Kilang Minyak. Foto : AFP.
Kilang Minyak. Foto : AFP.

Turunnya Harga Komoditas Global Tingkatkan Risiko Resesi

Arif Wicaksono • 07 Juli 2023 20:17
New York: Harga komoditas global seperti minyak mentah dan bijih besi telah merosot tahun ini, sekaligus menggarisbawahi potensi ekonomi yang berkelanjutan di seluruh dunia dan mendorong kemungkinan risiko resesi.
 
baca juga: Fitch: Produksi Gas Tiongkok Tumbuh Solid

Komoditas global telah mengalami penurunan lebih dari 25 persen  selama 12 bulan terakhir sebagaimana tercermin dalam indeks Komoditas S&P GSCI, tolok ukur yang mengukur kinerja berbagai pasar komoditas secara lebih luas.
 
Berbagai komoditas seperti logam industri turun 3,79 persen selama periode tersebut (hingga 30 Juni), sementara komoditas energi seperti minyak dan gas turun 23 persen. Sebaliknya, komoditas pertanian seperti biji-bijian, gandum, dan gula naik sekitar 11 persen. Tetapi penurunan keseluruhan indeks kemungkinan mengarah ke perlambatan ekonomi global dan resesi karena rebound covid-19 Tiongkok yang kehilangan momentum.
 
"Bijih besi dan tembaga adalah barometer yang baik dari bagian ekonomi global yang sangat bersiklus, termasuk konstruksi dan manufaktur, yang berada dalam resesi di banyak tempat," kata Analis Komoditas Senior Kpler Reid I’Anson, dilansir dari CNBC International, Jumat, 7 Juli 2023.

"Ini adalah keyakinan saya, ini akan mengalir ke penurunan aktivitas ekonomi yang lebih luas, terutama di Barat," tambah I'Anson.
 
Dia memperkirakan AS kemungkinan akan mengalami kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal keempat tahun ini atau kuartal pertama pada 2024, dan Eropa akan mengikutinya dalam tiga hingga enam bulan.
 
"Kegagalan ekonomi Tiongkok untuk memenuhi ekspektasi pasar adalah alasan terbesar pasar komoditas berjuang untuk menemukan pijakan,” lanjut I'Anson.
 
Penurunan pasar properti sering dikaitkan dengan penurunan permintaan bahan konstruksi seperti baja, aluminium, tembaga, dan nikel.
 
"Kemerosotan sektor real estate Tiongkok diperkirakan akan berlangsung selama bertahun-tahun, menurut bank-bank Wall Street. Pemerintah Tiongkok sepertinya tidak akan mengejar paket stimulus fiskal yang agresif," kata I'Anson.
 
Tiongkok telah memposting banyak data ekonomi yang lebih lemah dari ekspektasi pasar, menunjuk pada pembukaan kembali Covid yang goyah setelah bertahun-tahun penguncian yang ketat. Analis Bank of America mengkonfirmasi bahwa rebound Tiongkok lebih lemah dari yang diharapkan.
 
"Khusus untuk properti, investasi turun tujuh persen year-on-year,” kata Kepala Riset Material Dasar, Migas Kawasan Asia Pasifik  Matty Zhao.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan