Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)

Rp10 Ribu Triliun

Suryopratomo • 26 April 2017 14:07
PADA peringatan hari ulang tahun ke-19 Kementerian Badan Usaha Milik Negara di Yogyakarta, Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno mengajak jajaran BUMN untuk sama-sama menjawab tantangan. Tahun ini aset BUMN ditargetkan meningkat menjadi Rp7.200 triliun. Pada akhir masa Kabinet Kerja, aset BUMN diharapkan bisa mencapai Rp10 ribu triliun.
 
Bagaimana strategi untuk menjawab tantangan itu? Pertama, BUMN harus lebih agresif menjadi motor pembangunan. BUMN diminta agar kehadiran mereka bisa semakin dirasakan bagi negeri ini. Kedua, melakukan sinergi di antara BUMN dalam mengembangkan usaha dengan saling menopang dalam pembiayaan dan pengelolaan manajemen. Ketiga, meningkatkan profitabilitas agar bisa menjadi modal untuk mengembangkan usaha.
 
Menteri Rini mengakui tantangan itu memang tidak mudah dicapai, tetapi bukan mustahil untuk dilakukan. Ia mencontohkan aset BUMN tahun lalu yang bisa meningkat dari Rp5.000 triliun menjadi Rp6.300 triliun.

Baca: Rini Bidik Aset BUMN Meningkat jadi Rp7.200 Triliun di Tahun Ini
 
Menarik jika kiprah BUMN yang kita miliki sekarang ini dilihat. Persepsi yang muncul pada kita, BUMN itu ibarat raksasa yang tidak bisa menari. BUMN hanya menjadi bahan perahan direksi dan elite politik sehingga tidak banyak memberikan manfaat kepada rakyat. Lebih ironis lagi banyak warga tidak tahu perusahaan-perusahaan di bawah naungan BUMN. Perusahaan seperti Bank Mandiri, PT Kereta Api Indonesia, dan PT Garuda Indonesia sering kali dianggap perusahaan swasta biasa.
 
Persepsi itu tidak bisa disalahkan karena BUMN terasa jauh dengan masyarakat. Apalagi sejak zaman Orde Lama, Presiden Soekarno membentuk banyak BUMN, tetapi perusahaan itu bukannya berkembang, malah banyak yang gulung tikar karena salah kelola.
 
Dalam workshop yang diselenggarakan di kawasan Candi Prambanan akhir pekan lalu, pertanyaan dari mahasiswa Yogyakarta menggambarkan awamnya masyarakat terhadap BUMN. Salah satu narasumbernya ialah Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani. Pertanyaan antara lain, "Untuk apa kita harus membangun tol? Bukankah tol hanya dinikmati orang-orang kaya dan tidak memberikan manfaat kepada rakyat?"
 
"Dirut Jasa Marga harus menjelaskan tol dibangun justru untuk menopang kegiatan masyarakat agar hambatannya seminimal mungkin. Sekarang ini dari sekitar 600 km ruas tol yang dikelola Jasa Marga, setiap harinya 1,4 miliar lalu lalang kendaraan ditangani".
 
Atas dasar itu, salah satu tugas jajaran direksi BUMN ialah menyapa dan berkomunikasi dengan masyarakat. BUMN harus menunjukkan mereka hadir untuk negeri dan apa yang mereka lakukan pertama-tama dilakukan untuk kepentingan masyarakat. Kalau BUMN mampu memberikan pemahaman tentang peran yang mereka jalankan, masyarakat pasti akan mendukung kegiatan BUMN.
 
Dalam kolom ini, kita pernah membahas sovereign wealth fund (SWF). Banyak negara membentuk SWF untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat mereka. Negara yang memiliki SWF terbesar di dunia ialah Norwegia yang mengelola dana USD850 miliar.
 
Baca: Tiap Tahun, Negara-Negara IDB Defisit Dana Infrastruktur hingga USD220 Miliar
 
Berbeda dengan BUMN, SWF lebih berorientasi untuk mendapatkan untung. Karena itu, SWF banyak ditanamkan di pasar modal atau mengambil alih ekuitas dari perusahaan yang memang menguntungkan. Temasek milik Singapura dan Khasanah milik Malaysia, misalnya, merupakan SWF yang banyak membeli saham perusahaan Indonesia.
 
Dengan aset sebesar Rp6.300 triliun sekarang ini, BUMN kita tidak bisa dikatakan kecil. Sebanyak 118 perusahaan negara itu sudah memiliki aset yang mendekati nilai USD500 miliar. Kalau pada 2019 nanti bisa ditingkatkan menjadi Rp10 ribu triliun, itu artinya sekitar USD800 miliar dan itu sudah mendekati aset SWF Norwegia.
 
Persoalan yang masih harus dibenahi ialah sisi manajerial dan pemantapan sistem organisasi. Tingkat keuntungan BUMN tahun lalu baru mencapai Rp163 triliun atau kalau dihitung dari return on assets baru mencapai 2,58 persen. Tahun ini Menteri Rini menargetkan keuntungan meningkat menjadi Rp205 triliun atau ROA meningkat menjadi 2,84 persen.
 
Memang untung bagi BUMN bukanlah tujuan. Namun, untung itu diperlukan agar BUMN bisa memperbesar peran mereka ikut membangun negeri ini. Apalagi sekarang ini pemerintah membutuhkan pembangunan infrastruktur yang masif dan itu tidak bisa sepenuhnya ditopang anggaran negara.
 
Hal lain yang diharapkan dari keuntungan BUMN yang lebih baik ialah untuk memperluas usaha sehingga bisa memperluas lapangan pekerjaan. Tiga tantangan besar yang sedang kita hadapi sekarang ialah kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan. Semua itu hanya bisa dijawab apabila kita mampu melakukan investasi baru dan peran itu salah satunya diharapkan datang dari BUMN.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan