Ilustrasi. FOTO: Medcom.id
Ilustrasi. FOTO: Medcom.id

Semangat Baru Pasar Modal di 2023

Angga Bratadharma • 02 Januari 2023 16:56
PANDEMI covid-19 tak dipungkiri menjadi salah satu hambatan terbesar bagi Indonesia. Bahkan, aktivitas perekonomian hingga industri pasar modal sempat lumpuh akibat terjangan virus mematikan itu. Untungnya, pemerintah, pelaku pasar, hingga pihak terkait mau bersama-sama memulihkan kondisi sehingga upaya pemulihan ekonomi terakselerasi dengan baik.
 
Pemulihan ekonomi yang berlanjut secara konsisten pada akhirnya mampu memberi efek positif terhadap perekonomian Indonesia. Di antara mata rantainya adalah positifnya sikap investor terhadap industri pasar modal di Tanah Air. Diharapkan kondisi tersebut bisa terus berlanjut di sepanjang 2023. Pencapaian di tahun kemarin harus menjadi semangat baru di 2023.
 
Sepanjang 2022, walau dihadapkan oleh sejumlah tantangan global, namun pasar modal Indonesia berhasil menorehkan beberapa pencapaian yang positif. Hal itu tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai level 6.850,52 pada 28 Desember 2022 atau meningkat 4,09 persen dari posisi 30 Desember 21.

Pertumbuhan IHSG tersebut bahkan sempat menembus rekor baru, yakni pada level 7.318,016 di 13 September 2022. Sedangkan kapitalisasi pasar pada 28 Desember 2022 mencapai Rp9.509 triliun atau naik 15,2 persen dibandingkan dengan posisi akhir 2021 yakni Rp8.256 triliun, dan juga sempat menembus rekor baru sebesar Rp9.600 triliun pada 27 Desember 2022.

 
Sementara itu, aktivitas perdagangan di akhir 2022 turut membukukan kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan akhir 2021. Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) tercatat Rp14,7 triliun atau naik 10 persen dibandingkan dengan posisi akhir 2021 yakni Rp13,4 triliun.

Baca: January Effect Belum Terasa, IHSG Menguat Tips

Selanjutnya, frekuensi transaksi harian mencapai 1,31 juta kali transaksi atau naik 1,1 persen daripada akhir 2021 dan merupakan nilai tertinggi jika ketimbang bursa di Kawasan ASEAN sepanjang empat tahun terakhir.  Pertumbuhan juga tercermin pada rata-rata volume transaksi harian yang telah mencapai 23,9 miliar saham atau naik 16 persen ketimbang akhir tahun lalu.
 
Di 2022, minat perusahaan untuk memobilisasi dana jangka panjang melalui pasar modal juga masih terus meningkat. Hingga 28 Desember 2022, telah terdapat 59 perusahaan tercatat yang melakukan Initial Public Offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga sebanyak 825 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di BEI.
 
Total fund-raised IPO saham mencapai Rp33,06 triliun. Pencapaian ini merupakan yang tertinggi sejak swastanisasi bursa efek pada 1992. Selain itu, pencapaian ini juga merupakan IPO terbanyak di Kawasan ASEAN selama empat tahun berturut-turut sejak 2019.
 
Pencapaian positif turut tercermin dari meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Total jumlah investor di pasar modal Indonesia per 28 Desember 2022 telah meningkat 37,5 persen menjadi 10,3 juta investor dari sebelumnya 7,48 juta investor per akhir Desember 2021.
 
Jumlah tersebut meningkat hampir sembilan kali lipat dibandingkan dengan 2017. Selain itu, lonjakan pertumbuhan jumlah investor ritel turut berdampak terhadap dominasi investor ritel terhadap aktivitas perdagangan harian di BEI yang mencapai 44,9 persen.
 
Peningkatan jumlah investor juga merupakan hasil dari upaya BEI dan stakeholders dalam melakukan sosialisasi, edukasi, serta literasi kepada masyarakat. Hingga 28 Desember 2022, di seluruh Indonesia telah berlangsung 11.253 kegiatan edukasi, dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 1,7 juta orang.

Rapor hijau

Tak hanya dari kinerja BEI. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) juga mendapat rapor hijau. Sebagai salah satu infrastruktur di pasar modal Indonesia, KPEI senantiasa mendukung pengembangan pasar modal di Indonesia dengan melaksanakan berbagai inisiatif.
 
Di 2022, KPEI telah meningkatkan kapasitas kliring produk ekuiti, re-engineering proses pada sistem e-CLEARS, mengaktifkan layanan transaksi triparty repo, peningkatan kapasitas e-IPO KPEI, terimplementasinya shortcut settlement, implementasi kliring Waran Terstruktur, dan PME Bilateral.

 
Dari sisi operasional kliring transaksi bursa, selain terdapat pencapaian baru kenaikan RNTH, rata-rata nilai penyelesaian, dan volume penyelesaian transaksi bursa harian sampai dengan 20 Desember 2022 adalah Rp14,90 triliun, Rp5,34 triliun, dan 8,10 miliar lembar saham, yang terdapat peningkatan ketimbang tahun sebelumnya.
 
Untuk rata-rata efisiensi nilai penyelesaian, dan volume penyelesaian transaksi bursa harian, tercatat 57 persen, dan 64 persen. Sedangkan nilai transaksi PME sampai dengan 20 Desember 2022 sebesar Rp347,13 miliar dengan volume 939 juta lembar saham.

Baca: Kunjungan Wisatawan Asing Terus Naik, 3 Negara Ini Paling Banyak Liburan ke Indonesia

Untuk rencana strategis 2023, KPEI menyusun beberapa program utama, di antaranya program untuk mendukung kegiatan transaksi bursa seperti pengembangan kliring untuk perdagangan karbon, dukungan sistem e-IPO untuk Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), dan dukungan untuk kontrak opsi indeks saham.
 
Selain itu, KPEI juga akan melakukan pengembangan produk untuk CCP over-the-counter (OTC) Derivatif SBNT, pengembangan Sistem Collateral Management Terintegrasi (untuk transaksi OTC SBNT, transaksi Bilateral, dan Triparty Repo), serta pengembangan portal keanggotaan pasar uang.

Jumlah investor meningkat

Sementara itu, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan beberapa pencapaian berdasarkan kinerja operasional maupun data statistik sepanjang 2022. Jumlah investor pasar modal Indonesia yang tercatat di KSEI sampai 28 Desember 2022 mencapai 10,3 juta investor atau meningkat 37,53 persen dari akhir 2021 yang sebelumnya berjumlah 7,49 juta.
 
Jumlah yang telah mencapai dua digit tersebut telah tercapai sejak November 2022 lalu. Jumlah tersebut terdiri dari investor pemilik saham, surat utang, reksa dana, surat berharga negara (SBN) dan jenis efek lain yang tercatat di KSEI.
 
Untuk komposisi yakni 4,44 juta investor memiliki aset saham, surat utang dan efek lainnya, 9,59 juta investor memiliki aset reksa dana dan 830 ribu investor memiliki aset SBN. Pertumbuhan jumlah investor di wilayah timur, yaitu Papua, dan Maluku mengalami pertumbuhan sekitar 40 persen dan menjadi pertumbuhan tertinggi dari wilayah lainnya
 
Usia investor pasar modal Indonesia yang didominasi generasi Milenial dan Gen-Z menjadi salah satu alasan maraknya pengembangan serta proses digitalisasi di pasar modal selama beberapa waktu terakhir. Peran platform financial technology (fintech) semakin penting untuk investasi di pasar modal.

Tahun paling brutal

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, 2022 menjadi tahun yang paling brutal dalam sejarah perjalanan bursa saham global. Kapitalisasi di hampir seluruh bursa saham negara-negara maju nyungsep seiring berlanjutnya pandemi covid-19, resesi ekonomi global, hingga ketegangan geopolitik dunia.
 
"Lebih dari USD30 triliun kapitalisasi hilang pada 2022, sehingga investor global bukan create value tapi losing value," kata Sri Mulyani.
 
Namun demikian, IHSG mengalami kenaikan 4,2 persen sepanjang 2022. Sri Mulyani pun salut dengan capaian ini, mengingat kondisi ekonomi global yang tidak mudah di tengah berbagai tantangan. "Kami sangat berharap dengan capaian melalui BEI dan para pelaku bursa. Ini adalah bekal yang sangat bagus untuk memasuki 2023," sebutnya.
 
Head of Equity Research, Strategy, Consumer Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menambahkan untuk 2023 memang sedikit lebih menantang karena The Fed terus melakukan pengetatan moneter dengan menaikkan suku bunganya, meski titik puncak kenaikan sudah mulai terlihat.
 
Suku bunga The Fed diperkirakan naik masing-masing sebesar 25 bps di Februari dan Maret 2023. Tantangan lain di 2023 yang lebih terlihat yaitu normalisasi pertumbuhan laba bersih dari emiten-emiten di IHSG dan supersiklus komoditas, meski harganya tidak akan terkoreksi seperti level pracovid-19.
 
"Beberapa hal ini yang akan mendominasi tematik di 2023. Secara global, geopolitik juga menjadi suatu faktor yang tidak bisa ditebak outcome-nya. Pasar saham di 2023 akan lebih bottom up dari dari hyper growth menjadi pertumbuhan yang lebih normal," kata Adrian.

Menjawab berbagai tantangan

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), saat membuka perdagangan pasar modal, berharap kinerja industri pasar modal Indonesia yang semakin baik dapat terus mendukung perekonomian nasional dan melewati rintangan serta menjawab berbagai tantangan di 2023.
 
"Akhir 2022, PPKM telah dicabut. Ini bukan untuk gagah-gagahan tetapi karena memang sudah ada kajian selama 10 bulan terakhir yang menunjukkan kita telah berhasil mengendalikan pandemi covid-19 dengan harapan dicabutnya PPKM ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih baik dari 2022," kata Presiden.
 
Oleh karena itu, lanjutnya, pelaku pasar modal diharapkan terus menjaga semangat dan optimisme untuk menapaki 2023 serta terus mengawal pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca: Fokus Pertumbuhan EBT, Barito Pacific Tambah Kepemilikan Saham di Geotermal

Senada, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, kinerja perekonomian Indonesia yang dicerminkan dari kinerja pasar modal jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara di Eropa dan Asia. Mahendra menyampaikan, prioritas dalam pasar modal Indonesia ke depan yaitu peningkatan integritas, akuntabilitas, dan kredibilitas.
 
Menurutnya dengan kondisi yang positif ini diperkirakan peningkatan investasi di pasar modal Indonesia akan terus membaik di 2023. "Maka tidak ada istilah melihat dan menunggu bagi investasi indonesia. It’s all about investment, investment, investment. Kita harus menguatkan itu dan kita dorong momentumnya," tegasnya.
 
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap hadirnya Presiden Jokowi pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia dapat menyuntik semangat dan motivasi kepada pelaku pasar, Self Regulatory Organizations (SRO), dan seluruh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka membangun integritas dan kredibilitas investor.
 
"2023 merupakan tahun ujian bagi seluruh pihak baik di sektor keuangan maupun sektor lainnya. Pemerintah serta otoritas sektor keuangan akan menghadapi ujian berupa pengendalian inflasi, pencegahan resesi, pemulihan ekonomi pascapandemi, serta meningkatkan sumber pembiayaan jangka panjang yang perlu ditingkatkan," pungkas Sri Mulyani.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan