Ilustrasi. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin.
Ilustrasi. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin.

Mengais Asa 'Berkah Ekonomi' dari Mudik Lebaran

Husen Miftahudin • 28 April 2023 07:19
PEMERINTAH meyakini arus mudik dan balik Lebaran tahun ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional, setelah tiga tahun sebelumnya mandek akibat masih merebaknya pandemi covid-19. Tahun ini momen Lebaran kembali membawa berkah, karena diprediksi terjadi perputaran uang hingga Rp240 triliun.
 
Angka tersebut berdasarkan kalkulasi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno. Perputaran uang terjadi karena para pemudik membawa bekal uang yang cukup di kampung halaman serta banyaknya wisatawan yang hadir ke destinasi wisata.
 
"Tapi ini angka sementara Rp240 triliun. Itu perputaran ekonominya dan bisa lebih tinggi kalau melihat beberapa destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif ini membludak di atas target awal kita ini terlampaui," ungkap Sandiaga beberapa waktu lalu.
 
Sandiaga mengaku telah melaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait dengan destinasi-destinasi sentra ekonomi kreatif, sehubungan dengan arus mudik yang dilakukan oleh sekitar 123,8 juta pemudik.
 
Berdasarkan datanya, Sandiaga menyebutkan setiap pemudik akan membelanjakan sebesar Rp1,9 juta. Sebanyak 92 persen dari pemudik itu akan melakukan kegiatan wisata, yang tidak mudik juga itu akan melakukan kegiatan wisata di tempatnya mereka masing-masing bersama keluarga.
 
Oleh karena itu, dia menyebutkan data itu menunjukkan geliat kebangkitan sektor wisata sudah hampir mencapai target. Sebab kunjungan wisata mancanegara hingga 8,5 juta pelaku diyakini akan terealisasi.
 
"Untuk pergerakan wisata nusantara menargetkan 1,4 miliar pergerakan wisata nusantara ini. Jadi, 35 sampai 40 persen bisa terpenuhi di akhir mudik Lebaran ini, sehingga tentunya kita harapkan target penciptaan lapangan kerja 4,4 juta lapangan kerja di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini bisa tercipta tahun ini," paparnya.
 

Perputaran uang harus dioptimalisasi

 
Sementara itu, ekonom makroekonomi dan keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia Teuku Riefky meyakini perputaran uang yang mencapai Rp240 triliun pada momen mudik Lebaran tahun ini berpeluang besar terjadi. Sebab, waktu libur yang relatif lebih panjang ketimbang hari raya lainnya dipandang sebagai nilai tambah dari periode mudik di Indonesia.
 
"Saya rasa nilai perputaran uang hingga Rp240 triliun itu sangat mungkin terealisasi, mengingat arus mudik tahun ini sudah kembali ke kondisi normal, bahkan kita bisa bilang mungkin tahun ini lebih tinggi dari kondisi prapandemi," terang Riefky.
 
Menurutnya, potensi perputaran uang itu perlu untuk dioptimalisasi agar memberi dampak yang terasa pada perekonomian, baik di daerah maupun secara nasional. Pasalnya, libur Lebaran hanya mampu menumbuhkan tingkat daya beli masyarakat di waktu yang relatif singkat.
 
Karenanya, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah untuk meningkatkan produktivitas dari perputaran uang yang terjadi selama libur Lebaran. Hal itu dapat dilakukan melalui penyediaan infrastruktur dan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan.
 
Dengan begitu, investasi akan masuk ke daerah terkait dan mendorong peningkatan produktivitas dari perputaran uang yang terjadi dalam jangka panjang. "Ini relatif sulit (untuk membangkitkan perekonomian daerah). Karena spending yang terjadi adalah demand dan konsumsi, bukan dalam bentuk investasi," kata Riefky.
 
"Jadi mungkin untuk meningkatkan produktivitas jangka panjang ini agak sulit. Tapi kalau untuk meningkatkan aktivitas perekonomian dalam jangka pendek, itu sangat memungkinkan," sambungnya.
 

Ekonomi daerah bergerak signifikan

 
Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang mengungkapkan, dengan jumlah pemudik yang demikian besar maka dipastikan ekonomi daerah yang menjadi tujuan mudik akan bergairah dan mengalami pertumbuhan yang signifikan.
 
Kadin memproyeksikan perputaran uang selama libur Idulfitri tahun ini diperkirakan mencapai Rp92,3 triliun tersebar di seluruh pelosok Tanah Air.
 
"Jumlah tersebut dihitung dari jumlah pemudik sebesar 123,8 juta orang atau setara dengan 30.752.000 keluarga. Jika setiap keluarga membawa uang rata rata Rp3 juta, maka perputaran uangnya diperkirakan mencapai Rp92,3 triliun," ujar Sarman melalui keterangannya beberapa waktu lalu.
 
Hitungan tersebut, lanjut dia, merupakan rata- rata paling minimal. Perputaran uang tersebut akan akan menyebar di sektor usaha transportasi darat seperti bus, rental, kereta api, mobil pribadi, motor; lalu di laut melalui kapal laut; dan udara melalui pesawat; lalu kuliner, hotel/penginapan, restoran, kafe, destinasi wisata, UKM makanan khas daerah dan penjual souvenir, warung dan toko di daerah dan berbagai produk unggulan daerah.
 
Perputaran uang tersebut didominasi di Pulau Jawa yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, dan Jabodetabek sebesar 62,5 persen dengan jumlah pemudik sebanyak 77,3 juta orang atau setara 19.325.000 keluarga. Sisanya akan menyebar ke Sumatra, Kalimantan, Bali/NTB, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua.
 
Baca juga: Dear Pemerintah, Perputaran Uang Mudik Rp240 Triliun Harus Dioptimalisasi Biar Gak Cuma Lewat!
 

Daya beli masyarakat melonjak

 
Ekonom senior sekaligus pendiri Segara Institut Piter Abdullah menyatakan, perputaran uang selalu bersifat produktif karena memiliki nilai tambah.
 
Adanya perputaran uang dapat diterjemahkan sebagai aktivitas belanja yang menggambarkan masyarakat memiliki kemampuan daya beli. Karenanya, peningkatan perputaran uang selama momen mudik diyakini akan berdampak signifikan bagi perekonomian.
 
"Perputaran uang selalu bersifat produktif dan membangkitkan perekonomian nasional. Aktivitas yang tidak produktif adalah aktivitas yang tidak memutar perekonomian, tidak memutar uang," urainya.
 
"Ketika perputaran uang terjadi akan terjadi penciptaan value added. Berarti produktif. Bahkan THR (Tunjangan Hari Raya), pemberian uang kepada keluarga, akan bersifat produktif. Karena pada ujungnya meningkatkan daya beli yang berujung transaksi ekonomi yang memiliki value added," tambah Piter.
 
Dampak signifikan dari perputaran uang pada momen mudik tahun ini berasal dari asumsi kenaikan jumlah pemudik yang mencapai 123,8 juta orang, naik 44 persen dari tahu lalu yang sebanyak 88,5 juta orang.
 
Aktivitas mudik, kata Piter, identik dengan peningkatan transaksi ekonomi yang cukup besar. Itu hampir terjadi di semua sektor seperti perdagangan, hiburan, hotel, restoran, dan lainnya yang terkait.
 
"Semua ini adalah bentuk perputaran uang. Dengan merujuk data peningkatan arus mudik, sangat wajar jika pemerintah memperkirakan terjadi peningkatan perputaran uang hingga Rp240 triliun. Bank Indonesia sejak dini juga sudah mengantisipasi peningkatan ini dengan mempersiapkan uang tunai," terang dia.
 

Uang beredar melejit di awal Puasa

 
Momen mudik dan balik Lebaran tahun ini memang menjadi berkah ekonomi bagi Indonesia. Hal ini terbukti dari proyeksi dini Bank Indonesia yang menyebutkan uang beredar pada Maret 2023 (awal Puasa) tumbuh positif.
 
Bank sentral dalam keterangan resminya menyampaikan, uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp8.293,6 triliun atau tumbuh 6,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Perkembangan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 4,8 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 8,0 persen (yoy).
 
Uang beredar dalam arti sempit (M1) sendiri meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi rupiah). Sedangkan uang beredar dalam arti luas (M2) terdiri dari M1 plus deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank.
 
Sementara uang uang kuasi merupakan simpanan milik sektor swasta domestik pada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang dapat memenuhi fungsi-fungsi uang, namun untuk sementara waktu kehilangan fungsinya sebagai alat tukar menukar.
 
Adapun pertumbuhan M2 pada Maret 2023 utamanya dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Penyaluran kredit sendiri pada bulan laporan tumbuh 9,8 persen (yoy) menjadi Rp6.424,4 triliun, sejalan dengan pertumbuhan kredit produktif maupun konsumtif.
 
Di sisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp7.759,3 triliun atau tumbuh 7,2 persen (yoy). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh laju pertumbuhan DPK korporasi dan perorangan.
 
Diketahui, DPK adalah dana yang disimpan oleh masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito ke bank. Dalam hal ini, masyarakat yang terdiri dari masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain dihimpun dananya, baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing, ke perbankan.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(HUS)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif