Diantaranya adalah masih adanya dampak lanjutan (second round impact) dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan inflasi global. Selain itu, para produsen juga mulai menyalurkan beban kenaikan bahan baku ke konsumen, sehingga ini bisa menambah inflasi indeks harga konsumen (IHK).
Inflasi tahun lalu
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi di sepanjang 2022 mencapai 5,51 persen. Meskipun masih terjaga dan berhasil ditekan di bawah level enam persen, namun inflasi di sepanjang tahun lalu tersebut masih jauh lebih kencang dibandingkan 2021 maupun 2020.
Pada 2021, inflasi tercatat sebesar 1,87 persen. Di sepanjang 2021 malah lebih rendah lagi, yakni hanya 1,68 persen. Walaupun demikian, lagi inflasi Indonesia di sepanjang 2022 masih terjaga dengan baik di tengah tren lonjakan inflasi global.
Baca juga: Mantap! Jokowi Bikin Indonesia dengan Inflasi Terendah di Negara G20 |
Inflasi masih tinggi di paruh pertama 2023
Bank Indonesia (BI) memprediksi tingkat inflasi Indonesia masih akan relatif tinggi di paruh pertama tahun ini. Hal itu didorong oleh potensi kenaikan inflasi pangan akibat gejolak harga-harga yang terjadi.
"Paruh pertama ini masih tekanan inflasinya masih tinggi, khususnya untuk pangan itu masih tinggi, demikian juga untuk harga-harga yang diatur pemerintah di semester pertama itu perlu kita kendalikan," aku Gubernur BI Perry Warjiyo, dikutip dari Media Indonesia.
Dia mengatakan, wilayah yang paling berpotensi mengalami lonjakan harga pangan dan peningkatan inflasi ialah Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, Sulawesi, dan Papua. Karenanya peranan pemerintah daerah untuk memonitor dinamika di lapangan menjadi krusial.
Komunikasi dan sinergi erat antarpemda juga diperlukan agar bisa melengkapi ketersediaan dan kebutuhan bahan pangan. Hal lain yang tak kalah penting, kata Perry, ialah memastikan distribusi logistik berjalan dengan lancar.
"Tim pengendalian dan inflasi daerah, gerakan nasional pengendalian inflasi pangan ini menjadi sangat penting," ujarnya.
Perry mengatakan, ancaman kenaikan inflasi itu diperkirakan baru akan mereda pada semester kedua tahun ini. Setidaknya angka inflasi umum diproyeksikan bakal melandai di kisaran tiga persen hingga empat persen di antara kuartal III dan kuartal IV tahun ini.
Ramuan menstabilisasi harga bahan pokok
Terkait hal tersebut, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan pemerintah memiliki empat langkah untuk melakukan stabilisasi harga bahan pokok dan pengendalian inflasi pangan yang bergejolak. Keempat langkah itu juga disebut telah berhasil meredam gejolak harga pangan selama momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
"Ada empat garis besar kebijakan yang kami lakukan dalam menentukan stabilisasi barang kebutuhan pokok untuk pengendalian inflasi pangan yang bergejolak," tuturnya.
Langkah kebijakan yang pertama ialah melalui pemantauan pasar dan harga. Ini dilakukan secara real time melalui Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) yang dikelola oleh Kementerian Perdagangan.
Pada 2022, sebanyak 441 pasar dan 22 pasar induk di Tanah Air dapat dimonitor secara langsung. Jumlah tersebut bertambah dari tahun sebelumnya yang hanya memantau 90 pasar dan 20 pasar induk.
"Jadi harganya (yang dipantau) hampir mendekati fakta yang ada di lapangan. Sehingga kita setiap pagi bisa mengikuti harga secara langsung, fakta apa yang terjadi di lapangan di pasar mana pun," kata Zulkifli.
Langkah pengendalian harga yang kedua dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan Gerai Maritim. Ini diselenggarakan dengan memanfaatkan tol laut, jembatan udara, serta subsidi angkutan darat untuk menekan disparitas harga yang ada di wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP).
Baca juga: Presiden Ingatkan Bulog Soal Lonjakan Harga Beras |
Kebijakan impor
Ketiga, lanjut Zulhas, pengendalian harga dilakukan melalui kebijakan impor. Langkah ini diambil berdasarkan hitungan kebutuhan bahan pokok guna meredam harga yang bergejolak. Salah satu yang sempat menarik perhatian publik ialah keputusan pemerintah untuk mengimpor beras.
Zulhas, sapaan karib Zulkifli Hasan menegaskan, langkah tersebut diambil untuk memenuhi kecukupan cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang-gudang milik Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog).
Sebab, stok CBP di gudang milik perusahaan milik negara itu sempat menipis ke angka 300 ribu ton, sedangkan kategori aman ialah sebanyak 1,2 juta ton. Alhasil saat itu harga beras mengalami kenaikan hingga Rp1.000 per liter.
Keputusan impor beras saat itu sekaligus ditujukan untuk mengendalikan gejolak harga beras. Hingga akhir Desember, kata Zulhas, Bulog telah mengimpor 75 ribu ton beras dari kuota yang disetujui pemerintah sebanyak 500 ribu ton.
Perusahaan pelat merah itu memiliki waktu hingga akhir Februari untuk melakukan penugasan impor tersebut. Kegiatan impor beras tak akan diperkenankan pada saat panen raya berlangsung di Tanah Air, yakni Maret.
"Oleh karena itu beras impor yang datang ini sekarang dihabiskan untuk melakukan operasi pasar. Bulog menyediakan beras medium dengan harga Rp8.200 atau Rp9.450 per kilogram agar dapat membantu kepada masyarakat yang tidak mampu membeli beras premium yang harganya Rp11 ribu sampai Rp12 ribu itu. Itu kebijakan beras yang kita lakukan," terang Zulhas.
Hal serupa juga dilakukan untuk komoditas kedelai. Dia mengatakan, harga komoditas ini tengah mengalami kenaikan. Karenanya Bulog juga ditugaskan untuk melakukan impor.
"Hanya, karena ada berbagai kendala belum bisa terlaksana, tetapi sudah diambil alih oleh beberapa pelaku sektor lain. Dan dua hari yang lalu, kedelai sudah sampai tiba di Merak. Oleh karena itu satu dua hari ini harga kedelai sudah dipastikan bisa Rp11 ribu sampai Rp12 ribu, turun dari Rp14 ribu," jelas Zulhas.
Manfaatkan sistem resi gudang
Adapun langkah keempat untuk menjaga stabilitas harga bahan pangan ialah melalui pemanfaatan sistem resi gudang (SRG). SRG dimanfaatkan sebagai buffer stock bahan pokok di Tanah Air. Saat ini terdapat 112 gudang SRG untuk menampung beras, gula, bawang merah, ayam, dan kedelai.
Zulhas juga meminta dukungan dan kerja sama dari pemda untuk terus bisa menjaga stabilitas harga bahan pokok dan tingkat inflasi pangan. Menurutnya, ini penting karena dalam beberapa bulan akan tiba Ramadan dan Idulfitri yang umumnya merupakan momen mendorong kenaikan harga-harga pangan.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News