Umrah sendiri menjadi pilihan relevan di tengah kenyataan panjangnya antrean calon Jemaah haji di negeri ini. Umrah menjadi sebuah alternatif yang bisa meredam kerinduan seseorang untuk menapakkan kakinya di tanah suci. Faktanya, semakin hari peminatnya semakin banyak.
Fakta ini pula yang membuka peluang bagi pebisnis biro perjalanan wisata. Ini adalah pasar yang menggiurkan. Tanpa ragu, mereka beramai-ramai membuka paket perjalanan umrah.
Sayangnya, tak sedikit pula orang yang memanfaatkan banyaknya peminat umrah untuk kepentingan bisnisnya semata. Memperbesar keuntungan dengan segala cara, termasuk melakukan penipuan. Perlahan, jumlah kasus penipuan itu menurun seiring masifnya aksi nyata pemberantasan agen umrah tak kredibel oleh Kementerian Agama dan kepolisian. Masyarakat pun sudah mulai teredukasi dengan kampanye teliti memilih agen umrah. Menggunakan biro perjalanan umrah yang sudah terverifikasi dan terdaftar di Kemenag.
Namun, aksi itu tak serta merta menyelesaikan semua masalah penyelenggaraan umrah. Pasalnya, ada persaingan bisnis di sana yang boleh jadi korbannya lagi-lagi para jemaah umrah.
Baca: Sengkarut Pemberangkatan Umrah di First Travel
Bagaimana tidak, keuntungannya cukup signifikan. Berdasarkan data yang kami dapat dari Pengembangan Usaha Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), margin keuntungan bisnis penyelenggara ibadah haji memang lebih besar, kisaran 15-20 persen. Sedangkan umrah hanya 3-5 persen. Tapi, soal frekuensi transaksinya, umrah lebih kuat. Bisnis ini selalu ramai peminat dan bisa dilakukan setiap bulan.
Menjamurnya bisnis agen umrah tentu membuat kelezatan kuenya berkurang. Apalagi, faktanya, peningkatan jumlah agen umrah tidak sebanding dengan peningkatan jemaahnya.

Dengan menengok data dari Kemenag itu, boleh diartikan, bila pada tahun 2015 jumlah jemaah dibagi rata ke setiap agen travel, masing-masing mendapatkan paling tidak seribu calon jemaah umrah. Tapi pada 2016, bila dirata-rata, setiap agen travel mendapat 820-an calon jemaah. Terjadi penurunan.
Tapi, tentu kenyataannya tidak demikian. Karena bisa saja beberapa travel umrah mendapat lebih banyak dari angka rata-rata tersebut, sementara travel lain justru mengalami penurunan hingga jauh di bawah angka 'bagi-rata' itu.
Merebut pasar
Kondisi demikian tentu merangsang agen umrah untuk bisa mempertahankan jumlah calon jemaahnya, malah kalau bisa ditingkatkan. Jangan sampai menurun.
Berbagai instrumen pemasaran muncul, mulai dari pola pembayaran cicilan laiknya ongkos haji hingga model Multi Level Marketing (MLM) yang disebut-sebut mirip skema ponzi. Tujuannya satu, harga bisa terasa ringan di kantong calon jemaah, lantas jasa biro perjalanannya laku keras.
Dengan memanfaatkan maraknya kasus-kasus penipuan umrah, beberapa diantara mereka yang tak mampu bersaing harga, mendompleng kampanye Kemenag soal kehati-hatian memilih agen umrah.
Bahkan sebelumnya, empat asosiasi penyelenggara umrah bersepakat menerapkan standar minimal biaya umrah, yakni USD$ 1700 atau saat ini sekitar Rp22 juta. Mereka adalah Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah (Amphuri), Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh), Asosiasi Penyelenggara Haji Umrah dan Inbound Indonesia (Asphurindo), dan Kesatuan Tour Travel Haji dan Umrah Republik Indonesia (Kesthuri).
Konon, dengan adanya aturan main di kalangan asosiasi ini, travel manapun yang menerapkan harga murah patut dicurigai memakai skema ponzi. Artinya, bisa membahayakan calon jemaah umrah.
Seperti yang diungkapkan salah seorang sumber kami yang juga pemilik sebuah biro perjalanan umrah. Menurutnya, meski agen travel itu sudah terverifikasi dan terdaftar di Kemenag, kalau harganya murah atau di bawah harga pasaran, akan ikut terserang kampanye semacam itu.
Mereka yang kerap menuduh, lanjut pria itu, biasanya agen umrah senior alias bukan pemain baru. Begitupula asosiasinya. "Karena sudah mapan, tapi terganggu dengan agen travel baru, apalagi menawarkan harga murah," katanya kepada medcom.id, Jumat, 28 April 2017.
Karena itu, ia menduga kasus yang dialami First Travel tempo hari adalah bagian dari persaingan bisnis.
Pria yang tidak ingin namanya disebutkan itu mengatakan, perusahaan travel umrahnya juga tergabung dalam salah satu asosiasi tadi. Dia mengaku pernah ditegur karena memasarkan paket umrah dengan harga Rp15 juta.
"Tapi belakangan tidak jadi masalah, karena kami tidak melakukan promosi besar-besaran, seperti yang dilakukan First Travel. Hanya sedikit yang tahu. Jumlah jemaah kami pun jauh lebih sedikit dibanding mereka (First Travel). Tidak berpengaruh besar di pasar, " tuturnya.
Kendati harganya murah, dia menolak bila yang diterapkannya adalah skema ponzi atau cara lain yang bisa menyebabkan calon jemaah gagal berangkat. "Saya bisa saja melakukannya, tapi saya nggak berani. Itu (skema ponzi) bahaya buat kelangsungan bisnis," akunya.
Masuk akal
Murah tidak selalu berarti buruk, dan harga umrah murah tidak selalu karena permainan ponzi dan sejenisnya. "Munculnya harga murah bisa karena perencanaan yang baik," ucap pria itu.
Simulasinya, kata dia, pertama, tidak berangkat menjelang atau saat bulan Ramadan. Karena, saat itu umrah akan terasa seperti haji, jemaahnya ramai membludak. Otomatis harga pun naik, mulai dari pesawat, hotel, katering dan lain-lain.
Dalam penyelenggaraan umrah juga tidak ada pengaturan kuota. Kapan pun waktunya, dan berapa pun jumlah jemaahnya, visa bisa dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Arab Saudi. "Umrah juga tidak ada rukunnya. Itu seperti jalan-jalan ke luar negeri biasa, membeli tiket, visa, booking hotel, katering, transportasi, itu saja kok," tuturnya.
Yang jelas, sambung dia, pemesanannya jangan terlalu dekat dengan rencana keberangkatan. Paling lama setahun sebelumnya. Dengan begitu, biro perjalanan umrah bisa mendapat pesawat juga hotel yang lebih murah.
"Tiket pesawat PP (pergi-pulang) kurang lebih USD$900. Tapi kan tergantung hari. Harga tiket pesawat itu tidak pasti. Akhir pekan atau tidak. Lantas mereka (maskapai) sedang penuh atau tidak. Kalau booking jauh hari bisa lebih murah," jelasnya.
Dan yang terpenting, biro perjalanan umrah harus memiliki jaringan business to business yang kuat dengan jasa-jasa di Arab Saudi.
Dia mengaku, ada temannya, warga negara Indonesia, yang menjadi pengusaha di sana. Orang itu membangun bisnis transportasi, katering hingga penginapan. "Dapat harga menariklah darinya. Kalau umrah, 1-2 minggu, sewa bis dari yang lain harganya bisa dua kali lipat. Wah, kalau tidak kuat jaringan, saya jamin lebih mahal."
Kemudian, lihat juga paket penawarannya, kemana saja selain ke Mekah dan Madinah. "Habis tawaf, misalnya, tour ke masjid ini dan itu, ada yang ke Kairo (Mesir), ziarah. Kalau jalannya jauh-jauh ya jelas mahal. Tapi kalau dekat gak mahal," ujarnya.
Bahkan, dengan biaya Rp15 juta yang ditawarkan kepada calon jemaahnya, pria ini mengaku bisa meraup keuntungan 10-15 persen. "Asal jangan bermain di bawah Rp13,5 juta, itu baru tidak masuk akal."
Dengan catatan, sambungnya, calon jemaah sudah mendaftar setahun sebelum waktu keberangkatan. Sudah membayar uang muka, lantas pelunasan. "Uangnya tidak diendap. Itu langsung booking, kemudian beli tiket (pesawat) di harga murah itu. Begitupula hotel dan lain-lain. Sama persis kalau kita mau berwisata ke luar negeri lah."
Bila jemaah saat mendaftar hanya membayar uang muka, tidak langsung lunas, biasanya pembelian-pembelian tiket pesawat dan akomodasi ditalangi oleh perusahaan biro perjalanan umrahnya. Ya. Modalnya sudah pasti harus kuat. "Jadi tidak ada masalah, saat berangkat semua sudah siap, termasuk visa," kata pria itu.
Hal yang sama diungkapkan oleh Direktur Bina Umrah dan Haji Kemenag Muhajirin Yanis. Menurut dia,paket murah meriah perjalanan umrah bukan hal yang mustahil. Dengan katan lain, paket murah perjalanan umrah amat mungkin disediakan.
Ia menjelaskan, harga lebih murah itu bisa saja didapat bila biro perjalanan mengaturnya sejak jauh hari. "Kalau normalnya itu umrah itu kan dijual paket. Berangkat bulan depan, selama sembilan hari, harga yang ditawarkan bisa Rp25 juta. Tapi ada juga sistem booking dulu. Mulai dari hotelnya, dengan jangka waktu tertentu, supaya dapat harga di bawah. Pesawatnya juga," ucap Muhajirin Saat kami temui di kantornya, Selasa, 2 Mei 2017
Tapi, ia menegaskan, risikonya, kalau dipesan untuk 100 orang lantas pendaftarnya tidak mencapai angka tersebut, tentu pebisnisnya menjadi rugi.
Lepas dari risiko rugi itu, para penyedia harga murah dalam umrah pun banyak yang membantah anggapan tentang menggunakan skema ponzi atau sejenisnya. Antara lain seperti yang disampaikan pemilik First Travel Andika Surachman
"Tidak ada kayak begitu (skema ponzi)," kata Andika kepada medcom.id, saat ditemui di hotel Swiss Bell Airport, Tangerang, usai melepas keberangkatan jemaah haji yang sempat tertunda, Senin, 1 Mei 2017.
Tarif bawah
Untuk mengetahui persoalan biaya murah yang kerap dicurigai menggunakan skema pozi, kami pun berbincang dengan salah satu asosiasi penyelenggara umrah, Baluki Ahmad, Ketua Himpuh, Kamis, 4 Mei 2017.
Ia menyatakan, fenomena terkait problem yang dihadapi First Travel tempo hari, patut menjadi sorotan dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Publik juga sudah mengetahuinya lewat pemberitaan-pemberitaan di berbagai media.
Oleh karena itu, ia memandang ini jadi momentum yang tepat bagi Himpuh dan tiga asosiasi yang lain untuk kembali mendesak Kemenag meresmikan patokan minimal biaya umrah. Standarnya seperti yang sudah diterapkan dalam asosiasinya saat ini.
"Kami meminta agar diterbitkan harga minimal, agar masyarakat memahami. Masyarakat kan tidak bisa menghitung komponen. Jadi komponen itulah yang bisa diterbitkan pemerintah," ujarnya.

Dalam hal ini, Muhajirin berpendapat lain. Menurutnya, setelah berkonsultasi dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), penetapan biaya minimal itu tidak laik diterapkan. Yang mungkin diatur adalah standar pelayanannya. Bahkan, Kemenag berencana membuat regulasinya.
Saat ini, Kemenag sedang mengupayakan merevisi peraturan penyelenggaraan umrah (PMA 18/2015), dengan memasukan kewajiban simulasi biaya dari biro perjalanan umrah.
"Memungkinkan tidak untuk kita punya kewenangan itu? Meminta travel umrah yang memunculkan harga murah untuk mensimulasikannya? Ini yang sedang dikonsultasikan. Jangan sampai bukan porsi kami, tapi kami ambil, karena ini bicara harga dan angka-angka," tutur Muhajirin.
Tapi empat asosiasi itu tetap bergeming pada desakannya. Bagi Baluki, masyarakat belum tentu memahami soal komponen pelayanan standar yang berhak didapat.
"Masyarakat itu tahunya jumlahnya berapa, itu saja. Kalau tidak harga sekian, itu (biro perjalanan umrah) benar atau tidak? Sederhana, gampang dipahami. Kalau masyarakat harus melaporkan soal layanan yang tidak baik, ya sulit," kata Baluki.
Lagi pula, tambahnya, saat ini saja banyak varian paket layanan dalam biro-biro perjalan umrah. "Itu (standar layanan) justru akan merepotkan."
Entah merepotkan yang seperti apa yang dimaksud Baluki. Tapi, boleh jadi standar itu akan merepotkan bila ada travel umrah yang memainkan pelayanan rendah namun harganya tinggi. Maka, terpaksalah mereka harus menaikan standar layanannya sesuai aturan. Dan, otomatis, keuntungannya terpangkas.
Karena, bila stadar pelayanan umrah diberlakukan, Kemenag akan menetapkan standar itu sesuai paket-paket yang ditawarkan agen travel umrah. “Bila harganya sekian, maka pelayanannya demikian, dan seterusnya,” jelas Muhajirin.
Dengan demikian, beruntunglah biro perjalanan umrah yang memiliki nama besar dan pemasaran yang mapan. Keuntungan yang terpangkas dari penerapan standar layanan bisa didongkrak dengan transaksi jemaahnya yang besar. Tapi, bagaimana dengan travel umrah yang transaksi jemaahnya kecil, sementara keuntungannya terpangkas oleh aturan standar layanan tadi.
Bisa-bisa, bila aturan standar layanan penyelenggaraan umrah ini ditetapkan, akan ada penurunan jumlah travel umrah, khususnya mereka yang tidak memiliki nama besar. Karena tidak lagi menguntungkan.
Ya. Ini semua soal margin keuntungan dari bisnis umrah.
Kalau boleh sedikit satire, lebih baik yang ditetapkan adalah patokan biaya terendah. Soal layanan, serahkan pada biro perjalanan umrahnya. Jadi, jangan keluhkan biaya tinggi namun layanannya rendah. Karena, mitosnya, mengeluh di tanah suci bisa mendatangkan sesuatu yang tidak baik.
Baca: Ironi Perjalanan Suci
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News