Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga
Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga

Jangan Stuck! Segera Buka Pasar Ekspor Baru

Fetry Wuryasti • 18 Maret 2024 08:56
PEMERINTAH mesti segera mencari pasar ekspor baru di tengah terus turunnya nilai surplus neraca perdagangan Tanah Air. Pemerintah bisa memanfaatkan momentum pemilu yang sedang berlangsung di banyak negara, yang sebagian besar calon pemimpin tersebut mengusung program populis.
 
"Di tahun ini, banyak negara menggelar pemilu dan sebagian besar calon pemimpin memilih untuk menjalankan program-program populis," papar Wakil Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Jahen Fachrul Rezki, dilansir Media Indonesia, Senin, 18 Maret 2024.
 
Jumat, 15 Maret 2024, Badan Pusat Statistis (BPS) mengumumkan tren surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut pada Februari 2024 dengan nilai USD0,87 miliar. Capaian itu merupakan surplus neraca perdagangan selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Hanya saja, nilai surplus itu terus berada di jalur penurunan sejak pertengahan 2023. Surplus pada Februari 2024, misalnya, turun USD1,13 miliar secara bulanan jika dibandingkan dengan Januari 2024 yang tercatat USD2,02 miliar.
 
Jahen menjelaskan, pemerintah tak bisa terus-menerus mengandalkan pasar yang ada saat ini sebagai andalan utama ekspor tanpa mencari alternatif lain. Krisis geopolitik juga membuat pertumbuhan negara maju tertekan yang membuat permintaan terus turun dalam beberapa bulan terakhir.
 
Ekonomi Tiongkok, misalnya, melemah dan diperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I-2024 akan di bawah lima persen. Pelemahan ekonomi Tiongkok yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia akan berdampak terhadap kinerja ekspor.
 
Begitu pula dengan ekonomi Jepang, Jerman, dan Inggris yang secara teknis ada di fase resesi. Alhasil, komoditas andalan ekspor Indonesia seperti minyak bumi, kelapa sawit, dan batu bara juga turun lantaran lesunya permintaan global.
 
"Ini faktor utama yang menyebabkan total nilai ekspor Indonesia turun," kata Jahen.
 
 
Baca juga: Indonesia Cetak Surplus Neraca Perdagangan Lagi, Rekor 46 Bulan Berturut-turut!
 

Masih resilien


Dalam keterangan resmi, Sabtu, 16 Maret 2024, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan berlanjutnya surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 mencerminkan posisi eksternal Indonesia yang masih cukup resilien di tengah gejolak perekonomian global yang masih tinggi.
 
"Kendati demikian, pemerintah akan terus mengantisipasi risiko global yang ada untuk memitigasi dampaknya pada ekonomi nasional," kata dia.
 
Nilai ekspor Indonesia pada Februari 2024 mencapai USD19,31 miliar, turun 9,45 persen secara tahunan (yoy). Penurunan terutama bersumber dari ekspor nonmigas sebesar 10,15 persen (yoy) akibat penurunan ekspor batu bara, besi dan baja, serta minyak sawit.
 
"Moderasi harga komoditas dan penurunan volume perdagangan global menjadi penyebab menurunnya ekspor nonmigas Indonesia," kata Febrio.
 
Secara sektoral, penurunan terjadi pada ekspor produk industri pengolahan sebesar 11,49 persen (yoy) serta sektor pertambangan dan lainnya sebesar 7,54 persen (yoy). Sementara itu, sektor pertanian tumbuh 16,91 persen (yoy).
 
"Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari-Februari 2024 mencapai USD39,80 miliar," kata Febrio.
 
Di sisi lain, impor Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar USD18,44 miliar, tumbuh 5,84 persen (yoy). Peningkatan impor didorong sektor nonmigas yang tumbuh 14,42 persen (yoy) dan sektor migas sebesar 23,82 persen (yoy).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan