Jakarta: Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 akan mampu menahan lajunya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, yang saat ini peruntukannya tidak tepat sasaran.
Nicke bilang, tren peningkatan konsumsi BBM dan LPG pascapandemi sudah mulai terlihat, termasuk untuk BBM dan LPG bersubsidi. Peningkatan itu diprediksi akan terus berlanjut lantaran mobilitas masyarakat semakin longgar.
Untuk konsumsi pertalite diprediksi akan mencapai 28,5 juta kiloliter, lebih dari kuota volume yang ditetapkan dalam APBN yaitu 23,5 juta kiloliter. Adanya revisi payung hukum itu akan membuat batasan-batasan pada pembelian BBM Subsidi.
"Nah kalau itu kemudian diterapkan dengan pembatasan asumsi kita lakukan per 1 Agustus kalau regulasi sudah keluar maka ini bisa menurunkan dengan prognosa 26,71 juta kiloliter, tapi masih tetap lebih tinggi dibandingkan prognosa. Jadi masih ada peningkatan 16 persen," tutur Nicke dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR-RI, Rabu, 6 Juli 2022.
Demikian juga dengan konsumsi solar subsidi. Nicke melanjutkan, peningkatan konsumsi solar mulai terlihat dari beroperasinya pabrik-pabrik.
Pihaknya, kata Nicke juga telah melakukan prognosa bahwa volume dari solar subsidi ini akan terjadi peningkatan dibandingkan dari kuota yang ditetapkan 14,91 juta. Adapun peningkatannya bisa mencapai 17,21 juta hingga akhir tahun.
"Dengan nanti implementasi pembatasan jenis-jenis kendaraan sesuai yang akan dikeluarkan pemerintah sesuai revisi perpres maka prognosa kita di akhir tahun adalah 16,36 juta kiloliter. Jadi masih tetap ada peningkatan 10 persen dari kuota yang ditetapkan," pungkasnya.
Nicke bilang, tren peningkatan konsumsi BBM dan LPG pascapandemi sudah mulai terlihat, termasuk untuk BBM dan LPG bersubsidi. Peningkatan itu diprediksi akan terus berlanjut lantaran mobilitas masyarakat semakin longgar.
Untuk konsumsi pertalite diprediksi akan mencapai 28,5 juta kiloliter, lebih dari kuota volume yang ditetapkan dalam APBN yaitu 23,5 juta kiloliter. Adanya revisi payung hukum itu akan membuat batasan-batasan pada pembelian BBM Subsidi.
"Nah kalau itu kemudian diterapkan dengan pembatasan asumsi kita lakukan per 1 Agustus kalau regulasi sudah keluar maka ini bisa menurunkan dengan prognosa 26,71 juta kiloliter, tapi masih tetap lebih tinggi dibandingkan prognosa. Jadi masih ada peningkatan 16 persen," tutur Nicke dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR-RI, Rabu, 6 Juli 2022.
Demikian juga dengan konsumsi solar subsidi. Nicke melanjutkan, peningkatan konsumsi solar mulai terlihat dari beroperasinya pabrik-pabrik.
Baca juga: Program Registrasi Konsumen BBM Bisa Kendalikan Beban Keuangan Negara |
Pihaknya, kata Nicke juga telah melakukan prognosa bahwa volume dari solar subsidi ini akan terjadi peningkatan dibandingkan dari kuota yang ditetapkan 14,91 juta. Adapun peningkatannya bisa mencapai 17,21 juta hingga akhir tahun.
"Dengan nanti implementasi pembatasan jenis-jenis kendaraan sesuai yang akan dikeluarkan pemerintah sesuai revisi perpres maka prognosa kita di akhir tahun adalah 16,36 juta kiloliter. Jadi masih tetap ada peningkatan 10 persen dari kuota yang ditetapkan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News