Sebelum perombakan kabinet terjadi, Presiden Jokowi telah memberikan imbauan kepada para menteri agar tidak melakukan dinas keluar kota atau keluar dari Kota Jakarta. Imbauan itu pun ditaati oleh seluruh menteri meski ditanggapi sebagai langkah yang wajar dilakukan oleh seorang kepala negara.
Namun demikian, angin yang bergulir dari imbauan itu justru mengarah kepada adanya kebijakan perombakan kabinet jilid II oleh Presiden Jokowi. Akhirnya, pada Rabu 27 Juli sekitar pukul 11.00 WIB, Presiden Jokowi, didampingi Wapres Kalla dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung, benar-benar mengumumkan adanya perombakan kabinet.

Sumber: Tim MI/ATARA, Foto: Panca Syurkani/Grafis: Seno
Dari lima pos menteri ekonomi yang turut mengalami perubahan, posisi kunci utamanya bidang ekonomi dipegang oleh veteran menteri. Salah satu nama yang paling disoroti oleh awak media dan pasar keuangan dan pasar modal adalah Sri Mulyani Indrawati, yang kembali menduduki posisi penting sebagai Menteri Keuangan.
Baca: Menteri Bambang Minta Maaf pada Jurnalis
Sri Mulyani Indrawati merupakan seorang perempuan yang memiliki kemampuan dan kapasitas yang memadai di bidang ekonomi. Jejak rekamnya begitu panjang dan karirnya menanjak cukup cemerlang, mulai menduduki posisi sebagai Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, Pelaksana tugas Menko Perekonomian, hingga menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Mba Ani, biasa perempuan kelahiran 26 Agustus 1962 itu disapa, dianggap memiliki pengaruh terhadap pergerakan pasar. Bahkan, masuknya Sri Mulyani ke Kabinet Kerja akan memperkuat tim ekonomi. Apalagi, situasi dan kondisi ekonomi sekarang ini tengah tidak menentu akibat banyaknya hambatan ekonomi.
Kendati demikian, kehadiran Sri Mulyani akan memberikan sentimen positif terhadap pergerakan pasar keuangan dan pasar modal di Tanah Air karena dirinya akan berada di tim bersama-sama dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.
Masuknya Sri Mulyani tidak ditampik membawa angin segar, utamanya dalam menekan sejumlah persoalan ekonomi saat ini. Setidaknya ada beberapa Pekerjaan Rumah (PR) bagi tim ekonomi Jokowi-JK. Adapun PR itu yang membuat laju pertumbuhan ekonomi belum menembus angka lima persen di kuartal I-2016.
Baca: Sertijab Menkeu Sri Mulyani Dipenuhi Pejabat
Beberapa PR dari aspek ekonomi makro pertama, mengatasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang melebar. Defisit APBNP 2016 di semester I-2016 mencapai 1,83 persen atau sebesar Rp230,667 triliun. Angka itu mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di 2015 yang sebesar 0,73 persen atau Rp84,267 triliun.

Presiden Joko Widodo (ketujuh kiri) dan Wapres Jusuf Kalla (ketujuh kanan) berfoto bersama dengan keduabelas menteri Kabinet Kerja hasil perombakan jilid II (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Kedua, berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), tercatat penerimaan perpajakan baru terealisasi sebanyak 33,9 persen terhadap target sebesar Rp1.539,1 triliun atau secara nominal baru mencapai Rp522 triliun. Sementara tahun lalu, realisasinya sudah lebih tinggi yakni mencapai 35,9 persen atau Rp535,1 triliun dari target Rp1.489,2 triliun.
Ketiga, mengoptimalkan Program Kebijakan Pengampunan Pajak dalam rangka memaksimalkan pendapatan negara dan memberi stimulus maksimal terhadap laju perekonomian Indonesia. Sampai Selasa 26 Juli, besaran nilai yang sudah dideklarasikan terkait kebijakan pengampunan pajak mencapai Rp989 miliar dengan uang tebusan sebesar Rp23,7 miliar.
Keempat, mendorong maksimal laju perekonomian secara nasional. Pada kuartal I-2016, ekonomi Indonesia tumbuh tidak maksimal karena hanya mencapai 4,9 persen atau tidak sesuai harapan di angka lima persen. Dalam APBN Perubahan 2016, target pertumbuhan ekonomi Indonesia dipatok 5,2 persen atau turun dari target sebelumnya di 5,3 persen.
Kelima, menjaga porsi utang luar negeri agar tidak terus membengkak, utamanya fokus terhadap utang luar negeri yang jatuh tempo dari pihak swasta. Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia naik sebanyak 3,7 persen menjadi sebesar USD314,3 miliar pada Mei 2016.
Baca: Mei 2016, Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi USD314,3 Miliar
Meski dihadang dengan sejumlah PR, namun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memiliki resep yang jitu. Salah satunya dirinya akan segera memeriksa postur APBN secara politis dan hukum terkait optimalisasi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Hal itu dilakukan juga dalam rangka menyelesaikan sejumlah permasalahan ekonomi di Tanah Air.
"Saya akan melakukan yang terbaik karena tentu saja sudah enam tahun (tidak di pemerintahan) dan saya akan melihat struktur anggaran dan melihat apa yang sudah dicapai Pak Bambang (Brodjonegoro, Menteri Keuangan sebelumnya), serta apa-apa saja yang sudah disepakati dengan DPR RI," kata Sri Mulyani.

Para menteri hasil perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja Jilid II mengikuti acara pelantikan di Istana Negera, Jakarta (MI/PANCA SYURKANI)
Lain Sri Mulyani, lain pula PR menteri lain. Menteri ESDM Arcandra Tahar, misalnya, dihadapkan pada PR seperti memperkuat dan meningkatkan ketahanan energi dengan mendorong realisasi pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW). Sementara Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto harus bisa menumbuhkan sektor industri agar membantu akselerasi ekonomi Tanah Air.
Baca: Menuju Kabinet Solid dan Efektif
Sedangkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dihadapkan pada persoalan tidak seimbangnya kinerja ekspor dan impor, dalam artian Mendag baru ini harus bisa menyeimbangkan kinerja perdagangan agar dalam neraca perdagangan tidak lagi besar impor dibandingkan dengan ekspor. Sebab, hal itu memicu terjadinya defisit neraca perdagangan dan dampak buruknya cukup domino ke sektor lain.
Kemarin, IHSG ditutup menguat 49,966 poin atau setara 0,956 persen ke posisi 5.274. IHSG sempat menyentuh level tertingginya di level 5.301 dan level terendah di 5.245. Bahkan, usai penngumuman perombakan kabinet, IHSG sempat menyentuh level tertingginya di level 5.301.

Tim Riset MI/Ant
Senada dengan IHSG, pada penutupan perdagangan sore kemarin, nilai tukar rupiah, menurut Bloomberg, menguat dan berada di posisi Rp13.137 per USD, mengalami kenaikan sebanyak 38 poin atau setara 0,29 persen. Sementara itu, menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.135 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News