medcom.id: Sudah hampir seperempat abad sejak timnas menjuarai SEA Games 1991 Manila, publik di Tanah Air menahan haus akan prestasi skuat `Merah Putih'. Namun, PSSI sebagai pengelola sepak bola di Tanah Air tak pernah mampu memuaskan dahaga itu.
Justru sebaliknya, aib demi aib mereka umbar. Belakangan, PSSI pun sarat dengan kekisruhan. Dalam situasi itulah Menpora Imam Nahrawi membuat gebrakan Ia membekukan PSSI pada 17 April, atau sehari sebelum Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI memilih La Nya lla Mattalitti sebagai ketua umum.
Ada yang menilai langkah Menpora tersebut kebablasan, tapi banyak pula yang menganggapnya sebagai langkah berani untuk menyembuhkan persepakbolaan nasional yang sakit parah. Apa sebenarnya alasan Menpora membekukan PSSI? Langkah apa setelah pembekuan itu? Berikut penuturannya kepada wartawan Media Indonesia Achmad Maulana di kantornya, Senayan, kemarin.
Apa motivasi Anda membekukan PSSI?
Sebenarnya semua itu berangkat dari rasa prihatin saya sebagai anak bangsa atas minimnya prestasi tim nasional dan maraknya berbagai kasus dalam kompetisi di Tanah Air.
Tidak takut akan sanksi FIFA?
Justru ketakutan itu yang harus kita kikis. Itu isu lama yang terus mereka (pengurus PSSI) gelindingkan untuk memagari agar pemerintah dan penggila bola tidak terlibat atau mengetahui apa yang terjadi di dalam (PSSI).
Bagaimana jika sanksi FIFA benar-benar dijatuhkan?
Saya yakin FIFA tidak akan mengeluarkan sanksi itu selama PSSI tetap memegang statuta dan peraturan yang ada. Faktanya tidak ada negara yang tidak terlibat dalam olahraga. Apalagi bangsa Indonesia begitu haus dengan sepak bola bersih, tidak ada pengaturan skor, sepak bola gajah, dan persoalan-persoalan lainnya.
Upaya Anda setelah membekukan PSSI?
Kita akan bentuk tim transisi yang tugasnya menjalankan kompetisi dengan prinsip-prinsip yang benar. Tim itulah yang nantinya mengendalikan kompetisi, sekaligus berkoordinasi dengan klub, berkomunikasi dengan FIFA, sekaligus menyiapkan rancang bangun sepak bola yang terbuka ke publik. Klub-klub nantinya harus menginduk ke tim transisi sebagai konsekuensi logis. Satu hal, kita menghindari betul perpecahan.
Tidak takut kompetisi tidak bisa jalan lantaran PSSI dibekukan?
Kompetisi harus terus jalan meski dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Saya sudah pernah beri tahu operator (PT Liga Indonesia) soal itu, terlepas dari apa yang sudah mereka lakukan dengan sponsor, broadcast, dan lain-lain.
Ada kabar bahwa ini semua karena konflik Anda dengan La Nyalla. Tanggapan Anda?
Saya tidak ada masalah dengan orang per orang. Saya melihat ini sebagai kerinduan anak bangsa untuk melihat sepak bola di negaranya maju, baik, punya reputasi, dan berprestasi. Bayangkan sekarang peringkat kita di FIFA di bawah Timor Leste. Itu kan sangat memalukan.
Jadi, niat Anda untuk memperbaiki sepak bola sudah lama?
Sesungguhnya ketika saya dilantik (jadi menpora) pun sudah ada peringatan keras bahwa ada sepak bola gajah (antara PSS dan PSIS di semifinal Divisi Utama, 26 Oktober 2014).
Dari situ saya sudah berpikir, apa sesungguhnya yang terjadi di sepak bola kita? Jadi, bukan semata-mata saya benci seseorang. Tidak!
Kesimpulan Anda?
Ada tata kelola sepak bola yang salah dan itu didiamkan saja selama ini. Kami sebenarnya sudah lima bulan kasih tahu PSSI bahwa ini, lo, publik ingin ada perbaikan. Anda harus melakukan transparansi kemudian prestasi, tolong, dong, ditonjolkan. Jangan lagi bilang PSSI tidak butuh pemerintah.
Ada kabar SK pembekuan itu sudah ada sebelum KLB PSSI.Tanggapan Anda?
Kalau kita tarik ke belakang, sebenarnya saya pernah bilang ke PSSI agar kongresnya ditunda dulu sampai setelah SEA Games (di Singapura, Juni) sehingga kita semua bisa sama-sama fokus. Dari situ sesungguhnya kami masih memberi kesempatan.Tapi, sekali lagi, PSSI seperti ingin menunjukkan kekuatannya.
Ada kesan Anda hanya mengurusi sepak bola. Komentar Anda?
Itu tidak benar. Saya juga memperhatikan cabang-cabang lainnya seperti berkuda, tenis meja, dan balap sepeda. Semua akan kami urai, tapi memang ada skala prioritas. Karena sepak bola merupakan olahraga yang paling banyak digemari, kami dahulukan.
Bagaimana PSSI seharusnya?
PSSI harus dipimpin orang yang berintegritas dan punya karakter kebangsaan. Tidak boleh ada lagi kasus-kasus yang secara menahun tidak terselesaikan. Tidak boleh ada pengaturan skor, sepak bola gajah, mafia, dan sebagainya. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(FIT)