Berdasarkan kajian dari Google, Temasek and Bain & Company (2022) mencatat nilai ekonomi digital Indonesia mencapai USD77 triliun di 2022, sebesar 77 persena disumbang oleh sektor e-commerce.
Ekonomi digital Indonesia pun diproyeksikan akan terus tumbuh dan meningkat dua kali lipat di 2025.
Namun, kendati bisnis melalui platform digital meningkat perempuan belum secara maksimal menggunakan e-commerce dan masih tertinggal dari laki-laki dari sisi keterampilan dan adaptasi digital, sehingga bisnis yang dikelola perempuan menjadi kurang kompetitif.
“E-commerce menjadi sektor yang semakin penting bagi perempuan pelaku usaha di Indonesia. Hampir 90 persen pekerjaan di masa depan akan membutuhkan keterampilan digital, sehingga literasi digital sangat dibutuhkan oleh perempuan. Keterampilan digital ini termasuk bagaimana menggunakan platform digital yang ada, keamanan digital termasuk mengembangkan konten digital ,” ujar Koordinator Nasional Literasi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika Rizki Ameliah dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 15 Juli 2023.
Baca juga: TikTok Berdalih Tak Ada Bisnis Lintas Batas, Teten: Jangan Bohongi Saya! |
Menurutnya, sektor e-commerce membuka banyak kesempatan bagi partisipasi perempuan di lanskap ekonomi digital. Tetapi tak dipungkiri riset dari Women’s World Banking masih menemukan adanya kesenjangan gender di e-commerce yang menghambat perempuan untuk berkontribusi penuh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Perempuan dan laki-laki berangkat dari titik pangkal yang berbeda dalam hal literasi digital dan akses keuangan. Keduanya memengaruhi perilaku dan kinerja bisnis mereka di platform e-commerce.
Riset tersebut juga menunjukkan ketika perempuan pelaku usaha sudah memiliki akses ke platform e-commerce, masih terdapat kesenjangan dari sisi pendapatan dan pemanfaatan dibanding laki-laki pelaku usaha. Sehingga, penting bagi penyedia platform e-commerce untuk memiliki perspektif gender dalam pengembangan produk dan layanannya agar dapat diakses secara setara oleh perempuan dan laki-laki pelaku usaha.
“Riset kami menemukan hanya 44 persen perempuan yang dapat mempertahankan bisnis mereka selama 3-5 tahun, bahkan lebih sedikit lagi perempuan yang dapat mengelola bisnisnya lebih dari lima tahun. Perempuan pelaku usaha di e-commerce juga mendapatkan penghasilan 22 persen lebih rendah dari laki-laki," tuturnya.
Oleh karena itu, penting untuk mengatasi kesenjangan gender di e-commerce dapat menciptakan kesetaraan pendapatan bagi perempuan dan laki-laki, sehingga bisa mendatangkan penghasilan tahunan lebih dari USD11 triliun bagi sektor e-commerce.
"Platform e-commerce berada di garda depan untuk mencapai ini dengan memastikan produk dan layanan yang mempertimbangkan perbedaan gender ini,” ujar Research Lead di Women’s World Banking Agnes Salyanti.
Bagi platform e-commerce, terbuka peluang yang menguntungkan untuk mendukung perempuan pelaku usaha agar mereka dapat menggunakan platform ini. Diperkirakan 24 persen (17,5 juta bisnis) dari total Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengembangkan bisnisnya melalui platform e-commerce dan 64 persen dari UMKM yang ada dimiliki dan dikelola oleh perempuan.
Adapun untuk meningkatkan keterlibatan perempuan ini, idEA sebagai wadah komunikasi antar-pelaku industri E-Commerce Indonesia turut mendorong peran perempuan melalui pelatihan digital terhadap pelaku UMKM.
"Dalam tiga tahun terakhir peran perempuan terus ditingkatkan, dimana proporsi perempuan terhadap laki-laki itu 51 persen dan 49 persen pada 2020, angkanya meningkat menjadi 60 persen dan 40 persen pada 2022,” ujar Executive Director idEA Arshi Adini.
Arshi juga menambahkan angka ini akan terus ditingkatkan ke depan mengingat peran perempuan yang cukup krusial dalam pertumbuhan e-commerce melalui kehadiran perempuan dalam UMKM itu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News