"Penghentian gas subsidi untuk industri adalah langkah tepat. Tidak perlu diperpanjang karena gas subsidi tersebut otomatis sangat memberatkan APBN. Selain itu, pada saatnya akan menghancurkan industri sendiri," kata pakar ekonomi dan bisnis dari Universitas Hasanuddin, Profesor Hamid Paddu, dikutip dari Antara, Jumat, 10 Mei 2024.
Menurut dia, subsidi seharusnya hanya diberikan kepada kelompok afirmasi atau masyarakat tidak mampu. Jika diberikan kepada kalangan industri yang merupakan kelompok mampu, maka akan terjadi realokasi sumber daya nasional.
Kondisi demikian, kata Hamid, pada akhirnya bisa menyebabkan ketimpangan yang semakin besar karena uang digeser ke kelompok mampu.
"Yang benar adalah, subsidi diberikan kepada orang tidak mampu atau miskin, sehingga membuat orang tidak mampu itu menjadi sedikit mampu karena diangkat sedikit. Sedangkan yang salah sasaran, kalau diberikan kepada industri atau kelompok mampu, yang memiliki banyak aset. Ini benar-benar memberatkan APBN," kata dia.
Hamid menjelaskan kebijakan HGBT kepada industri sebenarnya diberikan pada saat pandemi covid-19. Pertimbangannya, saat itu dunia usaha dan industri kesulitan menjual produknya karena permintaan sangat terbatas.
Alihkan ke sektor produktif
Namun, dalam situasi normal seperti saat ini, kebijakan tersebut harus ditarik. Hamid menyarankan agar anggaran tersebut dialihkan ke sektor yang produktif, seperti pertanian yang akan memberi nilai tambah dan menciptakan pertumbuhan ekonomi.Menurut dia, pemberian HGBT kepada industri justru bisa menghancurkan industri itu sendiri, karena perusahaan atau industri yang terus-menerus mendapat subsidi akan berubah menjadi infant industry atau industri yang rentan harus terus-menerus dijaga dengan subsidi.
Dalam kondisi demikian, katanya lagi, kualitas produk akan menurun karena perusahaan tidak bisa melakukan efisiensi yang pada saatnya akan membuat industri tersebut tidak mampu bersaing di pasar, karena tidak sanggup bekerja efisien seperti perusahaan atau industri yang tidak disubsidi yang akhirnya akan hancur.
Baca: Risiko Geopolitik hingga Rupiah Ambruk, Program HGBT Diminta Disetop |
"Industri yang menginginkan subsidi adalah industri yang tidak profesional. Begitu pula sebaliknya, industri yang profesional tidak akan mau diberi subsidi. Dia pasti tahu persis bahwa subsidi justru akan membunuh bisnisnya sendiri secara perlahan,” ujar dia.
Sebelumnya, ekonom Bank Permata Joshua Pardede menyatakan tensi geopolitik global dan risiko fluktuasi nilai tukar bisa menjadi ancaman perekonomian di seluruh dunia. Artinya, pemerintah harus berhati-hati dalam menetapkan kebijakan, seperti program HGBT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News