Teknologi pengembangan smelter nikel
Dalam mengembangkan smelter nikel, saat ini CNI Group menggunakan dua teknologi, yaitu teknologi Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4x72 MVA, terdiri dari empat Iajur produksi untuk mengolah bijih nikel saprolite dan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih nikel limonite (bijih nikel kadar lebih rendah).
Rencana ini belum termasuk peluang pengembangan ke depan, mengingat CNI Group memiliki potensi deposit nickel laterite lebih dari 500 juta ton berdasarkan survei geofisika dengan teknologi Geo-Penetrating Radar (GPR).
"Total nilai investasi smelter keseluruhan diperkirakan mencapai USD2,312 juta yang akan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu, tiga tahap pengembangan smelter laterit RKEF terdiri dari tahap 1 (1x72 MVA) senilai USD347 juta, tahap 2 (1x72 MVA) senilai USD250 juta, tahap 3 (2x72 MVA) senilai USD515 juta, dan pembangunan pabrik HPAL senilai USD1,200 juta," jelasnya.
Lebih jauh Derian mengungkapkan, WIUP CNI Group di blok Lapao-pao, smelter CNI Group berdiri merupakan lokasi strategis pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel. Selain didukung ketersediaan bahan mentah nikel dari Iokasi tambang sendiri, WIUP CNI Group juga memiliki Terminal Khusus (Tersus) yang berada di pesisir pantai.
"Smelter yang dikembangkan oleh CNI Group ini, Ketika selesai akan memiliki kapasitas total sekitar 100 ribu ton nikel dan lebih dari 4.000 ton cobalt setiap tahunnya, terdiri dari 252 ribu ton output dari rectangular RKEF dalam bentuk feronikel dengan kandungan 22 persen nikel di dalamnya. Serta dari pengolahan HPAL akan menghasilkan output 103 ribu ton dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 40 ribu ton nikel dan lebih dari 4.000 ton cobalt," jelas Derian.
Produk feronikel ini dapat diolah lebih Ianjut untuk memproduksi stainless steel dan produk turunannya (consuming needs). Adapun nickel matte dan nickel sulfide dapat digunakan untuk memproduksi bahan baku baterai. Sementara teknologi HPAL akan memproduksi MHP yang dapat diolah lebih Ianjut menjadi prekursor baterai cathode dan anode.
Derian menuturkan, pembangunan smelter laterit rectangular RKEF dan HPAL CNI Group melibatkan ENFI, BUMN Tiongkok sebagai desainer engineering dan juga BUMN Indonesia yang memiliki reputasi global di bidang teknologi pengolahan bijih nikel, sebagai kontraktor EPC, yaitu PT PP (Persero) Tbk.
Sementara untuk pasokan tenaga listrik smelter, saat ini telah terbangun gardu induk PLN di Wolo yang sudah memasok daya listrik sebesar 350 MW. Selanjutnya akan dilakukan ekspansi tambahan kapasitas sebesar 350 MW, sehingga totalnya menjadi 700 MW.
"Kami yakin, kehadiran investasi CNI Group ini pada saatnya akan memberikan multiplier effect untuk ekonomi regional Sulawesi Tenggara bahkan secara nasional mengingat kegiatan konstruksi dan operasional CNI Group akan membutuhkan lebih dari 5.000 tenaga kerja dan dukungan suplai logistik barang dan jasa," imbuh Derian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id