Ilustrasi/MI/Panca Syurkani
Ilustrasi/MI/Panca Syurkani

Naik Angkot di Pelantikan DPRD DKI, Pencitraan?

Medcom Files dprd dki
M Rodhi Aulia • 26 Agustus 2019 13:45
SEBUAH angkutan kota (Angkot) memasuki pelataran Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin 26 Agustus 2019. Angkot berwarna biru langit itu ditumpangi seluruh Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) terpilih yang akan dilantik menjadi anggota dewan terhormat periode 2019-2024.
 
Periode ini, PAN berhasil menempatkan sembilan kadernya dari 106 Anggota DPRD DKI Jakarta. Mereka adalah Zita Anjani, Guruh Tirta Lunggana, Farazandi Fidinansyah, Riano P Achmad, Lukmanul Hakim, Oman Rohman Rakinda, Habib Muhamad Bin Salim Alatas, Bambang Kusumanto dan Syahroni.
 
Mereka tak canggung menumpangi Angkot meski berpakaian sangat formal. Stelan jas lengkap dan baju kurung. Sebuah pemandangan di angkot yang jarang terjadi dalam keseharian masyarakat Ibu Kota. FPAN mengklaim memilih angkot sebagai langkah konkret mengurangi polusi di Ibu Kota yang belakangan ini menjadi perhatian serius.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
"Tadinya, mau naik sepeda, tapi agak ribet buat ganti-ganti baju, ya akhirnya sepakat angkot," kata salah satu Anggota FPAN, Zita Anjani, di lokasi, Senin 26 Agustus 2019. Berdasarkan pemantauan kualitas udara oleh Iternasional AirVisual pada Senin pagi, 26 Agustus 2019 sekitar pukul 06.00 WIB kualitas udara DKI Jakarta berada di level oranye atau tidak sehat untuk kelompok tertentu.
 
Pagi ini Jakarta mempunyai indeks kualitas udara atau air quality index (AQI) sebesar 137 dengan parameter berupa partikel polutan sangat kecil berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer (PM 2.5) sebanyak 50,3 mikrogram per meter kubik.
 
Jakarta masih berada di posisi teratas kota dengan polusi udara terburuk di dunia setelah Hanoi, Kabul, Beijing, dan Chengdu. Zita sepakat program pengurangan polusi dengan menggunakan angkutan umum perlu dibudayakan oleh semua kalangan.
 
"Kami tidak mau ini hanya sekadar gimik, tetapi sebuah ajakan untuk menuju yang lebih baik," terang Zita.
 
Gaya memilih angkot ini jauh berbeda dengan pelantikan DPR DKI Jakarta lima tahun silam. Waktu itu, meski ada yang menggunakan bajaj, tapi ada salah satu anggota dewan yang memilih menggunakan mobil sport.
 

Naik Angkot di Pelantikan DPRD DKI, Pencitraan?
Kepulan asap keluar dari knalpot angkot saat melintas di Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (3/8). Asap kendaraan menjadi salah satu sumber utama pemicu polusi udara di Jakarta. FOTO: MI/ BARY FATHAHILAH
 

Tantangan

Peneliti INDOPOLLING dan Direktur Nation and Character Building Institute Jakarta, Wempy Hadir mengapresiasi mereka memilih angkot sebagai kendaraan ke lokasi pelantikan. Tapi Wempy menilai gaya FPAN itu menjadi tantangan di tengah kemewahan yang terima sebagai anggota dewan.
 
Wempy berharap ini bukan sekadar pencitraan dengan dalih pengurangan polusi, tapi para anggota dewan itu harus dapat membuktikan kesederhanaan yang autentik.
 
Menurut dia, menjadi anggota dewan bukan untuk menunjukkan kemewahan. Tapi yang ditunggu dan dikehendaki publik adalah kemewahan mereka dalam keberpihakan terhadap kepentingan rakyat terutama rakyat kecil.
 

Naik Angkot di Pelantikan DPRD DKI, Pencitraan?
Peneliti INDOPOLLING dan Direktur Nation and Character Building Institute Jakarta, Wempy Hadir. (Kanan). (MI/MOHAMAD IRFAN).
 

Wempy juga sangsi terhadap konsistensi dukungan terhadap pengurangan polusi dengan menggunakan angkot. Ia menegaskan tidak mudah untuk mempertahankan gaya kesederhanaan pada saat pelantikan, jika itu bukan lahir dari kesadaran sang anggota dewan yang bersangkutan.
 
"Anggota dewan yang menggunakan angkot saat pelantikan, mesti juga nanti menjadi anggota dewan yang dekat dengan rakyat. Dekat dalam artian bisa menjadi jembatan kepentingan rakyat. Disitulah tantangan yang riil bagi anggota DPRD yang terpilih," pungkas Wempy.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(WAN)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan