Pada 2030, total kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan ditargetkan mencapai 28,9 gigawatt (GW). Adapun dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 20,9 GW.
Sementara itu, hingga September 2022, PLN telah berhasil mengoperasikan pembangkit EBT dengan total kapasitas delapan GW.
"Porsi pengembangan EBT mencapai 51,6 persen pada RUPTL hijau ini. Kami berkomitmen menjalankan transisi energi," ujar Darmawan, dilansir Media Indonesia, Selasa, 25 Oktober 2022.
Ia menjelaskan, pengembangan EBT sebesar 20,9 GW akan didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Total penambahan kapasitas PLTA yang terpasang bisa mencapai 10,4 GW.
Baca juga: Transisi Energi Diharapkan Tak Membebani Keuangan Negara |
Di sisi lain, pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga akan digenjot, dengan total penambahan kapasitas terpasang 4,7 GW hingga 2030.
Indonesia memiliki potensi panas bumi yang bisa dikembangkan. Atas dasar itu, rencananya hingga 2030, total penambahan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 3,4 GW.
"Kami menggali potensi sumber daya lain, seperti bayu, biomassa, biogas, sampah dan pembangkit EBT baseload. Total penambahan kapasitas pengembangan mencapai 2,5 GW," tuturnya.
"Khusus untuk tahun ini, PLN berhasil menambah kapasitas EBT sebesar 159,35 megawatt (MW) yang berasal dari pembangkit listrik di 20 lokasi," imbuhnya
Ia juga menambahkan, jumlah penambahan daya EBT dikatakan naik signifikan. Pasalnya, dari 11 lokasi pembangkit yang ditargetkan, realisasinya mencapai 20 lokasi pembangkit. Dengan rincian, 87,07 MW dihasilkan oleh PLTA, 69,38 MW dari PLTP dan 2,91 MW dari PLTS.
"Saat ini, kita menghadapi transisi energi. Selanjutnya, kita akan menggunakan pembangkit listrik yang berbasis EBT," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News