\ Filosofi Batu Akik dan Visi-Misi Kurniawan Maju Ketum PSSI
Kurniawan Dwi Yulianto. (Foto: Metrotvnews.com/ Alfa Mandalika)
Kurniawan Dwi Yulianto. (Foto: Metrotvnews.com/ Alfa Mandalika)

Filosofi Batu Akik dan Visi-Misi Kurniawan Maju Ketum PSSI

Bola pssi
Alfa Mandalika • 07 September 2016 12:40
medcom.id, Jakarta: Jelang Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, sejumlah nama meramaikan bursa calon ketua umum. Salah satu yang mencuri perhatian ialah Kurniawan Dwi Yulianto.
 
Berbekal dukungan dari PS Kwarta Medan, pria yang karib disapa Si Kurus itu mantap melangkah sebagai caketum.
 
Seabrek rencana sudah disiapkan oleh pria pengoleksi 33 gol untuk timnas Indonesia itu. Mulai dari pembinaan usia dini sampai penyatuan visi stakeholder.
  Metrotvnews.com berkesempatan untuk bertemu langsung dengan Kurniawan untuk berbincang perihal keputusannya maju sebagai calon ketua umum PSSI. Berikut petikan wawancara khusus dengan Kurniawan di kawasan Jakarta Utara, Selasa 6 September.
 
Bagaimana awal mulanya Anda memutuskan untuk maju sebagai calon Ketua Umum PSSI?
 
Jadi memang awalnya saya dan teman-teman di APPI, ada wacana bahwa pemain dan mantan pemain harus ada yang masuk ke federasi, artinya memberikan kontribusi nyata tidak hanya bersuara di luar, yang mungkin hanya membentuk opini publik. Hanya ramai di media, cuma tidak bisa melakukan sesuatu jika kita tidak masuk ke federasi. Lalu, latar belakang kita orang lapangan, kita tahu seberapa besar permasalahan di sana, apa yang akan kita lakukan, makanya ya sudah siapa pun, tidak harus saya, siapa pun yang ingin maju akan kita dukung kalau dari mantan pemain yang satu visi sama kita, yang tidak ada kepentingan apa pun hanya niatnya untuk sepak bola.
 
Dari APPI semua sudah satu suara mendukung Anda?
 
Iya, semua dari APPI sudah sepakat.
 
Apa ada yang membekingi Anda atau sponsorship?
 
Tidak ada sama sekali. Jadi, APPI kan tidak ada hak suara, jadi tidak bisa mencalonkan, jadi hanya menyuarakan saja, dan kebetulan hubungan saya dengan PS Kwarta baik dan saya tidak pernah sama sekali meminta dukungan, siapa pun voters lalu saya bilang ingin maju sebagai ketua umum, tidak pernah. Saya memiliki hubungan baik dengan beberapa klub, tapi saya tidak mau menawarkan seperti itu, karena saya tidak mau terikat yang namanya utang budi. Apalagi nawaitu kita untuk sepak bola. Lalu beberapa minggu yang lalu, PS Kwarta menghubungi dan bertanya apakah serius? mau kita usung atau tidak? saya bilang nanti dulu, Anda serius mendukung suara pemain atau ekspektasi ke kita apa? saya lebih baik pahit di depan, kita mau sepak bola yang bersih, dan jujur. Yang kedua, kita tidak ada uang dan tidak mau mengeluarkan uang, jawabannya tidak kami tidak butuh uang. Oke, kita tidak ada deal apa pun ya, jadi kalau misalkan terpilih jadi apa pun di situ, kita tidak ada kesepakatan atau utang budi, dan mereka deal. Kita tidak mau, di APPI kita independen, masuk ke dalam yang katanya idealis, bisa rusak gara-gara dealing, lagipula ngapain seperti itu bertentangan dengan hati nurani.
 
Bagaimana Anda melihat dua jenderal/purn (Letjen Edy dan Moeldoko) yang maju sebagai caketum PSSI?
 
Saya tidak menganggap mereka saingan, tidak menganggap ini suatu kompetisi atau pertandingan, tetapi memang, saya maju untuk sepak bola, masalah itu dipilih, kepilih, tidak kepilih itu urusan nanti. Paling tidak, ada dari mantan pemain, dari suara pemain benar-benar niat untuk memperbaiki sepak bola. Kalaupun beliau itu jadi, kita harus dukung, berterima kasih untuk ukuran jenderal masih mau peduli kan luar biasa. Tetapi, harapan kita juga, mereka profesional dan bersih seperti yang diharapkan semua orang. Dan juga, target saya sebenarnya begini, ini kan baru awal, target saya lima tahun nanti, saat pemilihan Ketum makin banyak dari mantan pemain dan mulai sudah kebuka. Kalau cuma bicara di media hanya dibaca saja, jadi harus masuk ke federasi, selagi mereka nawaitunya bersih jangan ditunggangin.
 
Baca: Profil: Mengenang Prestasi Kurniawan Sejak di Sampdoria Hingga ke Timnas Indonesia
 
Visi Anda maju sebagai Caketum PSSI apa?
 
Pembinaan usia dini harga mati bagi saya. Karena, kasihan talenta muda kita luar biasa, nah ibarat batu akik, menemukan batu tapi tidak digosok dengan benar, tidak jadi. Caranya seperti apa? Banyak. Kita harus bersinergi dengan pemerintah, karena kita butuh kerja sama dengan kementerian pendidikan, kemenpora, fasilitas, dll. Lalu, metode pelatihan yang cocok untuk anak-anak itu apa, karena tidak semua sekolah sepak bola di Indonesia tahu, bagaimana melatih anak-anak usia dini, kan kasihan. Kita punya pelatih yang luar biasa, saya ingin mereka berkumpul untuk mendapatkan metode latihan yang benar dan membentuk filosofi Indonesia mau seperti apa, mau ke mana filosofi Indonesia.
 
Masalah parent guide seperti apa, mindset mereka harus diubah, anak-anak muda berkompetisi karena diri sendiri, bukan didorong dari orang. Misalkan pelatih suka memberikan instruksi ayo harus menang, itu tidak tepat. Saya maunya mereka sudah sadar dari latihan, jadi ketika latihan, adu dribel siapa yang lebih duluan, jadi tidak perlu diingatkan, mereka sudah sadar sendiri.
 
Lalu, saya ingin menyatukan visi para stakeholder karena saya melihat apalagi beberapa tahun belakang, ini yang menghambat sepak bola, ada kelompok-kelompokan. Jujur saya malu, ketika negara lain sudah memikirkan bagaimana lolos piala dunia, kita masih seputar itu saja. Misalnya, yang ini pernah memimpin, yang ini cari-cari kesalahan, jadinya tidak satu visi. Seharusnya mereka niatnya untuk sepak bola, bersihkan dulu niat kita, mudah-mudahan keajaiban itu ada.
 
Sepak bola kan industri, orang selalu bilang yang peduli sepak bola, harus profesional, buat saya profesional tidak ada kompromi, hitam atau putih, bukan abu-abu. Anda mengikuti aturan yang kita bikin, atau dilanggar, jangan ada nanti gaji telat nanti dulu deh, soal pemain asing, baru diapprove hari ini boleh main dulu, saya tidak mau. Lebih baik kita berdarah-darah dulu, dan mungkin jika sudah terbiasa, tiga empat tahun ke depan yang menikmati adik-adik kita.
 
Ada strategi khusus untuk maju sebagai Caketum PSSI?
 
Strateginya cuma satu, nawaitu saya untuk sepak bola, saya tidak ada kepentingan apapun selain untuk membangun sepak bola. Jadi, bukan tidak akan, mohon maaf bukan sok eksklusif atau apa, saya tidak mau untuk dealing apapun, saya tidak mau mohon-mohon untuk minta dukungan. Tetapi, saya selalu terbuka untuk siapa pun yang mendukung selagi itu niatnya satu visi.
 
Apa reaksi Anda ketika banyak pihak yang meragukan kapasitas Anda sebagai caketum PSSI?
 
Tidak masalah. Saya bukan tipikal yang gila jabatan, tidak. Nah, saya sudah siap maju tentu sudah siap segalanya, dalam arti bukan siap uang, maksudnya siap untuk apa yang akan dijalani. Dan kita akan memajukan sepak bola dengan cara saya, memang benar saya bukan orang organisasi, tetapi saya punya orang-orang profesional.
 
Baca: Apa Kurniawan Bisa Membawa Perubahan di PSSI?
 
Menurut pandangan Anda, seberapa besar pemerintah mendukung sepak bola?
 
Sejauh ini bagaimana ya, mungkin hubungan kurang harmonis antara federasi dengan negara, jadi kayaknya jalan masing-masing. Padahal kalau menyatu, menjadi kekuatan yang luar biasa.
 
Selain fokus pembinaan usia muda, apakah Anda bakal menyoroti sarana dan prasarana sepak bola?
 
Itu wajib ya, makanya kalau profesional jangan nanggung. Tetapi kalau soal stadion masih dilematis ya, artinya sebuah klub untuk membangun stadion sulit, tapi arah kesitu harus ada, kita harus pikirkan juga. Yang terpenting kita harus bersinergi untuk pembangunan latihan standart.
 
Selepas pensiun kegiatan apa?
 
Terkadang melakukan talent scouting, coaching clinic, komentator, dan mengurusi usaha kecil-kecilan.
 
Mengenai pencalonan Anda sebagai Caketum PSSI, apa keluarga mendukung?
 
Mereka sudah tahu passion saya di sepak bola, apapun itu tidak ada hambatan.
 
Anda pernah berkarier di Eropa, Ada pelajaran yang Anda ambil?
 
Jadi gini, yang saya dapatkan dari mereka ya, kan saya sering bergabung dengan anak usia 16, jadi di usia mereka, mereka sudah menyadari, bahwa saya ini hidup di sepak bola, harga jual saya yang tahu saya sendiri. Umur 16 tahun di sana sudah tahu, saya tidak boleh makanan ini, saya harus jaga makanan, ya seperti itu, itu tahun 94 di Italia dan Swiss. Nah, itu saya mikir, anak usia segitu sudah bisa mengatur dirinya. Saya berharap, bagaimana biar menciptakan pola pikir seperti itu ada di pemain kita. Maaf saja, waktu kita senior saja, soal makanan masih sering diingatkan, jangan makan pedas sebelum main dll. Karena mereka tahu value mereka diri mereka sendiri.
 
Selama Anda menjadi pemain, ada pengalaman pahit/manis dengan PSSI?
 
Ada. Pengalaman pahit dan manis pasti ada. Tetapi, mohon maaf saya tidak bisa ceritakan semuanya.
 

Video: Tiga Kandidat Mendaftarkan Diri sebagai Calon Ketua Umum PSSI
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ASM)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif