Hal ini terlihat dari kinerja penjualan minuman ringan, di luar Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,6 persen pada 2023.
Asrim merupakan asosiasi non-profit, perusahaan minuman ringan yang tidak mengandung alkohol (NARTD/Non Alcoholic Ready to Drink).
"Melihat kondisi ekonomi saat ini, industri minuman ringan masih akan menemui tantangan dalam pertumbuhan usahanya, seperti penurunan daya beli masyarakat karena konsumen yang semakin selektif terhadap pos pengeluaran. Untuk itu, diharapkan peran pemerintah dan pengambil kebijakan," ungkap Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, saat konferensi pers di Hotel Mercure Kuningan, Jakarta, Rabu, 13 Maret 2024.
Adaptasi industri terhadap konsumen dilihat bagaimana produk bisa dikonsumsi masyarakat dengan daya yang menarik.
Baca juga: Industri Minuman Ringan Tidak Stabil, Ini Imbauan untuk Pengusaha |
Tantangan industri minuman ringan
Ketua Umum Aarim Triyono Prijosoesilo, mengungkapkan tantangan yang ada mulai dari inovasi minuman rendah kalori atau zero calorie hingga isu sustainability, sehingga masyarakat tertarik dengan referensi kemasan-kemasan minuman ramah lingkungan.
Triyono menambahkan, tantangan lainnya ialah terkait masalah politik yang berimbas pada logistik dan supply chain, kemarau berkepanjangan, serta inflasi yang cukup tinggi hingga naiknya harga bahan baku yang meroket tajam.
Melihat dampak ekonomi yang besar dari industri minuman ringan, Asrim terus mendorong pemulihan kinerja industri lewat berbagai program pemerintah, seperti:
- Program pameran produk makanan dan minuman di dalam dan di luar negeri.
- Restrukturisasi mesin peralatan.
- Mendorong pemberian berbagai insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, dan super deduction tax.
- Mendorong transformasi digital menuju industri 4.0.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News