Proyeksi itu termuat dalam laporan teranyar Bank Dunia bertajuk Global Economics Prospect (GEP) yang dirilis pada Rabu, 10 Januari 2024. Dalam laporan itu pula, ekonomi Indonesia juga diperkirakan akan stagnan. Pada 2025, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap, yakni 4,9 persen (yoy).
Melambatnya prakiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia itu sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik yang turut lebih rendah. Dalam laporannya, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi kawasan itu akan tumbuh 4,5 persen (yoy) pada 2024 dan 4,4 persen (yoy) pada 2025, lebih rendah dari prakiraan pertumbuhan 2023 yang berada di angka 5,1 persen (yoy).
Hal tersebut utamanya terjadi lantaran Bank Dunia memperkirakan perlambatan ekonomi Tiongkok masih akan terjadi dan memberi pengaruh signifikan. Negeri Tirai Bambu juga bakal dihadapkan pada pelemahan konsumsi domestik, sedangkan negara lain di Asia Timur dan Pasifik diperkirakan justru akan mengalami penguatan.
Selain ekonomi Tiongkok, kawasan Asia Timur dan Pasifik bakal dihadapkan pula dengan kondisi konflik Timur Tengah yang juga dinilai akan memengaruhi perekonomian kawasan. Risiko lain seperti pelemahan perdagangan global, cuaca ekstrem yang dapat menghambat investasi di negara-negara kawasan juga patut menjadi perhatian.
Baca juga: Tenang, Indonesia Aman Meski Ada Perlambatan Ekonomi |
Pelemahan ekonomi Indonesia dan kawasan sejalan dengan proyeksi ekonomi global yang diperkirakan melambat. Meski risiko resesi global kian kecil, Bank Dunia memperkirakan perekonomian global hanya mampu tumbuh 2,4 persem (yoy) tahun ini dan menguat menjadi 2,7 persen pada 2025.
Laporan Bank Dunia mengenai ekonomi Indonesia itu dinilai sesuai dengan kondisi dan potensi dinamika yang bakal terjadi pada tahun ini. Periset dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan proyeksi tersebut relatif sama seperti yang dikeluarkan CORE Indonesia pada November lalu.
"Proyeksi tersebut juga relatif sama dengan proyeksi yang kami lakukan pada November di tahun lalu yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di tahun ini bisa berada di kisaran 4,9 persen sampai lima persen," ujarnya saat dihubungi, Jumat, 12 Januari 2024.
Dari sisi global, terdapat faktor signifikan yang akan memengaruhi perekonomian Indonesia di tahun ini. Pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai negara utama mitra dagang Indonesia. Lesunya ekonomi Negeri Tirai Bambu akan berdampak besar pada kinerja dagang Indonesia pada 2024.
Geliat konsumsi rumah tangga
Sementara itu, dari dalam negeri, kata Yusuf, geliat konsumsi rumah tangga bakal menjadi penentu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dia memperkirakan konsumsi rumah tangga akan tumbuh stabil tahun ini, meski ada potensi pelemahan secara minor.
Potensi pelemahan konsumsi rumah tangga itu terjadi di antaranya karena efek pendapatan rumah tangga dari kenaikan harga komoditas pada 2022 dan awal 2023 diperkirakan akan hilang pada tahun ini.
Selain itu, konsumsi barang-barang tahan lama yang mengandalkan kredit, seperti kendaraan dan properti, juga akan sedikit tertekan oleh dampak pengetatan moneter Bank Indonesia yang dilakukan pada akhir kuartal di tahun lalu.
Meskipun begitu, pengeluaran terkait dengan kontestasi politik, termasuk pilpres, pileg, dan pilkada, diperkirakan akan memberikan dampak terhadap konsumsi domestik meskipun dalam level yang tidak begitu besar.
Tingkat inflasi yang diperkirakan berada pada rentang 2-3 persen juga dinilai tidak akan menahan laju konsumsi pada tahun ini, kecuali terjadi lonjakan inflasi pada komponen volatile food.
Yusuf menilai dampak beberapa insentif fiskal pemerintah dan peningkatan anggaran bantuan sosial akan sedikit menyumbang pertumbuhan konsumsi. "Namun, hal tersebut juga berpotensi tergerus jika pemerintah jadi menaikkan atau menjalankan kebijakan tarif PPN yang lebih tinggi atau meningkat menjadi 12 persen," kata dia.
"Ditambah kebijakan seperti penerapan cukai minuman berpemanis dan dalam kemasan serta kenaikan cukai hasil tembakau," lanjutnya.
Sementara itu, dari sisi investasi, Yusuf berpandangan pertumbuhannya relatif tetap stabil didukung oleh investasi yang berkaitan dengan hilirisasi tambang yang diperkirakan akan tetap berlanjut di tahun ini. Proyeksi investasi itu diharapkan dapat menahan perlambatan yang mungkin terjadi pada belanja modal pemerintah dan swasta di sektor yang terpengaruh oleh dinamika ekonomi global.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan mampu mencapai 5,2 persen (yoy). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan target tersebut dapat dicapai lantaran ketidakpastian dunia telah menunjukkan penurunan.
Kondisi ekonomi global, menurut perempuan yang karib disapa Ani tersebut, dinilai telah membaik. Itu ditandai dengan perekonomian Amerika Serikat yang telah menunjukkan perbaikan setelah mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Konsumsi Masyarakat Jadi Kunci Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,2% di 2024 |
Dunia usaha realistis
Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirilis Bank Dunia itu juga dinilai cukup realistis oleh para pelaku usaha di Tanah Air. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) justru memiliki proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional dengan batas bawah yang lebih rendah di tahun ini, yaitu 4,8 persen (yoy) hingga 5,2 persen (yoy).
"Pada prinsipnya pertumbuhan 2024 sangat tergantung pada keberhasilan pemerintah dan seluruh stakeholder ekonomi-politik Indonesia dalam menciptakan certainty berusaha," kata Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi terpisah.
Kepastian iklim berusaha itu menjadi penting terutama selama masa transisi politik di Indonesia. Stimulus peningkatan kinerja ekonomi dan penciptaan stabilitas makro di tahun ini juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.
Pada 2024 ini banyak faktor yang memengaruhi, baik dari internal maupun eksternal terhadap keberlangsungan ekonomi Indonesia. Karenanya, menurut Shinta, kondisi tersebut perlu dikompensasi dengan upaya ekstra peningkatan stabilitas, daya saing, dan daya tarik iklim usaha ataupun investasi riil di Tanah Air.
Proyeksi yang dikeluarkan Bank Dunia juga sedianya memengaruhi ekspektasi kinerja usaha tahun ini. Itu dapat menjadi pertimbangan bagi pebisnis untuk melakukan ekspansi usaha untuk lebih berhati-hati. Namun, secara umum Shinta menilai aktivitas usaha masih akan berjalan secara normal.
"Survei Apindo tahun lalu masih memperlihatkan bahwa mayoritas pelaku usaha tetap optimistis pertumbuhan bisa mencapai lima persen, dan sekitar 58 persen pelaku usaha juga masih memiliki minat untuk melakukan ekspansi usaha, meskipun tentu saja tergantung pada kondisi iklim usaha/investasi terkait," terangnya.
Baca juga: Biaya Hidup Jakarta Paling Mahal, Buat Apa Saja Sih? |
5 faktor bagi dunia usaha tetap berkontribusi ke perekonomian
Lebih lanjut, Shinta mengatakan terdapat sejumlah faktor penting yang diperlukan dunia usaha untuk tetap bisa berkontribusi memompa perekonomian nasional tahun ini.
Pertama, dibutuhkannya stabilitas sosio-politik dan adanya smooth leadership transition, alias tidak ada huru-hara, perpecahan atau polarisasi masyarakat, upaya delegitimasi, kecurangan pemilu, dan proses transisi berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kedua, ketahanan dan stabilitas kondisi makro ekonomi nasional, termasuk parameter inflasi, nilai tukar, dan daya beli masyarakat. Akan lebih baik, menurut Shinta, bila suku bunga pinjaman riil usaha bisa diturunkan ke level yang bersaing di ASEAN dan diberikan perluasan akses, serta bantuan pembiayaan untuk UMKM agar kinerja ekonomi nasional bisa lebih dimaksimalkan.
Ketiga, adanya kepastian iklim usaha yang memadai. "Ini khususnya perlu dibuktikan dengan peningkatan konsistensi pelaksanaan kebijakan reformasi struktural yang sudah ditetapkan hingga saat ini," tutur Shinta.
Keempat, terpilihnya pemimpin yang betul-betul berkomitmen meneruskan dan menyempurnakan capaian reformasi struktural iklim usaha atau investasi nasional yang sudah dilakukan saat ini. Itu diperlukan agar lebih berorientasi daya saing Indonesia di tingkat global.
Kelima, adanya proses transisi kepemimpinan yang cepat. Dalam artian, pemimpin terpilih bisa segera menciptakan kabinet yang kompeten atau dipercaya pasar sekaligus dapat bekerja secara efektif dalam meningkatkan daya saing iklim usaha ataupun investasi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id