ILUSTRASI: Sisa air keras yang terciprat membekas di jalanan. (ANTARA)
ILUSTRASI: Sisa air keras yang terciprat membekas di jalanan. (ANTARA)

Korban Air Keras yang Mencari Keadilan

Medcom Files tragedi air keras
Wanda Indana • 01 Mei 2017 17:44
medcom.id, Jakarta: Pagi itu, ponsel Syuli Umboh berdering. Ia pun menjawab panggilan masuk itu dan suara lembut yang khas dari perempuan di ujung saluran telepon yang dikenalnya sebagai salah seorang teman, menyapa dan menanyakan kabarnya.
 
Syuli menjawab sekenanya saja. Si penelepon kemudian langsung menggeser topik obrolan tentang bagaimana keseharian Syuli sekeluarga. Termasuk mengenai putrinya yang sudah tenar sebagai model dan artis sinetron, Fabioli de OIiveira.
 
“Fabioli sekolah di mana, bu? Biasanya pulang sama siapa dan jam berapa?”, ujar Syuli menirukan ucapan si teman dalam percakapan pada dua tahun lalu itu kepada medcom.id.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
Tanpa kecurigaan apapun, Syuli memberikan semua informasi tentang kegiatan Fabioli sehari-hari. Setelah itu, perbincangan telepon di antara keduanya pun berakhir. Awalnya, ia mengenal sang kawan sebagai figur yang lemah lembut, berjiwa sosial, ramah, dan sopan. “Tapi, tidak disangka, di balik itu semua, dia seorang pendendam,” ujar Syuli saat berbincang dengan medcom.id di Jakarta, Selasa 21 April 2017.
 
Ia menuturkan, selang beberapa hari kemudian dari pembicaraan telepon dengan temannya itu, Fabioli bercerita tentang dua pria misterius yang membuntutinya sejak pulang sekolah. Lantaran pada saat itu sedang ramai-ramainya pemberitaan tentang aksi begal, Syuli hanya menyarankan agar lebih berhati-hati di perjalanan. Termasuk, dengan tidak mengeluarkan benda-benda yang dapat menarik perhatian pelaku pembegalan.
 
“Saya bilang, kalau di jalan jangan main-main handphone,” kata Syuli.
 
Fabioli sendiri pun mengaku khawatir mengetahui ada laki-laki yang selalu mengikutinya. Makanya, Ia mengadukan hal ini kepada orang-orang terdekat, termasuk teman-temannya di sekolah.
 
Selasa 27 Januari 2015, Fabioli mengingat hari itu sekolahnya kebanjiran dan seluruh siswa diliburkan. Fabioli tidak masuk sekolah, tetapi dua pria misterius itu tetap menunggu di depan sekolahnya yang berada di kawasan Slipi. Hal ini diketahui Fabioli dari Rozak, kakak kelasnya.
 
Menurut Fabioli, Rozak sempat menghampiri mereka dan berupaya mengobrol. Namun, kedua pria itu mengacuhkan Rozak.
 
Korban Air Keras yang Mencari Keadilan
 
Keesokannya, Rabu 28 Januari 2015 sekira 15:00 WIB setelah menyelesaikan tugas piketnya di sekolah, Fabioli pulang dibonceng sepeda motor oleh temannya bernama Adit. Dalam perjalanan, saat melintasi Jalan KS Tubun Raya, Fabioli melihat kembali dua pria misterius itu membuntutinya.
 
Fabioli sudah punya firasat buruk. Dia langsung memberitahu Adit kalau pria misterius yang menguntitnya ada di belakang, mengendarai motor berjenis matic warna hitam dengan corak merah.
 
Adit pun menepi dan menghentikan laju sepeda motornya. Maksudnya untuk menegur kedua pria itu agar berhenti mengikuti mereka. Ketika motor mereka mendekat, Fabioli mendengar salah seorang dari dua pria misterius itu berkata “hai”.
 
Fabioli yang posisi memboncengnya duduk menyamping, refleks saja menoleh ke sumber suara. Pada saat itulah, pelaku menyiramkan cairan ke wajah Fabioli. Ternyata cairan itu adalah air keras. Wajah sebelah kanan, leher, serta sebagian punggung yang basah oleh cairan itu terasa panas. Ada nyeri luar biasa di telinganya yang juga kemasukan cairan itu.
 
Dara cantik berdarah Manado itu menahan sakit dengan memeluk Adit, erat-erat. “Rasanya panas. Pokoknya panas. Super panas. Saat itu, aku cuma takut buta saja,” ujar Fabioli.
 
Bahu Adit juga terkena cipratan cairan itu, terasa panas dan melepuh. Adit pun langsung tancap gas mencari pertolongan. Bukannya kabur, kedua pria misterius itu justru tetap mengejar Adit dan Fabioli.
 
Adit membelokkan motornya ke kompleks Brimob Slipi. Di sana, Adit menghentikan sepeda motornya dan meminta tolong. Pelaku tak berani mendekat, mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan korbannya.
 
Semula tidak ada yang paham kenapa Fabioli merintih-rintih. Ia dikira penderita penyakit ayan yang tengah kambuh. Sebab, Fabioli sempat kejang-kejang, tubuhnya berguncang-guncang saking menahan rasa sakit yang sedemikian hebatnya.
 
Adit memberi tahu jika Fabioli disiram air keras oleh orang tak dikenal. Barulah banyak yang langsung datang menolong. Salah seorang pria penolongnya adalah polisi, hendak membawa Fabioli ke puskesmas. Namun, Fabioli mendesak agar segera ke rumah sakit.
 
“Bawa ke (Rumah Sakit) Pelni saja. Mama saya pasti bayar, tolong,” kenang Fabioli.
 
Beruntung, warga saat itu cepat tanggap. Kata Fabioli, ada seorang wanita paruh baya yang membopong tubuhnya yang sudah terkulai lemah dan ikut mengantar ke rumah sakit. Setelah itu, kesadarannya mulai menurun. Dia hanya mendengar suara ibu tersebut berteriak “Melepuh! Melepuh!”
 
Ia mengingat wanita itu pakai daster warna kuning. Baginya, wanita itu adalah pahlawan. “Saya lihat dasternya sampai bolong-bolong karena kena sisa air keras di seragam pramuka saya,” tutur dia.
 
Sesampai di rumah sakit, Fabioli langsung ditangani tim di ruang Unit Gawat Darurat (UGD). “Aku teriak-teriak di UGD. Karena memang sakit banget, benar-benar panas,” kata dia.
 
Sekira pukul 17:00 WIB, Syuli menerima kabar bahwa Fabioli sedang di rumah sakit menjalani perawatan akibat serangan air keras. Syuli sempat tak percaya, bahkan mengira hanya orang iseng yang mau menipunya untuk mendapatkan uang.
 
“Saya pikir ada orang yang minta-minta uang. Kan sering banget kayak gitu. Saya minta dengar suara Fabioli untuk ngetes. Ternyata benar, Fabioli teriak-teriak, saya panik, langsung ke rumah sakit,” cerita Syuli.
 
Syuli kaget melihat kondisi anaknya terbaring di rumah sakit. Pikiran Syuli langsung tertuju kepada temannya yang menelepon dua minggu sebelum kejadian ini. “Saya yakin, dia pelakunya,” kata Syuli.
 
Fabioli menjalani perawatan selama dua minggu di rumah sakit. Sebenarnya, Fabioli masih harus menginap karena belum sepenuhnya pulih. Karena keterbatasan dana, Syuli memutuskan untuk membawa pulang putrinya.
 
Korban Air Keras yang Mencari Keadilan
Dokumen pribadi (Twitter)
 

Mencari keadilan
 
Syuli melaporkan kejadian penyiraman ini ke kepolisian. Tapi, ia mengeluhkan penanganan terhadap perkara yang diadukannya ini amat lamban. “Saya sering keluar-masuk Polres Palmerah, sampai Kanitnya ganti tiga kali, tetap tidak ada jawaban,” ungkap Syuli.
 
Ia heran, kenapa pihak berwenang justru terkesan ogah-ogahan mengusut kasus ini dan tidak berupaya mengumpulkan alat bukti. Bahkan, disarankan agar lebih banyak berdoa. “Saya kecewa, kasus ini kok tidak mendapatkan perhatian,” kata Syuli.
 
Padahal, menurut Syuli, peristiwa penyiraman air keras ini sempat meramaikan pemberitaan awal tahun 2015. Lantaran Fabioli dikenal sebagai selebriti. Polisi memang sempat melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi. Hingga kemudian, seorang pria bernama Ajoy ditahan karena diduga merupakan pelaku.
 
Tapi, penahanan Ajoy itu ternyata hanya berlangsung selama 24 jam. Karena tak ada bukti, Ajoy akhirnya dilepaskan.
 
Syuli hampir putus asa. Dia memutuskan untuk mencari sendiri fakta terkait kasus anaknya.
Langkah awal, Syuli menghubungi dan mencari keberadaan temannya, si penelepon itu. Pascapenyerangan, temannya itu sudah tidak dapat dihubungi lagi. Si teman ini bahkan pindah juga dari kontrakannya.
 
Syuli mengungkapkan, temannya ini dikenal sebagai orang yang aktif berinteraksi di media sosial. Tapi, usai kejadian penyiraman air keras kepada Fabioli, mendadak si teman ini menjaga jarak di jagat maya. “Dia punya banyak akun media sosial dan sangat aktif. Tapi, setelah kejadian ini semua medsosnya di-private. Instagram Fabioli di-unfollow. Akun LINE, WA, dan lainnya dia block. Aneh, kan?,” ujar Syuli.
 
Tak patah arang, Syuli kembali mengejar keterangan Rozak, kakak kelas Fabioli yang sempat melihat pelaku. Hasilnya, mengarah kepada Ajoy. Syuli menunjukkan foto Ajoy kepada Rozak.
 
Kata Syuli, Rozak mengenali ciri-ciri Ajoy sebagai orang yang dicurigai sebagai pelaku di foto
foto itu sama dengan orang yang dia lihat di sekolah.
 
Momentum
 
Sudah dua tahun lebih tiga bulan, pelaku penyiran air keras terhadap Fabioli belum terungkap. Syuli sudah berjanji akan memperjuangkan keadilan untuk fabioli sebelum kasus anaknya ditutup.
 
“Sampai langit ini runtuh, saya akan kejar keadilan untuk anak saya,” Syuli bersumpah.
 
Peristiwa penyerangan menggunakan air keras terhadap Penyidik Senior KPK Novel Baswedan membikin gempar. Tak mau buang kesempatan, Syuli memanfaatkan momentum itu untuk kembali memeperjuangkan kasus anaknya.
 
Menurut Syuli, ada perbedaan perlakukan terhdap kasus Novel dengan kasus Fabioli. Dia menjadi heran, kenapa polisi getol sekali sampat membikin tim khusus untuk mengungkap kasus Novel. Sementar kasus Fabioli seolah hilang ditelan bumi.
 
“Lihat saja, kasus anak saya dengan kasus Pak Novel itu sama, kenapa ada perbedaan? Kita kan sama-wama warga negara yang baik,” keluhnya.
 
Hingga saat ini, Syuli terus menghubungi polisi untuk menagih kasus anaknya segera diungkap. Rencananya, dalam waktu dekat, Syuli akan menyampaikan surat kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk memberi perhatian kepada kasus Fabioli.
 
“Sudah lama surat untuk Pak Tito saya bikin. Tapi mungkin ini waktu yang tepat untuk mengirimkannya,” pungkas Syuli.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ADM)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan