Pembukaan kembali pabrik-pabrik itu sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan semula pada akhir Januari lalu saat wabah virus Korona menyebar di Provinsi Hubei, Tiongkok.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan bahwa operasional kembali beberapa pabrikan penyedia bahan baku industri di Indonesia masih belum berada pada kapasitas penuh. Sehingga pasokan untuk dialirkan kembali ke Indonesia belum dapat dipastikan.
"Menurut informasi dari kalangan dunia usaha saat ini memang sudah dibuka dengan kapasitas terbatas, Ya masih belum kapasitas 100 persen," kata Sigit saat dihubungi, Selasa, 10 Maret 2020.
Oleh karena itu, pemerintah tetap mengantisipasi dan mengeluarkan strategi untuk menggenjot pelaku industri agar tidak mengharapkan bahan baku dari Tiongkok.
"Strategi hilirisasi dan substitusi impor harus kita genjot supaya tidak terlalu bergantung pada impor satu negara saja," ujar Sigit.
Baca: Bahan Baku Industri di Titik Nadir
Kebutuhan bahan baku industri Indonesia asal Tiongkok mencapai 30 persen. Sehingga, penutupan pabrik di Tiongkok beberapa waktu yang lalu sangat memengaruhi operasional mereka di Indonesia.
Sebelumnya, Ketua Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan mengatakan stok bahan baku yang yang tersisa saat ini berada di titik nadir hanya cukup hingga akhir bulan ini.
Pihaknya sudah berembuk dengan pemerintah untuk mengatasi itu. Pemerintah pun telah memberi izin untuk merelaksasi aturan guna mengimpor dari negara lain.
"Jadi, sebenarnya (stok) sampai akhir Maret masih ada. Tapi, kita tidak bisa bilang aman sampai akhir bulan ini karena kan buat April-nya bagaimana. Masak pabrik berhenti?" ujarnya (Media Indonesia, Senin, 9 Maret 2020).
Di sisi lain, mencari pemasok pengganti dari negara lain tidak mudah dilakukan. Solusi membangun industri dari hulu dan hilir untuk mengamankan bahan baku juga membutuhkan waktu panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News