Tak ditampik, keenganan untuk menjadi petani bagi generasi muda bukan hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan di seluruh dunia. Hal ini karena industrialisasi yang terjadi saat ini.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengakui, untuk bisa mendorong generasi muda menjadi petani milenial, mereka harus bisa mengubah pola pikir.
"Mindset petani harus diubah, dari hanya tanam, tanam saja, terus panen, melimpah, lalu bingung menjualnya, sekarang pastikan pasarnya dulu baru main diproduksi (on farm)," ungkap dia, saat pra harmonisasi dan apresiasi SDM Pertanian, Rabu, 14 Desember 2022.
Baca juga: Mengulik Cara Komunitas Petani Muda Bangkitkan Pertanian |
Dia mencontohkan, petani di Cianjur sudah memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) melalui sebuah aplikasi. Menurut Dedi, petani ini melakukan produksi berdasarkan analisis pasar.
"Selalu pastikan produk yang kita punya laku di pasaran. Siapa yang tidak perlu sayur? Hanya masalah kapan, di mana, dan berapa, baru berpikir mundur ke lahan. Misalnya untuk menghasilkan lima ton tomat berarti butuh satu hektare lahan, barulah digarap," jelas dia.
Oleh karena itu, dia menginginkan para petani harus pintar. Sehingga ketika panen melimpah, begitu dijual maka bingung pendistribusiannya, sehingga barang tidak rusak.
"Kemudian mendekatkan petani dengan offtaker, penyedia sarana dan prasarana, untuk mendapatkan benih dan pupuk berkualitas, mendapatkan alsintan, mengakses pondasi, modal, pupuk, benih. Saat on farm ya genjot produktivitas, bagaimana cara mereka mengolah produksi pertanian," tuturnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News