Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pemantauan pergerakan mobilitas masyarakat di beberapa tempat merupakan hasil pengolahan big data dari indeks mobilitas Google. Di tempat perdagangan ritel dan rekreasi misalnya, aktivitas hariannya mulai bergerak naik bahkan hampir normal.
"Mobilitas di tempat perdagangan ritel dan rekreasi pergerakan harian sesudah adanya relaksasi PSBB aktivitasnya bergerak naik. Pergerakan di Agustus ini aktivitasnya semakin meningkat," ujar Suhariyanto dalam video telekonferensi pers di Jakarta, Selasa, 15 Maret 2020.
Pada Juli 2020, mobilitas masyarakat di tempat perdagangan ritel dan rekreasi berada di minus 17,7 persen dari baseline, membaik bila dibandingkan dengan posisi Juni 2020 yang berada di minus 24,7 persen dari baseline. Kemudian pada Agustus 2020 kembali membaik di minus 12,8 persen dari baseline.
"Sementara itu, mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari terlihat sudah kembali sebelum masa pandemi. Bahkan kita lihat di beberapa waktu ketika misalnya perayaan Iduladha, di sana aktivitasnya melebih posisi normal," paparnya.
Demikian juga dengan mobilitas di taman yang juga menunjukkan pergerakan signifikan. Pergerakan mobilitas di taman sampai dengan akhir Agustus 2020 ini terlihat sudah minus lima persen dari baseline, jauh lebih baik ketimbang posisi Juli 2020 yang masih berada di minus 16 persen dari baseline.
Sayangnya kondisi perbaikan mobilitas masyarakat di tempat transit dan tempat kerja masih jauh dari normal. Pergerakan mobilitas di tempat transit seperti bandara, stasiun kereta, bus, dan lainnya masih lamban.
Hingga akhir Agustus 2020, posisi mobilitas masyarakat di tempat transit masih berada di minus 32,3 persen dari baseline. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan posisi Juli 2020 dengan indeks mobilitas minus 35,3 persen dari baseline.
"Untuk kereta penumpang juga demikian, dari bulan ke bulan menunjukkan kenaikan tetapi kalau kita bandingkan posisinya dengan year on year (yoy) itu masih negatif 68 persen. Untuk kapal penumpang masih negatif 61,16 persen," urainya.
Suhariyanto menganggap wajar lambannya pergerakan mobilitas masyarakat di tempat transit. "Ini bisa dipahami karena untuk bepergian antarprovinsi kita masih memerlukan berbagai surat dan mungkin masih ada keengganan dari masyarakat untuk melakukan perjalanan jarak jauh," tutur dia.
Pergerakan mobilitas masyarakat di tempat kerja juga masih jauh dari normal. Pada Agustus 2020, pergerakan mobilitas masyarakat di tempat kerja tercatat minus 21,6 persen dari baseline. Posisi ini lebih rendah ketimbang Juli 2020 yang berada di 20 persen dari baseline.
"Masih banyak kantor yang menerapkan Work from Home (WfH) dan Work from Office (WfO) tergantung pada kebijakan kantor tersebut, ada yang 50 persen WfH-50 persen WfO, ada yang 25 persen WfO-75 persen WfH, dan sebagainya. Sehingga secara keseluruhan mobilitas di tempat kerja pada akhir Agustus 2020 itu masih 21,6 persen di bawah normal," ucap Suhariyanto.
Adapun pergerakan mobilitas masyarakat di rumah mengalami penurunan. Dari 11,4 persen pada Juli 2020 menjadi 10,4 persen pada Agustus 2020.
"Saya kembali mengajak semua untuk betul-betul mematuhi protokol kesehatan dengan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan minimal 20 detik. Hanya dengan bekerja sama kita bisa menciptakan Indonesia sehat, Indonesia bekerja, dan Indonesia tumbuh," tutup Suhariyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News