Beruntung masyarakat Indonesia termasuk yang paling terbuka untuk menerima teknologi digital, sehingga proses melakukan migrasi dari old economy menjadi ekonomi digital lebih mudah dilakukan. Saat ini pandemi telah berada di penghujung. Namun, pola hidup manusia telah berubah dan tidak akan kembali ke masa sebelum pandemi.
Ekonomi digital yang telah diadopsi selama pandemi akan diteruskan ke masa mendatang. Bahkan diperkuat untuk menghadapi krisis selanjutnya.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan kesiapan ekonomi digital tidak hanya mengedepankan pemanfaatan teknologi, tetapi menuntut kesiapan secara matang sumber daya manusia, kebijakan pendukung, dan sistem keamanan digital yang memadai.
"Perlu literasi dan kesiapan untuk ekonomi digital ini. Karena saat ini, ekonomi digital terus bertumbuh, sementara literasi digital masyarakat di Indonesia masih berjalan perlahan," ujar Lestari dalam diskusi Forum Denpasar 12 pekan lalu.
Selain itu, menurut Lestari, salah satu tantangan investasi ekonomi digital di Indonesia ialah keamanan siber, infrastruktur, dan sumber daya manusia dalam bidang keamanan siber harus menjadi prioritas dalam upaya beradaptasi dengan ekonomi global yang terus bertumbuh di tengah serangan krisis.
Baca juga: Kemkominfo: Ekonomi Digital Berperan Penting Dorong Pemulihan Ekonomi |
Dua sisi mata uang
Ketua Umum Asosiasi Pemimpin Digital Indonesia Ignasius DA Sutapa mengatakan, kondisi saat ini seperti dua sisi mata uang, Ada peluang ekonomi dari kemajuan teknologi, namun di sisi lain serangan siber juga tinggi. Kemudian, potensi besar dalam pemanfaatan teknologi di sektor ekonomi juga tidak diiringi kesiapan pelaku usaha dalam memanfaatkan ekonomi digital untuk menangkap peluang tersebut.Menurut Ignasius, baru 30 persen masyarakat Indonesia memiliki literasi digital, sementara inklusi keuangannya sudah mencapai 76 persen. Kondisi tersebut tentunya menghadirkan potensi risiko yang besar.
"Jadi, amat perlu untuk peningkatan literasi digital masyarakat agar inklusi keuangannya bisa bertumbuh dengan baik. Selain itu, dibutuhkan juga modernisasi regulasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital secara nasional," ujar Ignasius.
Staf Khusus Menteri Bidang Digital dan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Dedy Permadi menyampaikan, ekonomi digital sangat berperan penting dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional pascapandemi covid-19.
Menurut survei Bank Dunia, digital merchant di Indonesia menunjukkan ketangguhan di tengah pandemi covid-19, yakni sebesar 80 persen digital merchant mampu tetap beroperasi di masa pandemi.
"Kalau melihat potensi yang lain, teknologi digital juga membuka peluang bagi terciptanya wirausahawan baru, yakni terdapat 25 persen online bisnis baru di masa pandemi covid-19," ujarnya.
Dalam mendukung peran ekonomi digital yang lebih baik, Kemkominfo memberikan program-program bagi startup digital, UMKM digital, dan talenta digital. Dalam program startup sendiri terdapat lima program yang disediakan secara gratis untuk masyarakat, mulai level basic untuk belajar startup sampai level advance untuk bisa mendapat pendanaan serta memfasilitasi para startup bertemu dengan calon investor.
Kemudian dalam UMKM, Kemkominfo juga memiliki program yang selama pandemi covid-19 banyak membantu UMKM untuk digital onboarding. Lebih lanjut, saat ini Kemenkominfo juga sedang melakukan berbagai upaya untuk penguatan sektor digital terus dilakukan pemerintah lewat penguatan literasi digital masyarakat hingga perluasan infrastruktur internet di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital yang lebih baik.
Dalam hal ini, selain meningkatkan literasi dan infrastruktur internet yang dicanangkan oleh Kemenkominfo, tentunya peningkatan terkait keamanan siber juga harus dilakukan.
Baca juga: Kominfo Minta Masyarakat Waspada Kejahatan Siber |
Keamanan siber
Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Edit Prima mengatakan, dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi digital, serangan terhadap traffic internet yang digunakan pun semakin meningkat.Edit menambahkan, pada 2021, bahkan tercatat 1,6 miliar anomali traffic internet yang menyasar sejumlah akun masyarakat.
"Pada 2022 di Maret, jumlah serangan traffic internet yang sifatnya anomali itu mencapai 111,160 juta. Jika dirinci lebih lanjut, klasifikasinya itu sebagian besar hampir 40 juta dari 111,160 juta itu merupakan malware," tuturnya.
Dalam hal tersebut, BSSN akan terus berupaya dalam penguatan sistem keamanan siber terhadap para pelaku ekonomi digital dan masyarakat agar potensi ekonomi dan sosial dari sektor digital yang ada dapat terus dikembangkan.
"BSSN akan terus berupaya memberikan pelatihan dan modul sistem keamanan siber yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi digital dan masyarakat," ujarnya.
Peneliti Collaboration with Research Cluster of Digital Business and Economics Universitas Indonesia Christy D Mariana sependapat ekonomi digital mampu berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Christy mengatakan, tantangannya adalah bagaimana transformasi digital di masyarakat dapat dilakukan secara menyeluruh, sehingga mampu menciptakan berbagai peluang di emerging market.
"Namun, masyarakat juga perlu dipersiapkan untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul, lewat penguatan pengetahuan tentang cyber security dan ekonomi digital," ujar Christy.
Menurut Christy, agar ekonomi digital mampu mendorong kebangkitan ekonomi nasional dari krisis diperlukan pengembangan infrastruktur, peningkatan kecakapan digital masyarakat, dan sejumlah kebijakan yang mendukung ekosistem digital. (MI/Ficky Ramadhan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News