Daya rusak pandemi terhadap ekonomi tidak hanya memukul sisi supply side, tetapi juga demand side. Ekonomi macet di kedua sisi. Maka jalan keluar harus benar-benar luar biasa (extraordinary), pasar utama berhenti mengonsumsi, dan negara-negara produsen berhenti berproduksi.
Banyak ekonom sepakat dalam mengatasi situasi yang sedemikian sulit ini harus menyelesaikan keduanya, baik sisi permintaan dan penawaran. Hanya negara yang mampu, menggunakan cara mengatasinya dengan memperbesar belanja pemerintah.
Maka ketika pembahasan panjang di DPR terkait refocusing anggaran yang sudah dibahas sejak sebelum pandemi, DPR mendukung penuh perluasan belanja negara dengan secara besar-besaran dan cepat. Karena hanya dengan belanja negara, ekonomi setidaknya tetap bergerak.
Ada semacam mantara bad times makes good policy. Memang biasanya demikian, tapi melihat laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan II (kuartal ke kuartal), rasa-rasanya semangat untuk memperbesar belanja negara mentok pada implementasi. Bad times and bad implementation. Sebuah kombinasi yang mengecewakan.
Baca: Sektor Pertanian Tumbuh Paling Kencang di Tengah Pandemi
Padahal, sudah ada pesan yang tegas dan jelas, bahwa belanja pemerintah adalah kunci yang sudah diwujudkan melalui kerja maraton dalam refocusing anggaran. Serta keinginan besar presiden untuk belanja, belanja, dan belanja sangat nyaring di media. Sayangnya, dalam situasi yang serba sulit, beberapa kementerian bekerja seperti biasa. Lama, berbelit, dan takut berbuat. Hasilnya, capaian belanja pemerintah tak banyak berubah, bahkan minus sangat dalam dengan beberapa sektor menyentuh pertumbuhan negatif dua digit.
Untungnya, sektor pertanian menjadi penyelamat dengan mampu mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 16,24 persen. Apresiasi harus ditujukan pada Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai lokomotif daya dorong ekonomi di tengah pandemi. Apabila sektor lain bekerja layaknya sektor pertanian, maka resesi dapat terhindarkan di kuartal III. Bahkan, perbaikan ini yang harus kita dorong agar Indonesia tidak masuk dalam resesi.
Kerja Keras agar Keluar dari Resesi
Melihat struktur PDB kita yang 65 persen dipengaruhi oleh lima sektor besar yaitu industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan, maka kementerian terkait harus menjadi lokomotif yang kencang untuk membelanjakan anggaran agar menjadi daya ungkit ekonomi. Jangan sampai seperti kuartal ke II. Dari lima sektor utama, hanya pertanian yang mencatatkan pertumbuhan positif. Butuh kerja keras semua pihak menyelamatkan Indonesia agar keluar dari ancaman resesi di kuartal ke III.Dua capaian utama sektor pertanian yakni rendahnya inflasi dan meningkatnya ekspor pertanian pada April 2020 sebesar 12,66 persen atau USD0,28 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY) harus lebih digenjot. Dua capaian utama ini adalah pondasi penting sektor pertanian, terutama Kementan untuk terus menggenjot capaian positif, setidaknya mampu menjadi rem bagi ekonomi Indonesia agar tidak terjerumus dalam resesi.
Momentumnya yakni ketika pandemi membuat krisis pangan, sehingga mengancam seluruh negara dan Indonesia dalam memiliki peluang untuk menyuplai pangan. Tinggal kitanya saja mau apa tidak. Bagi saya, situasi yang sulit selalu memberikan hikmah dan momentum untuk berbenah. Capaian positif sektor pertanian memberikan momentum untuk terus memperkuat ekonomi pertanian agar kedaulatan pangan dapat tercapai.
Baca: Kuartal II-2020, Ekonomi RI Minus 5,32%
Karena dengan terus menjaga kinerja positif maka efek rembetan (multiplier effect) sangat luar biasa. Membaiknya permintaan sektor pertanian akan membuat naiknya harga jual pangan ditingkat petani. Artinya kesejahteraan akan meningkat. Hal tersebut setidaknya tercermin dari meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) pada hampir semua subsektor, baik pertanian maupun peternakan di tengah pandemi.
Momentum lain adalah belanja sektor pertanian harus lebih berkualitas yang dapat memberikan efek ganda seperti perbaikan infrastruktur pertanian yang tidak hanya memperbaiki fisik, tetapi juga penciptaan lapangan pekerjaan.
Tidak ada waktu lagi untuk menunggu. Situasi serba sulit harus diselesaikan dengan cara-cara kreatif dan berani. Kalau tidak, resesi di depan mata.
Charles Meikyansah
Anggota DPR RI Komisi IV
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id