Membaiknya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa ditopang dari sektor perbankan sebagai sektor yang paling resilient dalam dua tahun terakhir. Apalagi sejumlah bank besar berhasil mencetak rekor laba bersih baru seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang naik 57,9 persen, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 59,8 persen, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang naik 78,8 persen pada sebelas bulan 2022 secara year on year.
Utak-atik Ramuan Peredam Inflasi |
Praktis sejak pandemi 2019, sektor perbankan berkapitalisasi besar cukup solid dengan rata-rata pertumbuhan diatas double digit untuk bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hasil ini juga diikuti oleh bank swasta seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT. Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Bank OCBC Nisp Tbk (NISP).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi kredit perbankan bisa sebesar 1,5 kali dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023. Dengan asumsi pertumbuhan PDB sebesar lima persen, maka paling tidak kredit bisa tumbuh sebesar 7,5 persen.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Asumsi ini dengan mempertimbangkan kebijakan BI tetap mempertahankan kewajiban giro wajib minimum (GWM) di level sembilan persen. Untuk menekan inflasi, BI berusaha membatasi peredaran uang di masyarakat. Namun BI juga memberikan insentif GWM bagi perbankan yang memberikan kredit ke sektor tertentu untuk memacu pemulihan ekonomi.
Baik BI maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terlihat sangat hati-hati meskipun aktivitas warga sudah kembali normal bisa mendongkrak laju Net Interest Margin (NIM) perbankan dari tahun lalu.
Pada November 2022 kredit perbankan sudah tumbuh sebesar 10,8 persen dalam setahun, dengan rata-rata lending rate sebesar 12,88 persen secara rata-rata. Pertumbuhan deposit (tabungan) sebesar 9,4 persen pada November dengan deposite rate rata-rata sebesar 3,88 persen. Pertumbuhan kredit sudah diatas deposito.
Kapitalisasi pasar bank dengan modal Rp14 triliun sampai dengan diatas Rp70 triliun, untuk kategori KMBI III dan KMBI IV, mencapai sekitar Rp2.596 triliun. Sektor perbankan menjadi sektor pendukung IHSG karena kenaikan suku bunga BI rate akan mendorong lending rate kredit. Apalagi kerap adanya lagging antara kenaikan suku bunga deposito dan kredit.
Spread suku bunga deposito dengan kredit akan mendorong margin perbankan. Bank juga semakin efisien dengan semakin sadarnya masyarakat terhadap layanan digital sehingga beban operasional cabang perbankan bisa ditekan lewat aplikasi mobile banking.
Namun maraknya tekanan ekonomi seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di perusahaan teknologi serta manufaktur juga memberikan tantangan bagi bank untuk menyalurkan kreditnya. Beruntung infrastruktur yang kokoh membuat bank besar lebih unggul dalam persoalan data base calon kreditur.
Kreditur bank prospektif muncul dari perusahaan komoditas seperti batu bara yang mendapatkan income jumbo di 2022. Income dari penjualan komoditas bisa dialihkan untuk berinvestasi untuk masuk ke Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2023. Sejumlah perusahaan mulai mengurangi porsi energi fosil dengan beralih ke komoditas yang ramah lingkungan.
Imbas dari boom komoditas juga bisa mengerek sektor properti dan otomotif. Tren yang terjadi adalah ketika sektor komoditas naik maka sektor properti bisa terkena imbasnya. Walaupun pemulihan sektor properti mungkin tak bisa secepat ketika Indonesia menghadapi krisis 2008 karena pada waktu itu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi di AS tak berpengaruh banyak ke Indonesia.
Sementara itu, pada tahun ini PHK sudah mulai menyasar big startup dari skala unicorn yang mengalami tantangan minimnya pendanaan di era suku bunga tinggi. Fenomena global.
Dana dari perbankan juga bisa masuk ke sektor infrastruktur yang bisa bangkit setelah alokasi dana untuk Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk infrastruktur dinaikkan dengan mencapai Rp392,2 triliun. Belum lagi target kilat mengejar Proyek Strategis Nasional (PSN) Pemerintahan Joko Widodo menjelang 2024.
Bank bisa ikut mendorong masuknya pihak swasta melalui target investasi sebesar Rp1.400 triliun pada tahun ini. Kemudian yang tak bisa dilupakan juga mengenai keterlibatan pembangunan proyek multi year seperti Ibu Kota Negara (IKN) yang bisa bisa ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di 2023.
Mulai maraknya aktivitas masyarakat membuat sektor konsumer membutuhkan pendanaan. Sektor konsumer sebagai barang kebutuhan sehari-hari bisa bertahan selama perusahaan bisa menaikan margin penjualan.
Alhasil rotasi dari sektor offensif seperti komoditas ke sektor defensif menjadi salah satu strategi investasi sejumlah manajer investasi pada tahun ini. Seperti yang dilakukan Bahana Sekuritas dengan memasukkan sektor defensif sebagai pilihan dari sahamnya di 2023.
Sektor perbankan menjadi sektor yang dianggap paling kuat di tahun ini selain sebagai fungsi intermediasi, perbankan juga bisa mengeruk dana dari masyarakat yang mencari tempat perlindungan aman di tengah volatilitas pasar keuangan dengan menimbun dana cash untuk keadaan darurat.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.