percuma. Seperti ada peribahasa yang menyebutkan mati satu tumbuh seribu, karena platform yang ditutup tersebut berada di belahan dunia atau negara-negara lain, sehingga sangat sulit diketahui dengan kemajuan teknologi saat ini.
“Benteng atau pertahanan terbaik adalah pemahaman literasi,” ujar Bambang.
Wakil Rektor I Unpri, Abdi Dharma, mengatakan di zaman teknologi seperti saat ini, semua hal terasa sangat mudah, begitu juga dengan memperoleh permodalan. ”Kalau dulu sangat sulit mendapat permodalan atau pinjaman, tapi kini sangat mudah, tinggal download aplikasi bisa langsung dapat,” ujar Abdi Dharma.
Menurut Abdi, dengan semakin banyaknya transaksi keuangan secara online maupun tawaran-tawaran investasi di dunia digital, ancaman investasi ilegal ataupun penipuan berkedok investasi semakin marak dan banyak ditemukan.
“Dibalik kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan berbagai platform investasi online maka tak sedikit pula orang memanfaatkan produk ini dengan tak bijak sehingga terjerat semakin dalam,” ungkap Abdi Dharma.
Dia berharap melalui EduFin on Location, para mahasiswa dapat memanfaatkannya untuk menggali lebih jauh, memahami lagi semua kemungkinan tantangan, dan peluang dalam investasi.
“Mahasiswa haruslah bijak melihat peluang tersebut, perbanyak literasi tentang produk perbankan, fintech dan semua hal yang berhubungan dengan proses-proses keuangan,” ucap Abdi Dharma.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News