Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, aksi boikot terhadap produk yang diduga terafiliasi dengan Israel memang memiliki dua sisi.
"Satu sisi saya melihat aksi boikot ini gerakan moral yang harapannya memaksimalkan atau mengefektifkan tekanan terhadap Israel," ucap Faisal dalam keterangan tertulis, Selasa, 12 Desember 2023.
Di sisi lain, lanjut dia, aksi ini juga berdampak terhadap perekonomian Indonesia. "Kita mesti meminimalkan dampak terhadap ekonomi Indonesia sendiri," tegas Faisal.
Menurut dia, hal ini perlu disikapi serius terlebih daftar produk atau merek yang beredar untuk diboikot belum tentu benar-benar sesuai dugaan terafiliasi dengan Israel.
"Karena kita tahu, list produknya berasal dari medsos yang bisa jadi kebenarannya tidak valid," Faisal mengingatkan.
Salah sasaran atas aksi boikot akan mengurangi makna solidaritas terhadap Palestina dan tekanan kepada Israel. Lebih memprihatinkan lagi, karena ternyata dampak aksi boikot ini telah nyata terhadap pengurangan produksi dan penjualan dari produk-produk serta merek yang sejauh ini telah menjadi sasaran.
"Terhadap produk jadi sasaran boikot, memang ada dampaknya," jelas Faisal.
Maka Faisal menyarankan pemerintah agar perlu mengantisipasi khusus. Meskipun dengan program yang sudah ada.
"Misalnya terjadi PHK gara-gara penurunan permintaan, ini kan sebetulnya pada saat pandemi sudah ada program-program untuk menolong mereka yang terkena PHK. Ini bisa jadi consider kalau dampaknya meluas," saran dia.
Dampak terhadap ketenagakerjaan itu lah yang menurut Faisal menjadi salah satu hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah saat ini. "Perlu diantisipasi secara lebih dini seiring dengan dampak nyata yang terjadi dari aksi boikot ini," ucap dia.
Baca juga: Boikot Zara Buntut Kemiripan Iklan dengan Genosida di Gaza |
Produk FMCG paling terdampak
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyampaikan hal yang sama. Ia mengungkapkan, produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) cukup terkena dampak mengingat produk-produk ini lekat dengan keseharian masyarakat Indonesia dengan perputaran yang cepat.
Sehingga, kata Eko, begitu aksi boikot dijalankan masyarakat maka dampaknya langsung terlihat pada penurunan pendapatan secara signifikan.
"Berdasarkan beberapa informasi pengusaha, penurunan omzet bisa mencapai hingga 30 persen," ucap Eko.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) melaporkan, penurunan untuk produk FMCG mengalami penurunan sekitar 40 persen.
Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey membenarkan produk seperti susu bayi, susu anak, susu lansia dengan merek-merek tertentu yang disebarluaskan di media sosial untuk diboikot sudah mengalami penurunan omzet sedikitnya 20 persen.
"Ini tentunya kita tidak berharap menjadi keberlanjutan karena kita kan juga maunya menjaga keutuhan ekonomi," kata dia.
Roy meyakini aksi boikot ini bisa berdampak terhadap angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023. Dia memproyeksikan, laju ekonomi sepanjang tahun ini bisa di bawah lima persen.
"Kuartal ketiga kita sudah turun jadi 4,9 persen padahal ketika kuartal dua masih tumbuh 5,17 persen. Kemungkinan besar kuartal empat ini kita juga turun," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News