Pelaku industri minuman siap saji pun menilik implementasi kedepannya dapat tepat sasaran serta mengevaluasi berkala terhadap dampak industri.
Asrim melaporkan performa industri minuman ringan masih juga belum pulih sejak pandemi covid-19, serta diprediksi masih akan ada tantangan pada 2024. Menurut data Asrim, penjualan minuman ringan mengalami pertumbuhan negatif 2,6 persen pada 2023.
Ketua Umum Asrim Triyono Prijosoesilo mengimbau kepada para pelaku industri untuk menjaga daya beli konsumen.
"Yang paling utama menjaga tidak adanya pengeluaran tambahan atau beban. Tetap optimistis melihat pertumbuhan konsisten di industri minuman," kata Triyono, saat diskusi, di Hotel Mercure Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu, 13 Maret 2024.
Baca juga: Tarik Ulur Penerapan Cukai Minuman Berpemanis |
Industri mamin berkontribusi ke PDB
Menurut dia, selain menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, industri makanan dan minuman berkontribusi signifikan terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 39,10 persen.
"Melihat refleksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berarti juga melihat daya tingkat konsumen terhadap pembelian industri makanan dan minuman siap saji," ungkap dia.
Adapun konsumsi rumah tangga dinyatakan melambat pada 2023 yaitu tumbuh kurang lebih 4,7 persen dibanding kuartal III. Secara global ada tekanan pertumbuhan ekonomi, sehingga mendorong situasi terjadinya kinerja industri minuman terdampak.
Diskusi ini diharapkan berdampak terhadap industri makanan dan minuman siap saji untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menambahkan, peran pemerintah ikut berkontribusi serta mengambil kebijakan dalam menentukan nasib industri minuman ringan yang menyerap banyak tenaga kerja. (Tamara Sanny)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News