Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo selalu mengatakan salah satu kunci keberhasilan kita dalam menangani pandemi covid-19 ialah kemampuan untuk menyalurkan bantuan kepada rakyat. Mereka yang terkapar oleh pemutusan hubungan kerja jangan dibiarkan sampai tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akhirnya menyampaikan pertumbuhan di kuartal II akan negatif. Untuk pertama kalinya sejak 1998, kita akan mengalami pertumbuhan minus 3,1 persen. Ini pun baru perkiraan. Jangan-jangan setelah Juni ini berakhir kontraksinya akan lebih dalam lagi.
Baca: Pemerintah Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Direntang -0,4 hingga 1%
Ini memang kenyataan yang harus dihadapi seluruh negara di dunia sebagai konsekuensi upaya untuk menekan penularan covid-19. Hanya, yang harus diperhatikan, kemampuan negara untuk merespons pertumbuhan yang negatif itu berbeda-beda.
Singapura, misalnya, menyediakan stimulus sampai USD100 miliar. Padahal, jumlah penduduknya tidak sampai enam juta jiwa. Perdana Menteri Lee Hsien Loong sudah menyampaikan pidato kepada seluruh rakyat bahwa negara akan mengerahkan segala daya yang dimiliki untuk melewati masa-masa yang sulit ini. Bahkan para menteri diminta untuk bertemu langsung rakyat guna mengetahui apa yang perlu dilakukan pemerintah kepada mereka.
Kita pun sudah merespons risiko yang harus dihadapi. Stimulus yang dipersiapkan sudah dinaikkan dari Rp405 triliun menjadi Rp766 triliun. Namun, kenaikan angka stimulus itu dianggap masih terlalu kecil dan tidak cukup untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Stimulus yang kita sediakan tidak sampai setengah stimulus yang disiapkan Singapura.
Padahal, besaran ekonomi Indonesia tiga kali ekonomi Singapura. Jumlah penduduk Indonesia lebih 50 kali penduduk Singapura. Kalau stimulusnya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang kita hadapi, kita akan sulit kembali ke situasi normal.
Kita sependapat dengan pandangan Menteri Keuangan bahwa stimulus itu harus akuntabel dan terukur. Justru karena akuntabel dan terukur, kita seharusnya bisa menghitung dengan lebih cermat kebutuhan untuk menghidupkan kembali mesin ekonomi yang terhenti ini. Kita membutuhkan adanya jump start agar ekonomi bisa bergulir lagi.
Kita juga ingin menggarisbawahi pernyataan Menteri Keuangan bahwa stimulus ini harus cepat dan tepat. Ibaratnya, kita memang tidak boleh sampai membuat mesin ekonomi yang terhenti ini sampai karatan. Kalau itu yang terjadi, biaya pemulihannya akan jauh lebih mahal lagi.
Baca: Sri Mulyani: Anggaran Rp607,7 Triliun untuk Pemulihan Ekonomi Nasional
Sekarang ini banyak kalangan dunia usaha bertanya, bagaimana mereka bisa mendapatkan stimulus untuk modal kerja. Sebuah hotel membutuhkan biaya operasional sekitar Rp2 miliar per bulan. Mereka membutuhkan minimal satu tahun modal kerja untuk menyerap kembali pegawai mereka yang sudah tiga bulan ini dirumahkan.
Pernyataan Menteri Keuangan harus diterjemahkan oleh perangkat di bawah untuk membangun sistem penanganan krisis. Siapa saja pengusaha yang berhak mendapatkan stimulus dan bagaimana cara mereka mengajukan? Berapa lama kemudian keputusan untuk mendapat stimulus bisa mereka dapatkan dan bagaimana pencairannya? Berapa tingkat bunga yang harus dibayarkan dan berapa lama periode pengembaliannya?
The devil is in detail. Kita tidak bisa hanya berhenti untuk menyampaikan besaran stimulus yang akan dikeluarkan pemerintah, tetapi bagaimana juga eksekusinya. Bagaimana stimulus yang ditetapkan bisa benar-benar menggerakkan kembali roda perekonomian, baik itu untuk usaha mikro, kecil, menengah, maupun besar.
Kecepatan untuk melakukan eksekusi sangat dibutuhkan karena kita dihadapkan kepada situasi krisis. Dalam situasi krisis, pilihan yang dihadapi bukan antara yang baik dan yang buruk, tetapi antara yang buruk dan kurang buruk. Sebuah pilihan yang tidak mudah, tetapi harus diambil.
Jangan lupa kita sudah menjadi negara dengan produk domestik bruto di atas USD1 triliun. Pohon yang semakin tinggi sudah pasti angin yang harus dihadapi akan semakin kencang. Terpaan ke depan akan semakin berat lagi karena kita memimpikan untuk menjadi kekuatan ekonomi nomor empat terbesar di dunia.
Sebelum kita bisa mencapai tujuan besar itu, kita harus mampu menyelesaikan persoalan yang ada sekarang. Kita harus mau memindahkan mode yang harus kita lalui ke mode 'sangat berat'. Pertumbuhan minus ini harus direspons dengan benar karena kita harus bisa membalikkan keadaan di kuartal III agar tidak semakin banyak lagi warga yang harus terkapar oleh virus PHK.
Suryopratomo
Dewan Redaksi Media Group
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id