“Ini (inflasi) yang semua gubernur, bupati, wali kota, dirut BUMN harus mengerti dan bisa mencari jalan keluar bagaimana mengendalikannya,” kata Presiden dalam aksi afirmasi bangga buatan Indonesia yang ditayangkan langsung dari YouTube Sekretariat Presiden, Jumat, 25 Maret 2022.
Menurut dia, ancaman inflasi tidak hanya dihadapi Indonesia. Seluruh negara-negara dunia juga mengalami ancaman inflasi karena berbagai dampak dari ketidakpastian ekonomi hingga gangguan stabilitas geopolitik dan keamanan di mancanegara.
Presiden mengatakan Amerika Serikat yang merupakan negara ekonomi terbesar di dunia juga mengalami kenaikan inflasi hingga menjadi 7,5 persen dari tren sebelumnya di bawah satu persen. Bahkan, Turki mencatat kenaikan inflasi hingga nyaris 50 persen. Sedangkan, Indonesia masih dapat mengendalikan laju inflasi di kisaran 2,2 persen.
“Saat ini semua negara berada pada kesulitan ekonomi. Kesulitan ekonomi semuanya karena pandemi covid-19, disrupsi ekonomi, dan terakhir ditambah babak belur lagi karena perang sehingga semuanya menjadi tidak pasti,” kata Presiden.
Ketidakpastian ekonomi yang melanda semua negara membuat para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan harus memutar otak untuk menentukan kebijakan yang ampuh meredam gejolak. Dalam dua pekan terakhir, Presiden mengaku sudah dihubungi langsung melalui telepon oleh Presiden China XI Jinping, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, hingga Kanselir Jerman Olaf Scholz.
“Semuanya sama, bingung menyelesaikan persoalan-persoalan yang kita alami bersama, baik karena kelangkaan energi. Coba kita lihat minyak yang dulu hanya 50-60 dolar AS per barel sekarang 118 dolar AS per barel, 2 kali lipat,” ujar Presiden.
Akibat kenaikan harga minyak, lanjut dia, sejumlah negara menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga dua kali lipat. Namun, Jokowi khawatir ada gejolak di masyarakat jika Indonesia ikut menaikkan harga BBM.
“Bayangkan kita naik kadang-kadang 10 persen saja, demonya tiga bulan. Ini (negara-negara lain) naik dua kali lipat, artinya 100 persen naik,” ujar dia.
Baca: Kekhawatiran Kenaikan Inflasi Global Hantam Rupiah
Selain minyak, kenaikan harga terjadi untuk komoditas gas dan pangan, seperti kedelai dan gandum. “Harga gandum misalnya. Karena suplai gandum dunia itu (dari) Ukraina, Rusia, Belarusia, semuanya. (Jadi) lari ke mana-mana, kelangkaan energi, kelangkaan pangan,” kata Presiden.
Dari sisi logistik, Presiden menyebutkan masih terjadi kelangkaan kontainer barang yang mengakibatkan membengkaknya biaya logistik. Dengan kenaikan biaya logistik, dikhawatirkan harga barang ke konsumen juga akan bertambah dan memicu inflasi.
“Dulu saat normal mau cari 1.000 kontainer bisa sehari, 2 ribu (kontainer) gampang. Sekarang cari satu sulit sekali karena ada disrupsi, kekacauan yang dampaknya jangan main-main karena kelangkaan kontainer distribusi barang semuanya terganggu, baik dari negara satu ke negara lain,” jelas Presiden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News