Lembaga Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) dalam laporan mereka yang bertajuk Rentannya Mesin Pertumbuhan Ekonomi menyebutkan Indonesia hanya mampu tumbuh 4,97 persen hingga 5,01 persen. Angka itu lebih rendah daripada realisasi pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,11 persen.
"Pertumbuhan melambat didorong faktor musiman dengan sektor-sektor utama seperti manufaktur dan perdagangan besar yang berkinerja buruk, sementara sektor-sektor yang lebih kecil seperti transportasi dan administrasi publik mengalami peningkatan yang kuat," kata ekonom makroekonomi dan keuangan LPEM UI Teuku Riefky, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini berencana mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2024. Menurut Riefky, penurunan pertumbuhan sudah diprediksi banyak pihak, utamanya akibat faktor musiman dan ketidakpastian global yang masih cukup tinggi.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Diproyeksikan Tumbuh hingga 5,01% pada Triwulan II-2024 |
Ekonomi RI hanya mengandalkan tiga sektor
Sedianya, masalah perekonomian dalam negeri telah terlihat sejak awal tahun meski angka pertumbuhannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2023 yang hanya 5,05 persen. Ekonomi Indonesia yang hanya mengandalkan tiga sektor, yaitu pertanian, pengolahan, dan perdagangan, mencatatkan pertumbuhan di bawah rerata nasional.
Stagnansi yang cukup kuat terjadi pada sektor pengolahan dan memperkuat indikasi terjadinya deindustrialisasi yang prematur. Sementara itu, perdagangan eceran dan besar hanya mampu tumbuh di bawah lima persen, sekaligus mengindikasikan terjadinya pelemahan daya beli masyarakat, terutama kelompok kelas menengah.
"Walau Indonesia memasuki 2024 dengan catatan positif di aspek pertumbuhan ekonomi, perlu digarisbawahi ini bukan pertanda perbaikan fundamen ekonomi. Bahkan, tingginya angka pertumbuhan pada triwulan I-2024 lebih disebabkan faktor musiman," jelas dia.
Senada dengannya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyebutkan turunnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2024 disebabkan sudah tidak adanya lagi konsumsi berskala besar seperti yang terjadi pada triwulan I, yakni saat pemilu dan Lebaran. Ekonomi pun diproyeksikan hanya mampu tumbuh 4,98 persen.
"Proyeksi pertumbuhan tahunan yang lebih rendah pada triwulan II-2024 terkait dengan normalisasi kegiatan ekonomi pascapemilu dan peningkatan konsumsi musiman selama perayaan Ramadan pada kuartal sebelumnya," ujar Andry, Sabtu, 3 Juli 2024.
Dia memperkirakan konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh 4,7 persen, lebih rendah daripada realisasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan sebelumnya yang mencapai 4,9 persen. Demikian halnya dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah yang diperkirakan hanya bisa tumbuh 11,2 persen, terjun bebas dari realisasi triwulan I-2024 yang mencapai 19,90 persen.
Baca juga: Lampaui Vietnam dan Thailand, Nilai Tambah Manufaktur RI Capai USD255 Miliar |
Kelas menengah
Terkait dengan itu, LPEM UI menilai kondisi masyarakat kelas menengah kian memprihatinkan. Penurunan daya beli, kesempatan kerja yang terbatas, hingga naiknya harga-harga menyebabkan kelompok masyarakat tersebut berada dalam impitan. Apalagi, kelompok masyarakat itu kerap luput dari bantuan pemerintah.
Pada 2023, kelas menengah di Indonesia mencakup sekitar 52 juta jiwa dan mewakili 18,8 persen dari total populasi. Sementara itu, calon kelas menengah yang didefinisikan sebagai penduduk dengan kemungkinan kurang dari 10 persen untuk menjadi miskin, tetapi memiliki kemungkinan di atas 10 persen untuk menjadi rentan menunjukkan peningkatan konsisten setiap tahun.
"Jika daya beli kelas menengah menurun, hal ini dapat memaksa mereka untuk berpindah level ke calon kelas menengah atau rentan, mengurangi peran mereka sebagai kontributor pajak dan meningkatkan ketergantungan mereka pada dukungan fiskal," tutur Riefky.
"Akibatnya, pemerintah akan menghadapi tekanan keuangan yang lebih besar dan mungkin perlu meningkatkan pengeluaran publik untuk subsidi, yang selanjutnya memengaruhi rasio pajak terhadap PDB dan mempersulit upaya mencapai keberlanjutan fiskal serta mempertahankan pertumbuhan ekonomi," tambah dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id