Hal tersebut juga selaras dengan peningkatan produksi baterai EV yang diproyeksikan mencapai 8,8 ribu GWh pada 2040 atau meningkat sebesar 19 persen dari 2030-2040 dan naik tujuh persen dari 2030-2040. Tren ini menyebabkan adanya hal-hal yang harus diperhatikan seperti pengamanan pasokan bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai.
Direktur Hubungan Kelembagaan Indonesia Battery Corporation Reynaldi Istanto mengatakan, sehubungan dengan ketersediaan bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai, negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, memiliki posisi yang kuat dalam hal potensi bahan baku sebagai komponen pembentuk baterai seperti nikel, bauksit, dan timah.
"Potensi ini adalah potensi regional yang dapat dikembangkan bersama melalui kolaborasi yang secara signifikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi, serta berkontribusi pada transisi global menuju solusi energi yang berkelanjutan," ujar Reynaldi dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 26 Agustus 2024.
Sehingga, lanjut dia, terdapat fokus keberlanjutan yang perlu diperhatikan untuk mendukung implementasi kerja sama regional dimaksud. Pertama, yakni pada bidang industri yang berfokus pada pengembangan berdasarkan potensi terkuat ASEAN yaitu bahan baterai berbasis nikel.
Kedua, bidang rantai pasokan yang berfokus pada pengembangan hilirisasi bahan baku dan produksi bersama bahan baterai lainnya. Ketiga, bidang bisnis yang berfokus pada pengembangan industri baterai terintegrasi mulai dari penambangan, peleburan/pemurnian, PCAM, baterai, hingga fasilitas manufaktur EV.
Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan proses produksi industri baterai yang terintegrasi, dari hulu ke hilir, untuk nikel dan pengolahan material baterai penting lainnya.
"Oleh karena itu, Indonesia Battery Corporation (IBC) didirikan pada tahun 2021 untuk menjadi pemain kunci pada pengolahan hilir bahan baku baterai, dimulai dengan nikel yang kemudian akan merambah ke pengolahan material lainnya seperti mangan dan kobalt," tutur Reynaldi.
Baca juga: Pabrik Anoda Baterai Di Kendal Bisa Pasok untuk 1,5 Juta Mobil Listrik |
Kolaborasi perkuat ekosistem EV regional
Diketahui, posisi IBC pada 2030 diproyeksikan menjadi perusahaan yang bergerak pada ekosistem EV dan baterai global. Pengembangan proyek-proyek IBC juga mencakup inisiatif untuk menciptakan dan mempercepat adopsi kendaraan listrik (EV) dan sistem penyimpanan energi (ESS), memastikan bahwa pasar Indonesia dapat menyerap kegiatan hilirisasi yang dihasilkan dari sumber daya bahan baku.
Untuk membangun ekosistem rantai terintegrasi ini, IBC telah membentuk berbagai kolaborasi dengan mitra global dan tetap terbuka untuk kemitraan lebih lanjut dengan pemain ASEAN. Kolaborasi ini sangat penting untuk memperkuat ekosistem EV regional.
"Dengan keunggulan Indonesia dalam baterai berbasis NMC, fasilitas produksi IBC berada pada posisi yang baik untuk melayani permintaan pasar ASEAN. Inilah komitmen yang kami bawa untuk memajukan energi terbarukan di Asia Tenggara," tutup Reynaldi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News