DI Stadion Olimpico Roma, Italia, Franz Beckenbauer tersenyum puas. Gol tunggal yang dipersembahkan Andreas Brehme dari titik penalti membawa Jerman bukan hanya membalas kekalahan empat tahun sebelumnya dari Argentina, tetapi menjadikan 'Die Mannschaft' juara dunia untuk kali ketiga.
Kemenangan itu terasa semakin manis karena menjadi hadiah bagi penyatuan kembali Jerman setelah berakhirnya era Perang Dingin. "Setelah penyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur, maka persepakbolaan Jerman pasti akan semakin kuat," kata "Der Kaiser" Beckenbauer.
Jerman memang kemudian menjadi Juara Eropa 1996. "Tim Panser" pernah lolos hingga puncak Piala Dunia 2002. Namun, Jerman belum pernah bisa lagi mengukuhkan dirinya sebagai juara dunia sejak mereka kembali menjadi satu Jerman.
Sekarang inilah kesempatan untuk bisa membuktikan ucapan Beckenbauer itu. Hari Minggu (Senin dini hari WIB) di Estadio do Maracana, Rio de Janeiro, Jerman lagi-lagi harus menghadapi Argentina di pertandingan puncak.
Kemenangan 24 tahun lalu di Roma memang masih terasa manis. Hanya saja tidak mudah bagi Jerman untuk meraih mimpinya kali ini. Masih begitu kuat "kutukan" bahwa kesebelasan Eropa tidak pernah akan bisa meraih kejayaannya di Tanah Amerika Latin.
Dua kutub sepak bola dunia, Eropa dan Amerika Latin bersaing untuk berebut dominasi. Seakan ada aturan tidak tertulis bahwa "aib hukumnya" apabila salah satu kutub bisa berjaya di tanah lawan. Hanya Brasil yang mampu menembus "kutukan" itu ketika menjadi juara di Swedia pada tahun 1958.
Tahun 1962, Cekoslovakia pernah mencoba peruntungan untuk berjaya di Tanah Latin, namun upaya mereka digagalkan Brasil. Delapan tahun kemudian giliran Italia yang mencoba peruntungan. Tetapi lagi-lagi impian mereka digagalkan oleh Brasil.
Pada 1978, Belanda mampu melaju hingga pertandingan puncak Piala Dunia di Argentina. Namun melalui pertandingan yang dramatis, mimpi Tim 'Oranye' dibuyarkan oleh Mario Kempes dan kawan-kawan.
Upaya terakhir bagi tim Eropa untuk berjaya di Amerika dicoba oleh Jerman pada 1986. Diego Maradona yang sedang berada dalam puncak penampilannya menggagalkan perjuangan Jerman yang dipaksa menyerah 2-3.
Kesempatan kelima tentunya tidak boleh disia-siakan. Inilah peluang Eropa untuk bisa mematahkan kutukan bahwa tidak pernah akan ada kesebelasan dari tanah mereka yang bisa berjaya di Amerika Latin.
Jerman memiliki kemampuan untuk melakukan itu. 'Die Mannschaft' mampu melewati rintangan paling berat yakni menyingkirkan tuan rumah Brasil di semifinal.
Di Piala Dunia 1990, Jerman menjadi juara dunia setelah menyingkirkan Argentina di final. Pada Piala Eropa 1996, Jerman menjadi juara setelah menaklukkan tuan rumah Inggris di semifinal.
Nasib yang sama dialami Jerman ketika menjadi tuan rumah. Ketika menjadi tuan rumah Piala Eropa 1988, Jerman dikalahkan di semifinal oleh Belanda yang akhirnya menjadi juara Eropa. Di ajang Piala Dunia 2006, Jerman dipaksa menyerah di semifinal oleh Italia, yang akhirnya menjadi juara.
Jerman harus menunjukkan permainan terbaiknya apabila ingin menjadi juara, karena Argentina mempunyai Lionel Messi. Pemain asal Barcelona itu mempunyai kekuatan seperti halnya Maradona. Dengan kekuatan kaki kirinya, Messi bisa mengubah jalannya pertandingan.
Messi yang tampil buruk dalam dua Piala Dunia sebelumnya ingin menunjukkan dirinya sebagai maha bintang sepak bola yang sesungguhnya. Inilah kesempatan emas bagi Messi untuk mengukir tinta sejarah dan menyejajarkan diri dengan legenda sepak bola Argentina lainnya seperti Daniel Passarella, Kempes, maupun Maradona.
Argentina turun ke lapangan dengan dahaga yang luar biasa. Sudah 24 tahun 'Tim Tango' menunggu kesempatan untuk bisa tampil di pertandingan puncak Piala Dunia. Sudah 28 tahun lamanya Argentina puasa juara.
Kali ini Messi dan kawan-kawan ingin mengukir sejarah besar. Argentina menjadi juara dunia untuk ketigakalinya di negara yang selama ini dikenal sebagai kiblat sepak bola dunia, Brasil! (Suryopratomo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NAV)
